HASBY 34

29.2K 1K 42
                                    

Sudah hampir tujuh bulan ia bersekolah di Jakarta, dan sudah hampir tiga bulan ia menjalankan kehidupan nya tanpa kehadiran Hasby dan besok adalah ujian terkahir Hasby yang ia akan jalankan dengan tanpa semangat dan ocehan dari Hany.

Waktu yang sangat cepat, mungkin waktu mengajarkan kita akan melupakan sesuatu hal yang telah terjadi dan memperbaiki yang telah di lalui.

Hany memutuskan untuk berdiam sendiri dan sedikit menjauh dari Hasby, ia perlu waktu untuk berfikir untuk memutuskan semuanya.

Tepat hari ini adalah hari weekend yang membuat Hany memutuskan untuk berdiam diri di kamar nya, menulis di buku kecil nya, mendengarkan musik dan tak lupa menyembuhkan hati yang terluka. setelah sudah lama nya ia tidak berinteraksi pada siapapun, terutama Hasby Aldero.

Satu sisi Hasby sedang berdiam diri di rooftop kamar nya yang ditemani segelas teh, ia memutuskan untuk menjernihkan fikiran nya sejenak dan menyingkirkan fikiran yang selama ini terngiang di otak nya. Ia harus berfokus kepada Ujian terakhirnya setelah itu barulah ia kembali untuk langsung memfokuskan kepada calon tunangan nya, Hany alzerya.

"Hasby?" Panggil Bunda Liza kepada Hasby sangat lembut.

Hasby yang namanya terpanggil pun menengok, ternyata Bunda nya.

"Ternyata disini, gak denger Bunda manggil kamu dari tadi?" Tanya Bunda yang semakin mendekat kearah Hasby.

"Maaf bun" Ucap Hasby.

Liza pun mengelus punggung anak nya yang kekar itu, sekaligus memberi nya kekuatan.

"Sekarang fokus dulu sama ujian terakhir kamu. Soal Hany biarkan dia sendiri terlebih dahulu, biarkan dia berfikir. Bunda yakin Hany pasti akan memutuskan sesuatu tanpa hawa nafsu nya sendiri"

"Mengapa begitu? perempuan selalu memikirkan hati orang lain bahkan hati nya sendiri ia lupa bahwa pernah patah beda dengan pola pikiran pria yang selalu memutuskan sesuatu karna nafsu nya" Lanjut Liza menjelaskan.

Hasby mengangguk paham "Tapi Bun, apa Hany memikirkan Hasby juga saat ini?"

Liza menarik nafas nya dan mensejajarkan tubuh nya dengan anak sulung nya.

"Pasti, karena perempuan sangat lembut bila di bicarakan tentang masalah hati" Jawab Bunda.

Hasby mengangguk paham sambil meminum teh nya lagi.

"Sabar semuanya udah ada jalan nya, Hasby ingat bunda pernah bilang apa? Tuhan akan memberi sedih tanpa rencana bahagia selanjutnya" Ucap Bunda nya lagi dan Hasby pun mengangguk paham.

"Yaudah ya, Bunda turun dulu takut Alena cari Bunda" Pamit Bunda kepada Hasby.

Setelah beberapa menit, Hasby pun masuk ke dalam kamar nya memutuskan untuk turun kebawah bertemu dengan Papah nya dan Alena adik nya.

***

"Bunda Bunda, Ka Hany kemana? Ko jalang kesini ya bunda?" Tanya Alen dengan cadel dan sangat lucu sambil memain masak-masak dan makan disuapi Bunda Liza.

"Ka Hany sibuk sekolah sayang, nanti Bunda suruh Ka Hany kesini ya" Jelas Bunda kepada Alen.

Hasby menghiraukan saja saat ia sedang turun dari tangga mendengar Bunda dan Alen menjadikan Hany sebagai topik pembicaraan mereka.

Hasby langsung duduk di sofa dan mengambil remot Tv yang berada di meja ruang keluarga.

Tatapan Alen pun mengikuti setiap pergerakan kakak nya itu, Alen mendekat dan duduk di samping Hasby.

"Kak" Panggil Alen.

Hasby hanya berdehem pelan sambil memfokuskan diri nya ke Tv.

"Jemput Kak Hany, aku kangen" Pinta Alen kepada Hasby dengan sangat lucu dan membuat Hasby mencubit kedua pipi nya.

HASBY [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang