CBS 72. 🎳

1.2K 110 29
                                    

Kepala saya lagi lumayan keleyengan beberapa hari hari ini. Di siksa ngerjain ending CBS untuk Versi WP.
Jadi daripada saya keleyengan/pusing kepala sendiri mendingan saya ajak kalian-kalian juga untuk sakit kepala bareng-bareng yuk.

😁😁😁

Happy Reading guys.

Chandra BhayaSingka❄

Wanita.... Adalah makhluk yang paling kerap berdusta di seluruh jagad raya ini. Dirinya akan mengaku baik-baik saja padahal hatinya sedang menangis berdarah.  Kepalanya akan menggeleng lalu mengatakan tidak pa'pa walau yang sesungguhnya ia tengah memendam duka di tengah jiwanya yang hancur lebur.

Wanita ... Sebuah gelar kehormatan yang di sandang namun bukan untuk di banggakan hanya saja sebuah pengingat bahwa beban 'nya tak hanya menangis tentang hal romansa cinta selayaknya roman picisan.
Tetapi ... Lebih dari itu. Tentang segala persoalan hidup yang selalu tak ramah ini. Tapi tetap saja ia akan memilih untuk tetap kokoh berdiri walau yang menjadi alasnya berpijak adalah bara api.

Dan Sekar Rinka Zsulvan Tahir adalah salah satu wanita itu.

.
.
.

"Honey!" langkah Prastya terhenti saat melihat Zulfa masuk ke dalam ruangannya, "Kenapa?"

Zulfa belum menyahut. Duduk diam di set sofa tamu ruangan Prastya. Ya. Hari ini ia memutuskan untuk pergi Ke RC. Dengan bermodalkan informasi Sekar yang sedang sakit maka dengan begitu sahabatnya itu pasti belum di 'izinkan oleh keluarganya terutama dengan Nuri untuk keluar dari rumahnya.

Ya semoga saja. Doa Zulfa dalam hati.

Sebab Zulfa butuh sedikit mencari pengalihan atas carut marutnya pikirannya ini. Dan RC adalah pilihannya tak mungkin ia mendatangi kantor ayahnya. Bukan apa-apa Zulfa malas mendapati segala bentuk perlakuan kehormataan di sana. Jadi lebih baik di sini saja berhubung Sekar masih menjadi tawanan ibunya.

"Fa!" Zulfa terkesiap dan refleks mengerjapkan matanya lalu mengulas senyum sendu ke arah Prastya yang saat ini sudah ikut mengambil duduk di sisi kanannya.

"Kamu lagi apa?" alunan suara lembut Zulfa pada akhirnya menguar sembari menatap Prastya.

"Baru selesai mengecek laporan keuangan RC untuk bulan ini sayang," sahut Prastya yang saat ini tengah mengenakan kemeja coklat panjang dipadukan dengan celana bahan berwarna senada dan di sempurnakan dengan sepatu pantofel mengkilap yang membungkus sepasang kakinya.

Mendesah pelan, Zulfa refleks mendongak. Menerawang langit-langit ruangan Prastya. Lalu ia menutup wajahnya sendiri dengan telapak tangannya, "Sampai kapan harus main kucing-kucingan seperti ini dengan Inka sayang?" ucapnya dengan nada lelah. "Aku gak kuat kalau harus seperti ini lebih lama lagi."

Ya. Prastya tahu itu.

Belum genap dua hari Zulfa tak bertemu dengan Sekar tapi lihatlah betapa frustasinya Zulfa saat ini apalagi di tambah mengetahui fakta bahwa sang sahabat tengah jatuh sakit. Kekhawatiran itu pasti semakin membumbung tinggi.

"Aku rindu Sekar, Pras. Rasanya ingin sekali peluk dia saat ini tapi di lain sisi aku gak mampu kalau pada akhirnya Inka akan roboh Pras," ujarnya dengan tatapan merana. "Sekar sakit Pras dan cukup sakit saja aku tak mampu melihatnya sekarat." tukas Zulfa lemah bersamaan dengan airmatanya yang kembali menetes.

Chandra BhayaSingkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang