Mari Mengenal Lettu Langit

5.7K 375 2
                                    

Derung suara helikopter menggema di pangkalah udara Lanud Suwondo. Helikopter jenis Aero commander 680 mendarat perlahan di landasan tersebut. Dua menit setelahnya keluar secara bergantian 16 pria gagah berseragam hijau loreng dari dalam helikopter tersebut. Setelah pria yang terakhir menginjakkan kakinya di tanah yang di selimuti rumput-rumput kecil itu. Helikopter tersebut kembali terbang mengudara.

Ke 16 pria ini langsung berbaris membentuk barisan yang rapi. Karena di depan sana tepat di hadapan mereka telah berdiri komandan besar Angkatan Darat untuk menyambut mereka. Sang kapten mengambil ancang-ancang untuk menghadap sang komandan. Tangan kanannya terangkat untuk memberi hormat dan di balas dengan hal yang sama oleh sang Komandan. "Lapor Komandan Operasi Zebra telah selesai di jalankan, dan semuanya berjalan dengan lancar dan aman. Laporan selesai," lapor sang Kapten.

"Laporan di terima. Kalian memiliki libur selama tiga hari untuk meluangkan waktu bersama keluarga kalian masing-masing dan setelah itu kembali bertugas. Apel selesai," ucap Sang Komandan.

🐎🐎🐎

Dua orang pria dengan langkah tegap dan pasti melangkah keluar Landasan pacu tersebut ketika Apel telah selesai lima menit yang lalu. Kacamata hitam bertengger manis di hidung bangir ke duanya.

"Kita mendapat libur tiga hari sir," salah satunya membuka suara sembari terus mengayunkan kakinya.

Sedangkan sang lawan bicara hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun untuk menatap teman seperjuangannya ini. "Sampaikan salamku untuk kakak ipar dan keponakanku, nanti aku dan dia akan mengunjungi kalian," balasnya.

Kini keduanya sudah berhenti di pinggir jalan raya untuk menunggu taksi.
Sontak saja temannya ini menghadap sepenuhnya ke arah dirinya. Membuat ia spontan menaikkan alisnya ketika melihat tangan temannya terangkat memberikan hormat kepadanya lengkap dengan posisi tegak. "Siap Lettu Langit Pramaharja akan kusampaikan kepada mereka dan akan kami nantikan kehadiran kalian. Laporan selesai,"

Sang Lettu sontak saja menggerang kesal lalu meninju perut kotak-kotak sahabatnya ini yang di balut seragam kebanggaan mereka. "Kita ini dalam masa bebas tugas bodoh jadi berhenti memanggilku dengan embel-embel pangkatku mengerti Letda Bumi Ahadiatama," mendengar itu Bumi tak kuasa untuk tak menyemburkan tawanya lalu menepuk pelan bahu Langit.

"Sampaikan salam kami bertiga padanya, aku duluan kau tidak ingin menitipkan oleh-oleh untuk keponakanmu?" godanya.

"Oleh-oleh kepalamu bahkan kau saja yang ayahnya tak membawakannya oleh-oleh untuknya. Sudah tau tugas di hutan malah meminta oleh-oleh," cibir sang Lettu.

Bumi tergelak tanpa Langit sadari tangan kiri Bumi sudah menyetop taksi yang masih lumayan jauh tempat ia dan Langit berdiri.
"Dasar paman pelit," ejeknya, dan bertepatan dengan itu taksi yang di stop Bumi tadi berhenti tepat di hadapannya dengan cepat ia masuk ke dalam guna menghindari amukan Langit.

Langit hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat taksi Bumi sudah melaju meninggalkannya. Tak lama ia juga menyetop sebuah taksi lalu masuk ke dalam taksi dan memberikan alamat tujuannya kepada sang supir. "Ke jalan Brigjen Timur nomor 14 ya Pak, Butik Rinka Collection," ucapnya kepada Supir taksi berwarna biru berlambang burung itu.

Sang supir pun mengangguk dan langsung menjalankan kendaraannya ke alamat yang di maksud sang Lettu tadi sekilas melirik Langit yang tengah tersenyum tipis sambil memandangi suasana lalu lintas jalan raya pada sore itu.

🌿🌿🌿


Pukul: 17.15 WIB. Sebuah taksi berhenti tepat di depan Butik dan toko megah. Setelah membayar Langit turun dan langsung melangkah masuk ke dalam dan begitu pintu kaca utama yang menjual khusus pakaian itu terbuka secara otomatis. Beberapa pengunjung yang menyadari kehadiran Langit pun mencuri lirikan ada juga yang menatap Pak Lettu itu terang-terangan dengan tatapan memuji. Lain dengan para pegawai butik ini yang memang sudah tak kaget dengan kehadiran Langit. Bahkan beberapa pegawai senior ada yang tak sungkan menyapa dan mengulas senyum ketika menyadari kehadiran Langit. Tentunya di balas Langit dengan senyuman hangat.

Pria tampan nan gagah itu langsung mengayunkan kakinya menuju lantai tiga. Menaikki undakan tangga dengan semangat. Tak butuh waktu lama untuknya dengan kaki jenjang yang membuat langkah panjang-panjangnya kini ia sudah sampai di tujuan utamanya. Langkahnya terhenti di sebuah ruangan yang bertuliskan Sekar Room. Senyumnya mengembang, hendak melangkah masuk namun langkahnya menggantung, sekilas ia melirik Arlojinya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya yang kekar itu.

Langit menoleh ke samping kirinya tepat ke arah wanita berhijab yang nampaknya tak menyadari kehadiran Langit. ia mengulas senyum. "Assalamualaikum Ais," yang di sebutkan namanya pun Kontan berjengkit kaget dan spontan mengalihkan fokusnya dari layar laptopnya ke arah sumber suara.

Matanya Membulat dengan sempurna ketika mendapati Langit sudah berdiri di samping mejanya. Aisyah, sekretaris pribadi Sekar langsung bangkit dari duduknya. Wanita itu refleks mengusap dadanya sekilas. "Walaikumsalam Bang Lettu," balasnya lembut, "Abang ngageti tau!" protesnya.

Langit terkekeh lalu menggumamkan kata maaf kepada Aisyah. "Sorry Ais, Habisnya kamu sih sibuk banget, boss kamu itu suka nyiksa kamu ya?" gurau Langit.

Aisyah ikut terkiki geli seraya menggeleng. "Boss aku boss paling anti mainstream bang," celetuk Aisyah seraya menyengir ke arah Langit membuat Langit semakin tertawa ringan. "Baru mendarat Bang?" tanyanya.

Langit mengangguk. "Mbamu di dalam Ais?"

Aisyah Menggeleng pelan. Langit tersenyum lalu mengangguk seolah sudah mengerti akan kebiasaan calon istrinya itu. "Saya akan menjemputnya dulu, kau pulang jam berapa? Sekarang?"

Aisyah spontan menggeleng. "Ais balik ba'da Maghrib bang, Ais mau siap-siap sholat maghrib dulu,"

Langit mengangguk. "Yasudah, Abang ke Mbamu dulu Ais," pamit Langit.
Dan langsung di angguki oleh

Aisyah seraya tersenyum. "Siap Lettu," ucapnya sambil memberi hormat kepada Langit.

Melihat itu Langit lagi-lagi tertawa sembari menggelengkan kepalanya dan berbalik meninggalkan Aisyah yang juga ikut terkikik geli di posisinya.


TBC

27-Desember-2018.

Chandra BhayaSingkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang