CBS 35 👥

1.7K 119 3
                                    


H

appy Reading manteman

Hope You Enjoy it for this story🙏

❄Chandra BhayaSingka.❄

Sekar terlihat baru selesai keluar dari kamar mandi setengah jam setelah ia sampai di rumahnya. Wanita itu baru selesai membersihkan dirinya ketika waktu sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam.

Sebelum memutuskan beristirahat. Sekar mematut dirinya di depan cermin. Senyumnya tersungging tipis. Namun sedetik setelahnya seperti mengingat akan satu hal Senyum Sekar perlahan memudar ia menyapu pandangannya ke seluruh sudut kamarnya. Kemudian berbalik dan melangkah menuju sisi lain dari kamarnya dan mengamati sebuah alat kecil yang menempel di dinding.

Sistem keamanan yang berada di kamar Sekar rupanya masih berfungsi dengan amat baik. Sekar sejenak menghela nafas leganya. Lalu ia melangkah kembali ke arah ranjangnya namun langkahnya tak terhenti di tempat tidurnya. Sekar malah terus berjalan ke arah balkon kamarnya begitu pintu balkon itu terbuka tanpa gentar wanita itu berjalan dan berhenti di tepi balkon kamarnya.

Sekar terus menatap lurus ke depan tak perduli angin malam menghantam tubuh mulusnya yang di balut piyama panjang berwarna merah maron itu. Sekar ingin menunjukkan kepada siapapun yang berusaha ingin menjatuhkannya bahwa ia tak gentar sama sekali. Sekar tak perduli malam ini orang itu akan kembali untuk mengintainya. Tapi Sekar harap orang itu melihatnya saat ini. Melihat Sekar yang sama sekali tak gentar untuk menghadapinya. Akan Sekar tunjukkan siapa sebenarnya dirinya.

Cukup lima belas menit Sekar berdiri di balkon kamarnya. Setelahnya ibu bos RC itu berbalik melangkah masuk ke dalam kamarnya. Dan memastikan gorden jendela dan balkonnya tertutup rapat.

Mata Sekar baru lima menit terpejam namun sepertinya niatnya untuk bergelung di alam mimpi lenyap sudah begitu ia mendengar suara derap kaki masuk ke dalam kamarnya. Dan tak lama kasurnya berguncang cukup kuat membuat Sekar refleks mendengkus keras. Sebab sudah hapal siapa pelakunya.

Besok, Sekar akan memanggil tukang kunci dan menyuruh untuk membuat kunci keamanan yang berlapis di kamarnya.

Sementara sang pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah adik sulungnya sendiri. Tanpa merasa bersalah terus mengguling-gulingkan tubuhnya membuat Sekar yang tadi hanya diam saja kini mendengkus keras dan memukul Enggar menggunakan gulingnya. Sehingga pria tampan itu mengaduh cukup keras. Namun Sekar tak perduli akan hal itu.

"Keluar! Aku ingin istirahat," usir Sekar.

"Singkirkan dulu rasa kantukmu itu Lottie," ucap Enggar yang sudah mengubah posisinya menjadi duduk bersandar di kepala tempat tidur.

Dan benar saja. Sekar langsung mendelik lalu ikut mengubah posisinya yang tadi berbaring menjadi duduk menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur. Ia melirik sekilas adiknya yang terlihat sangat lesu malam ini.

"Richo sudah kembali ke rumah?" tanya Sekar.

"Belum," balas Enggar singkat. Pria itu nampak mengurut pelipisnya sejenak lalu menoleh ke arah Sekar. "Besok ada undangan charity gala dari keluarga Rahardi di hotel mereka, seperti biasa kita di wajibkan untuk datang, dan kau ku-harap tidak mencari-cari alasan untuk absen dari pesta ini untuk yang ke sekian kalinya," kata Enggar.

Mendengar itu Sekar refleks berdecak tak suka lalu mendengkus keras. "Aku besok banyak klien yang tak-" Sekar tak melanjutkan kalimatnya ketika melihat
Enggar sudah menghadap ke arah Sekar. Pria itu memicingkan matanya.

"Beri alasan itu kepada opa langsung jangan kepadaku,"

Sekar refleks menghela nafasnya. Jengkel. Malam-malam begini di kala tubuhnya ingin beristirahat malah mendapat kabar yang membuat Sekar ingin mencekik leher Enggar detik ini juga. Ya, Sekar memang sangat anti pati sekali dengan pesta kalangan pembisnis atau sering di sebut pesta ton. Lebih baik Sekar menggunakan waktu luangnya untuk menonton serial Disney daripada harus menghadiri pesta membosankan itu.

Chandra BhayaSingkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang