#16

4 2 0
                                    

Setengah jam sudah dirinya berjalan, menapak kembali hutan tempat serangkaian kejadian hidup dan mati juga sebuah perselisihan.

"Kalau tak salah, sarang jembalang hutan suka berpindah kan? Terakhir aku ingat, lokasinya berada satu wilayah dengan pohon Banyan tua tempat roh hutan bersemayam."

Ingatan yang bagus manusia fana, disarankan untuk mampir kesana dulu untuk melacak keberadaan sarang jembalang hutan.

"Saran diterima, aku juga ingin melihat keadaan Fuu."

Pohon Banyan yang dimaksud kini berada dalam jarak pandang dan tak butuh waktu lama bagi Asche untuk menyadari adanya hembusan angin yang datang dari belakang.

Luf~weeshl!!

"Senang bertemu denganmu lagi Fuu, kau terlihat lebih besar dari terakhir aku melihatmu," ucap Asche saat Luftwiesel itu mendarat dihadapannya.

Pertumbuhan Luftwiesel sangat bergantung pada asupan nutrisi per harinya, jadi tak heran dia sudah sebesar ini.

"Baguslah kalau begitu," gumam Asche.

『Salam sang Archivar, bantuan apakah gerangan yang bisa kami bantu?』

"Salam wahai roh hutan yang bijaksana, aku ingin bertanya keberadaan sekelompok jembalang hutan yang jadikan ras troglodyte sebagai pemimpin mereka."

『Ah, anda datang untuk membasmi makhluk maruk itu?』

"Aku datang untuk mengambil sesuatu yang telah mereka curi dan sebisanya mengurangi nyawa yang hilang sia-sia dalam prosesnya."

『Anda terlalu baik, makhluk semacam mereka semestinya tak perlu dibelas kasihani, terlebih pemimpin mereka yang haus kekuatan dan wilayah.』

"Mereka pernah menyerang kesini?"

『Tentunya tidak, mereka memang bukan makhluk cerdas tapi mereka tak cukup bodoh untuk melukai diri dengan menyerang selubung yang kami buat.』

"Syukurlah, keputusanku untuk menitipkan Fuu dalam pengawasan kalian tidak salah."

『Luftwiesel itu sangat berjasa pada kami dalam menghalau penyerang.』

"Kembali ke topik, dimana sekarang sarang mereka?"

『Beberapa dari mereka saat ini sedang berburu Cerf di lingkar tengah hutan bagian selatan, kami sarankan untuk mengikuti mereka. Mengenai sarang, mereka kini menempati bekas sarang Kimera yang telah anda kalahkan di hutan kelam.』

"Kuucapkan terima kasih atas bantuannya."

『Tak usah sungkan, sungguh kehormatan bagi kami bisa membantu sang Archivar.』

===

Berdasarkan informasi yang dia dapatkan, Asche memilih untuk 'mengunjungi' jembalang hutan yang sedang berburu di bagian selatan hutan, rencananya Asche akan merampas hasil buruan dan memaksa mereka agar mengakhiri perburuan lebih dini dan kembali secepatnya ke sarang.

Begitu sasaran terlihat dalam jarak pandangnya, secepat kilat Asche melesat dan memenggal kepala salah satu jembalang hutan yang sedang membopong hewan buruan.

Kataki! Katakii!!

Kelima jembalang hutan yang tersisa mereceh ribut, dengan penuh amarah mengacungkan kapak perimbas kearah Asche. Wujud Jembalang hutan terlihat mengerikan dengan deretan gigi tajam, telinga lancip dan kulit pucat kehijauan. Kemampuan berburu dan bertarung mereka cukup baik dan biasanya mereka datang dalam jumlah 5 sampai 10 jembalang hutan per kawanan.

"Hoo, tak terima ya? Mau gelut? Sini maju kalau berani!"

Asche melangkahi kaparan tubuh tanpa kepala jembalang hutan yang tergeletak bersama buruannya kemudian memasang ancang-ancang bertarung. Tak disangka, saat melakukan itu seleret kilatan petir berwarna kuning terang menggeliat keluar. Mulanya, hanya di bagian tapakan kaki saja namun perlahan menyelubung seluruh kaki. Tanpa menunda, Asche melesat dan menendang-pukul satu demi satu jembalang hutan tanpa bisa mereka hindari.

Sejatinya setiap jembalang hutan punya kecepatan dan kekuatan setara petualang jika dalam kelompok. Namun, yang disaksikan Asche barusan seperti menentang pernyataan itu, mereka begitu mudah diserang dan sepertinya kelelahan. Sadar tipisnya kemungkinan untuk menang akibat perbedaan kekuatan yang dimiliki oleh lawan, para jembalang hutan mulai mundur perlahan dengan hewan buruan yang berhasil ditangkap walau sadar tak memenuhi kuota.

Asche yang paham akan gelagat ini, berpura-pura hanya menyerang jembalang hutan yang memanggul binatang buruan di pundak. Agar terkesan kalau maksud dirinya menyerang mereka, hanyalah untuk merampok bahan makanan tersebut. 

Kareookuraseru!!

Sang pemanggul hewan buruan meneriakkan kalimat itu sebelum melesat menjauh, sementara sisanya menghalangi sebagai respon dari perkataan tersebut. Seperti itulah strategi yang terpikirkan oleh mereka berdasar insting melindungi apa yang menjadi incaran musuh.

"Bagus, pandu aku ke markas kalian.." gumam Asche mengulas cengir sambil menghujamkan tumit Boot-nya ke wajah jembalang hutan yang telah terkapar babak belur.

¤Tsuzuku¤

Al.Terra Chronicle : ArchivarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang