CBS 21

1.8K 118 1
                                    

Nepal.

Satu jam berlalu, evakuasi berjalan lancar dan berhasil semua team dan relawan masih terlihat sibuk melanjutkan evakuasi. Sebuah mobil bak terbuka berhenti tepat di hadapan Langit dan Bumi dari kursi di sebelah pengemudi keluar sang Letkol dan di ikuti dengan tim singka yang turun dari bak mobil tersebut.

"Hormat Letkol," ujar Langit dan Bumi kompak.

"Hormat," balas sang Letkol. "Kau sudah berkerja keras satu harian ini ajak timmu istirahat sebentar dan tim Singka yang akan menggantikan kalian."

"Siap laksanakan Nda."

Setelah beberapa jam mengomando team yang di pimpinnya untuk beristirahat. Langit keluar dari dalam sebuah gedung khusus. Ia mengadahkan kepalanya menatap Langit namun sedetik kemudian ia menoleh ke sisi kiri ketika merasa ada seseorang yang ikut berdiri di sampingnya.

Kontan ia menghela napas beratnya lalu berujar, "Bagaimana ini persedian makanan yang tersisa tinggal sedikit sekali, setelah selamat dari hidup dan mati sekarang kita terkendala dengan bahan makanan, kita harus mengatur makanan sebaik mungkin sekarang Letda."

Dan tepat setelah berakhirnya kalimat dari Langit itu. Mobil bak terbuka yang ternyata adalah pengakut makanan berhenti tepat di hadapan mereka. Dari kursi pengemudi keluar pria bertubuh kekar yang Langit yakini itu adalah warga nepal, "Kalian pasti kelaparan kan? Setidaknya ini cukup untuk mengganjal perut tim kalian,"

Langit dan Bumi kompak mengangguk mantap dan Bumi segera menghubungi  Pelda Eka lewat walki talkinya, "Squad satu, segera kemari dan bagikan makanan kepada anggota."

Beberapa menit setelah bantuan makanan yang tadi di bawa dan di bagikan kepada Pelda Eka, Serta Peltu Ardi. Langit dan Bumi segera berderap mengikuti langkah ketiga anak buahnya itu.

Di sela-sela menikmati makanannya tim Chandra yang duduk rapi di depan Basecamp mereka terlihat dengan kompak masing-masing mengurut kaki mereka sendiri. Lelah, Letih semuanya menjadi satu berkumpul di tubuh mereka. Namun sekali lagi mereka sadar. Di sini mereka bertugas dan tanggung jawabnya tidak dengan komandan mereka saja melainkan dengan tuhan karena berhubungan langsung dengan para korban yang membutuhkan tenaga mereka. Maka mereka harus siap dalam keadaan dan kondisi apapun.

Serda Rizal yang menyadari Langit tengah berjalan ke arah timnya. Sontak ingin bangkit dan memberi hormat. Namun urung karena Langit terlebih dulu menyadari pergerakan Serda Rizal,telapak tangan Langit spontan terangkat mengkode sesuatu kepada Sertu Rizal lalu berujar, "Kalian duduk saja, dan makan dengan tenang, Kalian sudah bekerja keras dan tak tidur selama dua hari saya sudah menghubungi orang tua serta keluarga kalian jadi jangan khawatir. Saat jaringan sudah mulai normal kita bisa melakukan video call jadi bersabarlah sedikit."

"Siap Lettu kami mengerti," seru tim Chandra.

"Kita akan tetap melakukan gerakan penyelamatan besok pagi. Dan medan yang akan kita takhlukan akan lebih sulit lagi, jadi ketika kalian selesai makan kalian bisa pergi tidur jangan memikirkan apapun saat ini anggap ini perintah," ujar Langit kembali dengan tegas.

"Siap, Laksanakan Lettu," seru mereka kompak.

***

Indonesia, pukul 22:30.

Sekar berdiri di atas balkon kamarnya menatap titik imajiner yang seakan jauh berada di depan sana. Untuk sekian kalinya ia menghela napas beratnya. Wanita berpiyama merah maron itu yang kini sedang menyedekapkan kedua tangannya di depan dada kepalanya bergerak mendongak menatap Langit.

Chandra BhayaSingkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang