CBS 67. 📩

1.2K 113 24
                                    

Chandra BhayaSingka❄

"Bang Sam layangannya tinggi kali itu bang," Sonya berseru dengan suara paraunya.

Samuel yang berdiri dengan jarak beberapa meter hanya melirik adik'
nya itu sekilas seraya tersenyum kecut lalu kembali mendongak menatap layangannya yang mengudara.

Lalu sedetik kemudian ia berderap sambil membawa benang yang mengikat layangannya ke arah pohon jambu air dan mengaitkan benangnya di sana agar layangannya tetap berada dalam jangkauan.

"Bang Sam rindu juga'kan dengan Abang Lang?" tebak Sonya. Namun Samuel yang mendengar itu sontak saja mendengkus kuat-kuat tanpa menoleh ke arah Sonya.

"Diamlah Onya kita sedang Piknik tidak usah membawa nama Bang Lang bisa tidak," Samuel pura-pura mendengkus jengkel.

"Dih, Bang Sam mengaku rindu saja gengsi ya Kak...," Sonya mencibir yang langsung di sambut dengan tawa merdu oleh Sekar dan nona direktur baik hati itu langsung menarik kepala Sonya agar masuk ke dalam dekapannya.

Ya. Disinilah Sekar berada sekarang di kediaman keluarga Pramaharja. Selepas menunaikan sholat Dzuhur tadi mendadak instingnya menuntun untuk berkunjung ke rumah calon mertuanya itu.

Dan rupanya firasatnya benar. Ada yang sedang terjadi di rumah ini. Tentu saja Sekar terkejut bukan main saat kedatangannya di sambut dengan salah satu asisten rumah tangga di rumah itu.

"Mba Inka!" sapa wanita setengah baya itu. Sekar seperti biasa meresponnya terlebih dulu dengan senyuman hangat lalu mengangguk sekilas.

"Kok sepi bik?" tanya Sekar sambil berjalan masuk.

"Ibu sedang keluar Mba mungkin mendampingi bapak sedang ada kegiatan di kesatuannya Mba, kalau Mas Sam belum pulang dari kantor," beliau menjawab dengan nada sopan.

Mendengar itu Sekar lantas mengangguk sebagai respon, "Aduh berarti saya salah hari datang kemari ya bik." sahut Sekar setengah bergurau. "Sonya juga sedang keluar ya bik?"

"Gak Mba," senyum hangat beliau berangsur menghilang dan Sekar dapar menangkap raut wajah penuh khawatir dari wanita setengah baya itu. "Mba Onya ada di kamarnya, sudah tiga hari ini Mba Onya sakit suhu tubuhnya turun naik Mba," imbuhnya.

"Lantas tidak di bawa ke rumah sakit bik?"

Gelengan dari beliau membuat Sekar semakin mengernyitkan dahinya nampak sekali tak senang mendengar berita ini.

"Mba Onya yang tidak mau ke rumah sakit Mba, dan sudah tiga hari ini Dokter saja yang datang ke rumah memantau kondisi Mba Onya," ujarnya.

Dan keterkejutan Sekar yang tadi tidak ada apa-apa"nya saat ia memutuskan untuk segera mengecek kondisi adik iparnya itu. Hingga jantung Sekar nyaris saja mencelos saat sudah berdiri di samping tempat tidur Sonya dan melihat gadis itu berbaring lemah di tempat tidur dengan mata terpejam. Nafas yang tak beraturan dan di tambah lagi saat melihat benda berukuran lima inci yang di berada di dekapan Sonya. Sesak tentu saja kembali menjalari sekujur tubuhnya.

Sebuah bingkai foto yang berisikan foto gadis itu dan Langit. Sang abang. Lalu Sekar baru dapat menyimpulkan jawabannya tentang mengapa gadis itu menolak untuk di'rawat di rumah sakit. Karena memang bukan itu yang bisa menyembuhkan Sonya sebab obat terampuhnya adalah sosok pria gagah yang ada di dalam figura yang di peluk Sonya itu. Lettu Langit Pramaharja.

Chandra BhayaSingkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang