CBS 01

5.2K 319 5
                                    

Sekar dan Langit menuruni anak tangga menuju lantai tiga. Langkah keduanya kompak terhenti begitu di sebuah pertigaan lorong. Sekar menoleh untuk menatap Langit. "Saya ke Mushola dulu, kau Sholat di__"

"Di ruangan saja ya," potong Sekar cepat.

Langit mengulas senyum lalu mengangguk. "InshaAllah kita akan segera sholat berjamaah dengan kau dan malaikat-malaikat kecil kita sebagai makmum saya," bisik Langit.

Blush, pipi sekar merona. Wanita itu tersenyum tipis dan mengangguk samar. "Amin," balasnya singkat, namun penuh makna.

Lalu sejurus kemudian mereka berdua berpisah Langit yang berbelok di sisi kanan menuju mushola dan sekar yang mengambil jalan lurus menuju ruangannya.

🌿🌿🌿

20 menit berlalu sekar telah selesai menunaikan ibadah sholat maghribnya. Langkah Sekar terhenti ketika ponsel yang ia genggam di telapak tangannya berdering singkat. Menandakan ada notifikasi pesan singkat atau chat. Sekar segera membuka notofikasi tersebut. Senyumnya tercetak manis ketika ia selesai membaca isi pesan tersebut.

Lalu ia kembali melanjutkan langkahnya menuju keluar kamar. Tapi ketika handle pintu kamarnya berputar dan pintu terbuka lagi-lagi langkah Sekar terhenti di ambang pintu. Ketika mendapati Langit sudah duduk di kursi kebesarannya. Wanita itu reflek mendesah pelan dan mengusap dadanya sekilas. "Anda mirip cenayang Pak tiba-tiba sudah duduk di situ," gerutu Sekar.

Mendengar suara lembut itu Langit mengalihkan fokusnya dari layar ponselnya dan menoleh ke arah Sekar. Pria itu tersenyum hangat. "Begitu saja kaget," cibir Langit.

Sekar mencebik sinis seraya mengerucutkan bibirnya. Membuat Langit yang melihat itu kontan tertawa lalu bangkit dari duduknya dan berderap melangkah mendekat ke arah Sekar. "Mama kirim pesan kita di suruh pulang sekarang untuk makan malam bersama," ujar Sekar lembut, dan di angguki oleh Langit. "Kau yang mengabari mama kalau sudah pulang, mama kau kabari aku tidak," protes Sekar.

"Cerewet," balas Langit singkat. Lalu mencubit pangkal hidung Sekar dan melangkah menuju pintu keluar ruangang Sekar sembari terkekeh. Memang benar sewaktu di taksi tadi sehabis mengabari mama kandungnya Langit menelpon Mama Sekar juga tapi tidak dengan Sekar.

"Pria itu menyebalkan sekali, " desis Sekar, sembari melangkah menyusul jejak Langit yang sudah berbelok menuju pintu koneksi ruangannya.

🌹🌹

"Ais," panggil Sekar. Ketika ia sudah sampai di luar ruangan.

Aisyah spontan menoleh dan bangkit dari duduknya. "Pulang Ais yuk, saya dan Bang Langit juga mau pulang. Kamu mampir ke rumah yuk tante masak banyak, biasa Ais lagi nyambut anak lajangnya yang satu lagi nih," lanjut Sekar seraya melirik Langit sekilas.

Aisyah spontan tertawa mendengar ucapan Sekar. "Silahkan Mba, Mba Sekar pulang duluan, Saya beberes dulu setelah itu ikut pulang tapi maaf Mba saya tidak bisa ikut mampir ke rumah mas Tyo juga sudah menunggu di rumah Mba, kami rencananya juga ingin keluar," jawab Aisyah.

Mendengar itu Langit dan Sekar menatap Aisyah dengan ekspresi menggoda.

Membuat Aisyah spontan menyengir dan menggaruk pangkal hidungnya yang sama sekali tidak gatal.

"Salam dengan Mas Tyo ya Ais, kapan-kapan kita double diner deh," ujar Langit sembari menaik turunkan alisnya.

"Salam juga dengan tante dan om ya Ais," timpal Sekar sembari tersenyum.

Aisyah mengangguk sebanyak dua kali lalu ikut terkekeh ringan. "Ais juga titip salam dengan keluarga di rumah ya Mba, sama titip cubitkan Bang Langit dia ngeselin Mba," kata Aisyah. Langit sontak tergelak sementara Asiyah dan Sekar kompak terkekeh

🌿🌿🌿

Sesampainya di lantai satu dan selesai dengan berpesan kepada Arman dan Amran supervisor toko dan butiknya sebelum butik dan toko di tutup agar mengecek kembali dengan teliti terutama dengan keamanan listrik.

Sekar dan Langit kompak mengulas senyum manis ketika melihat kondisi butik dan tokonya yang ramai. Mereka berjalan beriringan membalas hangat sapaan karyawan-karyawannya. Sampai langkah mereka terhenti pada stand yang menggantung dress berkualitas. Sekar spontan menyunggingkan senyum manisnya ketika mendapati seorang wanita cantik sedang mengamati gaun berwarna putih susu tersebut.

"Letnan Harpa," panggil Sekar.

Yang di panggil pun sontak menoleh ke arah sumber suara. Seketika senyumnya mengembang dan berderap memeluk Sekar di lengkapi dengan cepka-cepki khas seorang cewek. "Kenapa tidak menelpon kalau ingin belanja di sini," kata Sekar.

Harpa tertawa. "Ah, aku tak mau merepotkan kau kak, tanpa kakak minta pun kualitas pelayan dan barang di sini memang terbaik bukan! Mereka melayani pengunjung di sini dengan sangat baik sehingga mereka termasuk aku nyaman berbelanja di sini," puji Letnan Harpa.

Sekar tertawa seraya mengangguk. Sedetik kemudian suara deheman keras dari Langit yang sedari tadi hanya menyimak karena Harpa tak menyadari kehadirannya.membuat Harpa spontan beralih memandang ke samping dan Bola matanya kontan membulat sempurna ketika melihat Langit sudah kembali dari tugasnya.

Tubuhnya reflek menegak dan mengangkat tangannya untuk hormat. "Hormat Lettu Langit Pramaharja," ujar Harpa dengan suara lantang.

Langit hanya bersidekap dan berdiri santai sembari melirik ke kanan dan ke kiri menyadari bahwa mereka sedari tadi telah menjadi pusat perhatian pengunjung butik. Sekar yang melihat itu spontan terkekeh keras. Membuat Langit memutar bola matanya lalu menatap Harpa. "Arpa kau benar-benar ya kita sedang tidak bertugas Arpa, Astaghfirllahaladzim," ucap Langit setengah menggeram.

Harpa terkekeh. "Maaf Abang, hehehe kebiasaan," cengir Harpa. Membuat Langit mendengus. "Kau kapan kembali kenapa tidak mengabariku?" tanya Harpa.

"Tadi sore," ujar Langit. "Ponselmu mati Arpa lalu aku mau mengabarimu lewat apa, telepati?"  lanjut Langit.

Sekar tergelak sementara Harpa menunjukkan cengiran khasnya seraya meringis lalu menepuk keningnya. "Tadi sore ada Apel mendadak di batalyon bang sorry ponsel sengaja aku mode flight," balas Harpa.

Langit mengangguk sekilas lalu tersenyum kepada Harpa. "Yasudah kami pamit duluan ya, kau happy shoping abangmu ini ingin membayar hutang dengan kakakmu dulu," ujar Langit seraya melirik Sekar.

Harpa mengernyitkan dahinya lalu beralih menatap Sekar. "Hutang?" ulangnya.

Langit mengangguk dan sudah beralih menggenggam telapak tangan mungil nan kurus itu. "Hutang rindu." bisik Langit tepat di telinga Harpa. Lalu menarik Sekar berlari kecil meninggalkan Harpa yang masih memperhatikan punggung keduanya.

Namun Sekar tiba-tiba saja menoleh ke belakang ke arah Harpa lalu melambaikan tangannya kepada Harpa seraya tersenyum lebar membuat wanita itu tersentak kaget dan mengerjapkan matanya beberapa kali lalu membalas melambaikan tangannya ke arah Sekar yang sudah menghilang di balik pintu masuk butik.







Pendapat tentang Kisah ini ada...
Di persilahkan mengisi kolom komentar dengan hormat.. 😊🙏


To Be Continued.

29-12-2018.

Chandra BhayaSingkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang