Bab Dua puluh empat

6K 223 4
                                    

Play now || ~ Imagination - Shawn Mendes ~

Aku upload lagi kalo nemu typo komen aja biar aku perbaiki
Agak ngadat updatenya badanku kurang fit banget tapi gak papa aku usahain update kok
Ini aku revisi pelan-pelan jadi bakal lebih lama upload tunggu ini selesai juga boleh kok
Jangan lupa tinggalkan jejak
Happy reading..

Lo suka gue?

🐭🐭🐭

Stevan memenuhi janjinya untuk tak lagi bolos sekolah, meski hari sebelumnya ia sempat terlambat. Dengan sangat tergesa-gesa Stevan memakai sepatunya asal, tas hitam tak berbody itu ia sampirkan disalah satu bahunya. Sudah dua hari semenjak kejadian di cafe dan Stevan belum memiliki keberanian untuk memastikan kebenarannya bagaimana.

Stevan menuruni tangga mengulas senyum tipis menghampiri Irma yang berdiri tak jauh dari anak tangga mungkin ibunya juga akan menyusulnya ke kamar.

"Bunda mau ke kamar eh kamu udah turun duluan, sekolah yang bener ya jangan bandel-bandel nanti kena omel guru-guru lagi harus jadi anak baik dong"ceramah Irma yang akhir-akhir ini terus mengingatkan Stevan tentang sekolahan.

Stevan mengangguk paham"Iya, Bunda. Stev berangkat sekarang" pamit Stev lalu mencium punggung tangan Irma yang mendapat balasan berupa kecupan panjang dikeningnya, bukan Irma namanya jika tak melakukan ritual tersebut sebelum anaknya berangkat sekolah.

Memilih menaiki motornya daripada mobil Stevan membelah jalanan dengan kecepatan sedang, sesekali Stevan menoleh merasa aneh saat berhenti di lampu merah dan melihat banyak sekali orang-orang berseragam sekolah, Stevan masih tak terbiasa berangkat pagi bahkan mendengarkan pembelajaran dengan serius di kelas tapi yasudahlah Stevan juga sudah berjanji dengan Irma.

Butuh waktu sekitar dua puluh menit, waktu yang normal jika menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, Stevan memarkirkan motornya di parkiran sekolah, masih dengan kebiasaan barunya Stevan melepas jaket Levis lalu menyimpannya didalam tas lalu berjalan pelan meninggalkan parkiran, tatapan kagum, aneh, bahkan curiga bisa Stevan lihat saat dirinya melewati beberapa murid, hal yang sangat wajar mereka memperlihatkan berbagai macam ekspresi terhadap Stevan, Stevan sendiri juga masih kurang nyaman dengan kelakuannya kali ini.

"Stev, udah berangkat aja ya jam segini"

Stevan menghentikan langkah kakinya, memasukkan tangannya disaku celana sembari menatap Tamarra dengan tatapan dingin, gadis pembuat onar yang nyaris dikeluarkan dari sekolah dan dipaksa menerima skorsing dari sekolah selama satu bulan, sudah bisa dibayangkan bagaimana muaknya Stevan?

"Minggir!!!"kata Stevan pada gadis tersebut yang masih mengembangkan senyuman lebar.

Tamarra mengerutkan keningnya bertanya-tanya "Kok dingin banget sih, kenapa?gue tanya baik-baik lho gak aneh-aneh"

"Minggir" tegas Stevan kali ini mampu membuat Tamarra sedikit minder lalu menggeser tubuhnya menyingkir sebelum akhirnya Stevan kembali melanjutkan langkahnya.

Stevan melemparkan tasnya diatas meja begitu sampai kelas lalu dirinya duduk dikursi, pandangannya disapukan sebentar kearah Seyla yang hari ini sudah kembali bersekolah dengan ekspresi bahagianya, Stevan menoleh malas saat Navriel memukul pelan lengannya.

"Gimana?"

"Apa?"

"Masalah Seyla itu, dia beneran masih pacaran sama Dyto lho pagi tadi gue tanya, hampir aja gue kelepasan ngomong, terus ini dikasih tau kapan?"cerocos Navriel dengan kerutan didahinya.

"Nanti"

"Ah, Lo nanti terus. Tugas kemarin udah Lo kerjain? katanya tobat"komentar Navriel yang sudah hafal dengan karakter Stevan.

STELA ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang