CBS 20

2K 112 0
                                    

Menara Kharahara, Pusat Kota Khatamandu, Nepal.

Tim Chandra sekarang sudah bergerak setelah kemarin mereka membantu melakukan penyelamatan di Alun-Alun Khatamandu Dhurbar, maka sekarang mereka sudah berada di Menara Kharahara yang berada di Pusat Kota Khatamandu Nepal. Keadaannya tak jauh berbeda dari tempat sebelumnya. Bahkan Bangunan yang di akui UNESCO ini sebagai salah satu warisan dunia sudah tak berbentuk lagi rupanya. Hancur.

"Jika semua orang yang berada di sini menyelamatkan diri dari tangga darurat di sebelah timur maka ini titik yang tepat untuk kita memulai penyelamatan," Lettu Langit mencoba menganalisis keadaan di sekitarnya.

"Tapi Lettu yang di sana itu bangunannya masih terlihat kuat dan baik baik saja. Lebih baik kita masuk lewat barat saja!" timpal salah satu Manager pengurus menara Kharahara ini.

"Tidak bisa kemungkinan batu yang runtuh masih sangat besar Sir," ujar Langit.

"Tapi__"

"Setelah gempa bumi, bangunan yang belum runtuh jauh lebih berbahaya, sedikit saja salah langkah atau pergerakan bisa berakibat fatal Sir," Bumi yang berdiri di samping kiri Lettu Langit ikut menimpali.

Namun sedetik kemudian suara Pelda Eka sukses mengalihkan pandangan  Langit dan Bumi, "Lettu, Letda Saya menangkap sinyal korban dari dalam sana!" ujar Pelda Eka yang berdiri di depan sebuah alat pendeteksi canggih yang disebut FINDER, pria itu tampak serius mengamati pergerakan sinyal yang di tangkap dari alat itu.

Langit dan Bumi segera berderap mendekat dan ikut mengamati pergerakan alat tersebut, "Siapkan endoskop dan perdalam pencarian sebisa mungkin." titah Langit.

"Siap lettu." balas Pelda Eka.

Setelah memastikan dimana titik beberapa korban di temukan tim Chandra bekerjasama dengan tim Alpa yang di ketuai oleh Lettu Langit memutuskan untuk segera melakukan penyelamatan.

"Beton-beton yang jatuh semua memblokir pintu masuk sehingga akses kita sangat sulit dan tipis kemungkinan untuk berhasil menggunakan katrol, tak ada pilihan lain kita harus mengebornya terlebih dahulu," ujar Langit sembari mengamati reruntuhan menara kharahara ini.

"Apa-apaan kau ini bangunan ini di bangun dengan beton khusus, jadi mustahil  bagi kalian untuk bisa mengebornya," protes ketua manager itu lagi yang ternyata masih berdiri di dekat Langit dan Bumi.

Tanpa menghiraukan protesan Manager itu Letda Bumi ikut mengeluarkan analisisnya. "Butuh waktu 3 hari Lettu kalau kita mengambil jalan evakuasi dengan mengebor reruntuhan itu demi untuk membuka jalan."

Langit terdiam nampak berpikir.

"Kenapa kalian malah susah-susah berpikir mencari jalan padahal jalan mudahnya sudah ada, sudah kukatakan gunakan alat berat itu saja," ketua Manager itu bersuara lagi.

"Aku juga sudah mengatakan tadi jika kita menggunakan alat berat itu, akan sangat membahayakan bagi para korban di dalam sana karena bisa mengakibatkan runtuhnya bangunan ini," emosi letda bumi menguar.

Namun pria berumur sekitar 48 tahun itu masih terlihat keras kepala. "Begini di sini ....," tunjuk manager itu pada salah satu titik yang tergambar peta jalur evakuasi. "Di sini bukannya akan lebih mudah masuk lewat kantor, kalian bilang kan tadi tak ada signal dari korban kita gunakan saja cara ini, ada banyak dokumen penting di ruanganku,"

Chandra BhayaSingkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang