CBS 45. 🍃

1.5K 107 4
                                    


Hal terbaik dan terindah yang tak dapat di lihat dan di sentuh secara nyata namun bisa di rasakan di dalam relung Jiwa adalah Dia pemilik, satu kata penuh makna yang bertahtakan tinggi yaitu ketulusan.

Sekar berjalan cepat di parkiran motor rumah sakit Kencana. Begitu masuk anggukan dan senyum sopan dari seorang wanita yang berada di balik meja resepsionis Sekar terima dengan baik.

Sambil berjalan menuju ke suatu ruangan Sekar merogoh ponselnya yang berada di saku blazernya berniat menghubungi Aisyah kalau ia akan datang terlambat hari ini.

Sekar mendesah pelan ketika melihat layar ponselnya yang menampilkan ada 22 panggilan tak terjawab dari Langit selama kurun waktu satu jam berarti selama ia berada di jalan menuju ke rumah sakit ini. Sekar mendesah pelan lalu menggelengkan kepalanya seraya terkekeh tanpa suara.

Kini wanita itu menghentikan langkahnya sejenak dan duduk di salah satu kursi besi di lorong rumah sakit. Jarinya berganti membuka aplikasi pesan dan tepat ketika ia membaca pesan dari Langit ibu direktur itu tak lagi dapat menahan kekehan merduny.

"Pria ini benar-benar, kenapa mendadak menjadi sangat posesif seperti ini," gumam Sekar ketika membaca delapan pesan singkat yang Langit kirimkan dan semuanya berisi kalimat khawatir dari pria gagah nan rupawan itu.

Sekar bangkit dari duduknya dan memilih berbelok menuju koridor khusus, Sepertinya ia butuh ruangan private untuk menghubungi Langit agar pria itu bisa melihat bahwa Sekar pagi ini akan baik-baik saja (tidak tahu nanti sore akan bagaimana.) lalu setelahnya baru akan menghubungi Aisyah.

"Nona Sekar!" Sekar menoleh ketika mendengar suara itu dan tersenyum hangat.

"Dokter Sakhta," sahutnya ketika melihat Dokter Arjun Sakhta terlihat baru keluar dari ruangannya yang berada tepat di depan ruangan kakak sepupunya. Dokter Airin Sp.Pd.  Dan tak jauh dari situ juga terdapat ruangan calon Adik iparnya. Dokter Hanif. Sp.A. beserta ruangan beberapa dokter spesialis yang lain.

"Apa kabar My Lady?"

Sekar mendengkus, "Ini masih pagi Dokter Sakhta, dan kau menghancurkan moodku," omel Sekar. "Aku baik tadi, tapi setelah bertemu kau tidak lagi." lanjutnya.

Dokter tampan itu tertawa merdu mendengar ucapan Sekar.

"Bagaimana kabar Lady Dira?" tanya Sekar.

"Dia sangat baik Nka, dan sedang sibuk mempersiapkan pernikahan kami, sehingga aku sangat merasa bersalah karena belum bisa ikut ambil andil bersamanya untuk mengurusi pernikahan kami,"

Sekar yang mendengar itu barulah bisa mengembangkan senyumnya, "Wanita itu, aku mengenalnya Sakhta, kau tenang saja dia wanita tangguh." kata Sekar.

Membuat Sakhta tertawa dan mengangguk setuju, "She's my one and only cute Lady." sahut Sakhta.

Sekar refleks merotasi bola matanya membuat tawa Sakhta naik dua tingkat lebih merdu, "Baiklah aku pamit terlebih dulu ingin mengontrol pasien, Doter Airin juga sedang mengontrol pasien dan mungkin belum kembali ke ruangannya Nka." ucap Dokter Sakhta. "Ah iya sisakan waktumu dan Langit untuk menghadiri pernikahan kami, aku dan Dira akan mengamuk jika kalian tak hadir."

Sekar mengangguk mantap seraya tertawa merdu kepada Sakhta, "Kami akan datang, sampaikan salamku kepada Dira kalau begitu nanti." Sakhta mengangguk lalu kemudian mengambil langkah meninggalkan Sekar.

Chandra BhayaSingkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang