Bab 8

5.7K 569 5
                                    

Sora PoV

"SAARRRAAAAAAAAAA!!"

Pulang dari kediaman Arthur, aku langsung mencari kakak ku.

"Ada apa sih?! Berisik tahu!!" Kakak muncul dari dalam kamarnya.

Dengan kalap aku menghampirinya. Rasanya aku ingin berteriak di depan wajah kakak, menghujatnya. Tapi aku masih sadar diri kalau kakak tidak sepenuhnya bersalah dalam masalahku ini.

"Aku tak mau bertemu dengan Kevin lagi!", ucapku langsung ke inti masalah.

"Kenapa dengan Kevin?"

"Dia telah melakukan pelecehan seksual padaku! PE-LE-CE-HAN SEK-SU-AL!"

Kakak malah tertawa terpingkal-pingkal seletah mendengar ucapanku tadi.

"Berarti kalian sama-sama melepas keperjakaan kalian bersama, dong! Hahahaha!"

"Apa maksud kakak?"

"Kevin tidak pernah melakukan hal sexual pada siapapun. Meski dulu dia punya pacar, tapi dia tidak akan melakukan hal seperti itu sembarangan." Kakak menghela napas. "Apa yang dia lakukan? Jangan bilang kalian melakukan sex-"

"TIDAK!"

"Jadi?", tanya Kakak menuntut.

Aku diam sejenak. Ragu untuk mengatakan kebenarannya.

"Di-dia menyentuh 'milikku'." Suaraku mengecil di akhir kata.

Pada akhirnya aku menceritakan semua hal yang terjadi.

Kakak tak langsung menanggapi. Hingga beberapa saat dia baru angkat bicara lagi.

"Sepertinya dia benar-benar serius denganmu."

"Apa?! Aku kan laki-laki! Mana mungkin aku mau dengannya!", sanggahku.

Mana mau aku memiliki pasangan macam Kevin. Dia tuh seperti menjadikan ku targetnya.

"Dia 'kan tampan. Sedangkan kamu manis. Kalian sungguh cocok!", ucap Kakak bersemangat.

Aku memutar bola mata ku malas.

"Mau di dunia ini tinggal tersisa aku dan Kevin pun, aku tidak mau berhubungan dengannya!", tolakku.

Karena kesal pada kakak yang lebih memihak ke si Kevin itu, aku melengos pergi ke kamar.

Kurebahkan tubuhku di kasur.

"Aku, disukai laki-laki? Sedangkan aku sendiri laki-laki. Apa jadinya nanti?" Aku bermonolog.

Tapi tak bisa kutampik bahwa Kevin benar-benar tampan. Jauh berbeda dariku yang biasa-biasa saja.

Sekalipun aku perempuan, aku pasti berpikir bahwa aku tak pantas untuknya.

Dia tampan, pintar, keluarganya kaya, penerus perusahaan keluarganya lagi. Sedangkan aku? Anak yatim piatu, pintar sih pintar, tapi aku dari kalangan sosial yang jauh darinya.

Lagipula kenapa dia bisa suka padaku?

Drrrt. Drrrt. Drrrt.

Getar ponselku membuyarkan lamunanku.

Kulihat layar ponselku. Ada sebuah dial dari nomor yang tak kukenal.

Kuputuskan untuk mengangkatnya. Siapa tahu telepon ini penting.

"Halo?"

"Hai Manis! Sudah sampai rumah?"

Kevin-!

"Kenapa kau- Arrgh! Apa mau mu, hah?!", tanyaku dengan nada meninggi.

"Jangan marah sekarang dong. Aku kan ga bisa lihat wajahmu yang sedang marah itu. Pasti sangat menggoda."

MY CARAMEL [YAOI/MPREG]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang