Bab Empat

9.6K 379 22
                                    

Aku revisi pelan-pelan ya
Jangan bosen aku ngomong itu terus karena emang lagi revisi
Jangan lupa nabung buat Stela versi cetak ya, oh ya bakal ada konflik yang gak aku kasih di versi wattpad kepoin pokoknya nanti
Happy reading..
Enjoy.....

Bukan disengaja hanya kurang hati-hati saja

🐼🐼🐼

Dering jam weker yang mengalun keras dikamar Seyla itu berhasil membangunkan empunya, dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul Seyla mencoba menegakkan duduknya lalu menyandarkan kepalanya dibufet kasur, telapak tangannya bergerak mengusap peluh keringat diwajahnya semalam menjadi malam yang cukup melelahkan dan menguras tenaga Seyla, segelas air mineral yang sengaja disimpan di nakas itu diteguk Seyla dengan rakus sembari mengumpulkan semua nyawanya yang masih terasa melayang.

Tempat yang sama dengan semalam dan kamar yang berbeda dari hari-hari sebelumnya, Seyla mengerutkan bibirnya cemberut lalu menatap kosong kearah depan, semuanya bukan mimpi peraturan kemarin memang benar adanya bukan halusinasi Seyla.

Setelah beberapa menit mencoba berdamai dengan takdirnya Seyla mencoba menerima semuanya, matanya melirik jam weker yang baru menunjukkan pukul lima pagi, rekor baru yang bisa Seyla torehkan sepanjang hidupnya, jujur saja saat ini Seyla bener-bener belum siap jika harus jadi pembantu apalagi hidupnya hampir semua bergantung pada pembantu rumah tangga dan sekarang ia menjalankan peran yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.

Seyla menatap pantulan wajahnya di kamar mandi, mukanya bener-bener menakutkan, matanya masih sembab dan sedikit berat, kesalahan memang semalam dirinya pakai drama menangis dulu dan sekarang akibatnya bisa Seyla rasakan langsung, tak menyia-nyiakan waktu lebih lama Seyla mengusap wajahnya dengan air bersih mengembalikan ekspresi semula. Lengkungan lebar itu Seyla usung untuk menyempurnakan ekspresinya pagi ini

"Lo gak boleh down Sey, kemarin tindakan Lo emang salah dan sekarang waktunya buat berubah"ujar Seyla menyemangati dirinya sendiri, memang perkataan dan perbuatan itu sangat beda tapi kali ini Seyla tak ingin terus menerus mengeluh dan memilih menyemangati dirinya sendiri.

Tak sama dengan hari-hari sebelumnya Seyla kali ini berjalan kearah dapur untuk menanyakan tugasnya berbeda dengan hari kemarin yang masih sibuk diurus sama pembantunya.

Senyuman lebar itu Seyla usung begitu mendapati Bi Tutik tengah berkutat dengan bahan-bahan masakannya "Bi Tutik, tugas Sey apa?"tanyanya sopan.

Bi Tutik yang masih membersihkan sayuran lantas menengok kebelakang tepat kearah Seyla "Oh Non Seyla udah bangun, Non Seyla bisa kan cuci baju?bajunya udah Bibi ambilin semua tinggal nyuci"ujar BI Tutik yang masih mendapat respon pasif dari Seyla.

Seyla masih berusaha mencerna tugasnya barusan, mencuci baju Seyla pikir pakaian akan dengan senang hati bersih sendiri dan Seyla sekarang yang harus mencucinya, jangankan mencuci mengucapkan katanya saja Seyla jarang, 18 tahun Seyla hidup baru kali ini dirinya mencuci pakaian, milik orang lain pula.

Bersih gak ya nanti,,,,batin Seyla bertanya-tanya.

"Pake mesin cuci-kan Bi?"

Bi Tutik terkekeh pelan lalu mengangguk sekali "Iya Non dibelakang sana mesin cucinya, nanti sambil nyuci Non Seyla sirami bunga yang ada didepan sampai belakang ya"

"Iya Bi nanti Seyla siram"

Tak langsung melakukan tugasnya Seyla lebih memilih mengamati mesin didepannya ini, jangankan menggunakannya Seyla saja baru menyentuhnya hari ini, biasanya semua pakaian kotornya di kamar mandi sudah diurus Bi Inem tanpa merepotkannya, dan hari ini ia harus mencuci baju.

STELA ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang