CBS 11

2.5K 166 0
                                    

Hope you enjoy it, Vomment jangan lupa ya guys🙏 Happy Reading.

🌹🌹🌹

"Cho awas ih hoby banget ndusel-ndusel," protes Sekar ketika Richo tahu-tahu saja sudah mengambil duduk diantara Sekar dan Hanif (tunangan Enggar).

Sehabais makan malam bersama tadi memang mereka melipir ke ruangan santai yang ada di rumah Sekar. Sementara kedua orang tua Sekar memilih istirahat terlebih dulu di kamar mereka. "Makanya cari bini biar gak gelendotan kayak siamang kau tu Cho, Abang aja mpet Cho," timpal Enggar yang diangguki setuju oleh Sekar.

Langit dan Hanif hanya tertawa ringan melihat kelakuan Kakak-beradik ini. Richo mendengus lalu berdecak ringan. "Berisik kalian," balasnya cuek sembari menyenderkan kepalanya di bahu Hanif. Mengabaikan pelototan tajam dari Enggar dan itu juga yang membuat tawa Sekar meledak.

"Udah ih, ribut aja kalian sih udah gede juga," Hanif menengahi, membuat Enggar kontan mendengkus tak suka dan Richo mengulum senyum kemerdekaan.

"Herzog belum ada tugas ke luar lagi?" tanya Enggar pada Langit.

"Belum Nggar," jawab Langit.
Enggar mengangguk.

"Alhamdulillah, tisu berarti aman," ujar Enggar dan Richo kompak.

Sekar kontan mendelik tajam kepada kedua adiknya ini. Sementara Langit diam-diam mengulum senyum geli seraya memandang Sekar.
"Bahuku juga aman Brother," celetuk Richo.

Ingin rasanya Sekar menyeret paksa kedua adik laknat ini kekamar mayat detik ini juga. Dan dalam hitungan ketiga detik tawa empat orang di ruangan itupun pecah kecuali Sekar yang sudah mengurucutkan bibirnya seraya berdesis sinis. Membuat Langit dan Enggar semakin tergelak. Kemudian setelahnya terdengar suara mengadu cukup keras yang keluar dari bibir Langit. Karena perut Langit yang di balut seragam PDH itu di cubit kuat oleh Sekar. "Bahagia sekali anda sepertinya sir," cebik Sekar.

Langit mengulum senyum dan segera menarik kepala Sekar agar bersandar di dada bidangnya. Membuat Enggar, Hanif dan Richo yang melihat itu kompak mengulum senyum samar. Tapi tak lama karena setelah itu ponsel Langit berdering menampilkan nama kapten di layar 5 inci tersebut. Pergerakan tangan Langit yang mengelus lembut kepala Sekar pun terhenti.

"Saya jawab telpon ini dulu ya!" kata Langit.

Sekar mengangguk lalu menegakkan duduknya. Langit segera bangkit dan tak lupa melempar senyum hangat kepada Enggar, Hanif dan Richo lalu setelahnya ia berderap menuju ke halaman belakang rumah Sekar.

Enggar spontan menghembaskan tubunya ke punggung sofa lalu berujar. "Ya allah baru aja juga di bilang tisu aman," kata Enggar.

"Ha'ah baru juga ngerasa bahu aman, hazab udah," timpal Richo.

Membuat Sekar yang masih memperhatikan punggung Langit yang sudah menghilang di belokan itu spontan mengerjapkan matanya dan menoleh ke arah Enggar dan Richo sembari melayangkan tatapan tajamnya. Kemudian terdengar suara pukulan yang mengakibatkan suara ringisan cukup kuat bukan dari Enggar melainkan dari Richo yang duduk tepat di sisi kiri Sekar dan di sisi kanan Hanif. "Adek-adek durhaka memang kalian," umpat Sekar.

Hanif dan Enggar kembali tertawa namun sedetik kemudian tiba-tiba saja tangan Hanif bergerak dan tak sengaja menyenggol luka sayatan yang ada di perut Richo. Membuat pria itu semakin meringis dan refleks memegangi lukanya. Semua mata tak terkecuali Hanif mengikuti arah pergerakan tangan Richo.

Chandra BhayaSingkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang