Aku revisi pelan-pelan jadi updatenya pelan-pelan ya guys
Kalo masih ada typo komentar aja biar aku benerin gitu jangan diem-diem ya guys
Jangan lupa tinggalin jejak dan jangan lupa buat nabung biar bisa peluk novel Stela 1 ini ya bakal aku rubah banget tenang bahkan ending yang kalian nanti baca sampai kelar bakal beda banget sama ending novel terus bakal aku UNPUBLISH dulu Stela 2 karena ngikuti ending novel, jangan lupa nabung ya
Happy reading...***
Setelah tak sadarnya Seyla pagi tadi Irma memaksa Stevan untuk mengantarkannya ke rumah sakit, padahal semalam ketika melihat raut wajah gadis itu yang sudah baikan Irma pikir memang sudah sembuh tapi pagi tadi ketika Stevani mengatakan badannya kembali panas Irma sudah mulai was-was tak enak, dan benar saja dugaannya.
Sesampainya di rumah sakit Seyla langsung ditangani oleh dokter, perasaan bersalah itu menyelimuti Stevan lagi, kali ini lebih parah karena Seyla harus dilarikan ke rumah sakit, bagaimana tidak gadis itu tadi sempat mimisan sebentar dan ia cukup khawatir, meskipun Stevan sendiri juga tak tau kenapa harus khawatir seperti itu.
Stevan menatap Irma yang masih meremas-remas tangannya cemas "Bunda Stevan hari ini bolos ya, kasian Seyla"celetuk Stevan yang mempu mengubah ekspresi Irma menjadi tegang.
"Gak ada, Bunda udah keseringan dapet surat panggilan Stev, lagian bentar lagi kamu lulus jangan seenaknya aja dong sekolah itu, Seyla biar Bunda yang jagain kamu tetep sekolah"
Stevan meraih tangan Irma berusaha membujuk wanita paru baya yang akhir-akhir ini memang cukup tegas perkara pendidikannya "Ya Bun kali ini aja besok-besok gak kayak gitu lagi, ini juga udah jam masuk gak papa ya hari ini Stevan gak masuk sekolah"bujuk Stevan memperlihatkan ekspresi yang selalu bisa meluluhkan hati ibunya. Entahlah Stevan hanya ingin memastikan kondisi Seyla langsung itu bagaimana, tiba-tiba ada perasaan yang begitu berat untuk meninggalkan gadis itu, yang jelas perasaan yang seharusnya Stevan tak rasakan.
Irma menepuk lengan putranya keras namun detik selanjutnya mengangguk pasrah "Ini terakhir kali Bunda capek dapet surat cinta dari sekolah mu"peringat Irma tegas.
"Iya Bunda, ini yang terakhir"
Irma membuka mulutnya setengah lalu menepuk Stevan lagi "Kabarin keluarganya Stev, dari tadi kamu ngapain"
Stevan tak menjawab dan memilih mencari kontak Navriel diponselnya, Stevan tak tau siapa keluarga Seyla bahkan cerita tentang keluarganya juga tak tau yang ia pahami hanya Seyla berkerja di rumah Navriel.
Stevan melakukan panggilan singkat dengan Navriel menjelaskan sejelas mungkin jika Seyla berada di rumah sakit meskipun percakapan singkat itu Stevan hanya sebagai pihak penjawab dan Navriel yang mengutarakan pertanyaan.
Gerakan gelisah yang Irma lakukan itu berhasil mencuri perhatian Stevan "Bunda kenapa?"
"Sebenernya hari ini Bunda ada acara ketemu temen dari Amerika, dia kebetulan pulang ke Indonesia gitu tapi gak papa bisa lain kali kalo gak bisa hari ini"jawab Irma jujur, dirinya memang akan bertemu salah satu temannya yang baru pulang dari Amerika.
"Seyla biar Stevan yang jagain gak masalah, lagian kasian temennya Bunda udah pengen ketemu"
"Tapi--"
"Gak papa Stevan bisa, nanti kalo ada apa-apa Stev langsung kabarin Bunda"ujar Stevan lagi yang membuat Irma mengangguk setuju.
"Beneran dijagain, keluarganya belum dateng lho""Iya Stevan tungguin disini gak bakal kemana-mana"
KAMU SEDANG MEMBACA
STELA ✓
Teen FictionCover by kdk_pingetania PROSES REVISI Part lengkap #Best Rank 7 in Romanc #Best Rank 15 in Pertemuan #Best Rank 12 in Pertemuan #Best Rank 6 in Kebencian 'Ketika sebuah rasa yang kecewa' Seyla Almahera Jovita Hazel yang lebih sering dipanggil Seyla...