Mulmed by: SID, Sunset Di Tanah Anarki
🌿CBS 🌿
Seorang wanita cantik sedang berdiri menghadap ke ufuk barat tepat ketika sinar jingga yang di bawa senja menyapa dunia. Di temani semilir angin sore yang berhembus syahdu wajahnya ia biarkan terkena sapaan cahaya senja. Sekar Rinka Tahir. Wanita pengagum senja. Kegiatan rutin mengunjungi rooftop gedung butik dan tokonya sendiri ini yang kerap kali ia lakukan. Walau hanya dalam waktu-waktu tertentu saja.
Untuk sekarang ini misalnya, ketika Sekar sedang menunggu kehadiran seseorang. Seorang pria tangguh dalam hidupnya setelah sang Papa dan kedua adiknya. Sosok penuh Misterius sebab datang dan perginya tak bisa Sekar Prediksi. Jika ia datang ia adalah penyembuh Rindu dan sekaligus penyembuh rasa khawatir ketika senyum dan pelukannya menyapa Sekar. Begitupula ketika ia kembali pergi bertugas meninggalkan rasa rindu dan khawatir yang tak bisa di ukur dan di gambarkan dengan apapun.
Ketika Senja datang dan ia sedang melaksanakan tugasnya Sekar akan ke sini. Selain berkeluh kesah dan menyerahkan sepenuhnya keselamatan dan kesehatannya serta berharap perlindungan untuk pria itu kepada Allah.
Menikmati Senja dan beridalog tanpa suara kepada Senja adalah cara kedua yang Sekar lakukan untuk melampiaskan perasaan takutnya, perasaan khawatirnya, dan tentu saja rasa rindunya. Berharap senja akan menyampaikan semua campur aduk perasaannya ini kepada seorang Pria di sana. Seorang Pria yang Sekar selalu sebut namanya di hadapan Allah setelah nama orang tuanya, dirinya sendiri dan keluarganya. Dia Adalah____
"Musuh terbesar Saya adalah Senja, Cemburu terbesar saya adalah kepada senja, sebab.... tanpa melakukan apapun tanpa berusaha jungkir balik seperti saya dia sudah sukses merebut hati ibu persit saya," mendengar suara bariton yang khas tersebut membuat mata sekar yang tadi terpejam perlahan terbuka.
Namun gadis itu tetap pada posisinya tidak berbalik. Hanya melirik ke belakang sekilas lalu kembali menatap senja. Sedangkan sang empunya suara yang tadi berkata sangat lantang bahwa musuh terbesarnya adalah senja ia mengulas senyum manis dan berderap melangkah mendekati Sekar.
Ya, dia pria yang Sekar maksut tadi Lettu Langit Pramaharja Simanjuntak. Pria gagah berumur 26 tahun. Bagian dari keluarga besar Batalyon Chandra Bhayasingka. Pasukan khusus Kompi Zeni Yonif 112.
Langit terus melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah Sekar berdiri. Tangan kanannya spontan meraih sesuatu di saku dari dalam rompinya. Setangkai mawar putih yang di balut dengan kertas sampul coklat. Ia sodorkan tepat di hadapan Sekar dengan posisi seperti tengah memeluk Sekar dari belakang.
Tangan kirinya yang terbebas meraih pinggang mungil Sekar memeluk calon istrinya dengan erat. "White Rose untuk ibu persit saya," bisiknya.
Bibir Sekar spontan mengulas senyum manis. Tangan kanannya meraih bunga mawar yang di sodorkan Langit tadi, menghirup aromanya sejenak sampai matanya kembali terpejam. "Kali ini metik di sisi markas yang mana lagi?" tanya Sekar di sela kegiatannya menghirup aroma mawar putih itu.
Sang Lettu kontan tertawa ringan. "Kali ini tidak di markas, white rose ini saya temukan di hutan ketika selesai bertugas dan tengah berjalan menuju markas kembali, sepertinya ia menunggu pangerannya datang dan ingin menghampiri sang permaisuri bersama pangerannya," jawab Langit.
Mendengar itu Sekar tergelak. Barulah Sekar mendongak dan ke dua pasang netra kelabu itu beradu, berteriak tanpa kata yang tak terucap membelenggu satu sama lain. Dua detik sang Lettu tersenyum hangat sembari mengeratkan pelukannya kepada Sekar. Rindu yang menumpuk selama 2 minggu kini menguap begitu saja.
Langit bersyukur sangat-sangat bersyukur Allah hadirkan Sekar untuknya. Sekar dengan segala yang ia miliki, dengan segala kesabarannya. Ia wanita tertangguh kedua setelah ibu Langit. Ketika di tinggal Langit bertugas dengan segala resikonya Sekar masih dapat memberikan senyuman hangatnya. Di tinggal berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan lamanya dengan jarak beratus-ratus kilometer atau bahkan berjuta-juta kilometer dengan minimnya komunikasi.
Dan yang bisa sepasang sejoli ini lakukan adalah mencari perantara untuk menyampaikan rasa rindu mereka. Menyampaikan segala keluh kesah mereka. Saling menanyakan kabar berita dengan doa dan Allah lah yang menjadi perantara yang utama setelahnya adalah Senja untuk Langit dan Sekar.
Jika Sekar menyebut Langit adalah hadiah paling indah yang Allah berikan untuknya. Maka Langit menganggap Sekar adalah salah satu Anugerah terindah yang Allah berikan untuknya yang Langit patut syukuri.
Cukup lama mereka menikmati dalam hening. Sejenak melepaskan rindu bersama senja sampai sekarlah yang memecah keheningan terlebih dulu. "Maghrib Sir, kita ngapel dulu yuk dengan komandan terbesar," ujar Sekar.
Langit mengangguk mantap tapi ia masih belum melepaskan pelukannya. Membuat Sekar berdecak pelan lalu membalikkan tubunhnya. Kembali, netra kelabu mereka kembali beradu untuk beberapa detik. Sampai dua detik kemudian sekar memutus kontak mata tersebut. Lalu Matanya turun ke bawah seperti menscan keadaan Langit.
Menyadari itu Langit meringis pelan apalagi ketika mendapati sekar memakai heels hitam yang tumitnya membuat mata Langit spontan terbelalak dengan sempurna. "Astaghfirllah, kenapa mesti pakai sepatu mengerikan itu ya tuhan, sandal jepitnya kemana," omelnya dalam hati, seraya meneguk salivahnya kasar. Tatapannya kini beralih menatap Sekar yang kala itu juga sudah selesai menscan keadaan Langit dan kini tengah menatapnya dengan tatapan yang tak bisa Langit gambarkan.
Sekar menaikkan kedua alisnya ketika melihat calon suaminya ini meringis pelan. "Saya tidak papa, tidak ada yang terluka sedikitpun, janji itu sudah saya tepati untuk tugas ini, saya pulang dengan selamat bisa tersenyum dan memeluk kamu. Laporan selesai," ujar Langit.
Tapi Sekar masih menatap Langit intens dan diam-diam tengah mengumpulkan tawa di dalam mulutnya melihat ekspresi Langit seperti ini. Pasalnya ia tadi lupa mengganti sepatu high heelsnya dengan sandal jepit dan bertepatan dengan itu Langit kembali bertugas. Jahili seorang Langit Pramaharja sekali-kali gak papa kali ya. Batin Sekar.
"Jangan Hukum saya, kau lagi tidak memakai sandal, pakai heels. Walau sepatu ini tebal tetap saja dapat menembus sepatu ini. Kau lihat tumit sepatu kau!" mata Langit sekali lagi melirik ke bawah. "Kau tidak ingin kan memiliki calon suami yang punggung kakinya berlubang cap tumit sepatu," lanjut Langit setengah meringis.
Tapi Sekar masih bergeming padahal ia tengah menahan tawanya mati-matian agar tak meledak melihat ekspresi menciut sang Lettu. Dan Langit.... melihat tak ada reaksi dari Sekar membuat Langit spontan mengusap wajahnya frustasi. Lalu hendak membuka suaranya lagi tapi gagal karena bertepatan dengan itu terdengar suara mengadu tepat ketika sekar sudah meninju sedikit keras perut sixpack Langit yang di balut seragam kebanggaanya itu.
Mendapat serangan mendadak dari Sekar membuat Langit refleks melepaskan pelukannya dari pinggang Sekar lalu spontan mundur seraya membungkuk kedua tangannya mengusap perutnya sekilas. Membuat Sekar yang melihat itu tawanya pun tak bisa lagi ia tahan. Alhasil ia tergelak dengan cepat berlari kecil menjauhi serangan manuever yang akan dilakukan Langit.
"Tidak di kaki di perut pun bisa Lettu, karena hukuman tetaplah hukuman kau selalu menyiksaku dengan rindu ini," seru Sekar ketika sudah berdiri di ambang pintu rooftop gedung.
Langit yang sudah berdiri tegak, pria itu memandang Sekar seraya berkacak pinggang. "Rindu yang kutorehkan pada kau sudah kutebus Inka," balasnya.
Langkah Sekar yang sudah ingin berbalik dan melangkah masuk ke dalam gedung terhenti. Ia kembali menoleh ke belakang ke arah Langit. "Laporan dulu sir sudah Adzan maghrib ini," kata Sekar, sembari tersenyun penuh arti kepada Langit lalu berbalik dan melangkah masuk ke dalam terlebih dahulu.
Masih berkacak pinggang Langit tersenyum lebar seraya menggelengkan kepalanya sekilas menatap punggung Sekar yang sudah menghilang di balik pintu rooftop. "Ah, wanita itu seram tapi menggemaskan," gumam Langit.
Lalu ia mengayunkan kakinya mengikuti jejak Sekar masuk ke dalam dengan masih tersenyum manis. Dan bertepatan itu suara Adzan maghrib berkumandang.
TBC
28-12-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra BhayaSingka
ChickLit-Based On True story- Ayo berpetualangan bersama Lettu Langit. Dan Ayo belajar sabar, tabah, ikhlas dan kuat bersama calon ibu persit cantik. Sekar Rinka Tahir. Sebuah kisah klasik, nan sederhana. Rindu. Adalah perasaan menyiksa ketika jarak membent...