Move On: Bastian Schweinsteiger

293 19 8
                                    

Dedicated to namiyadien

~~~~

Sarah dan Bastian tengah menikmati indahnya matahari terbenam dari pesisir pantai.

"kau tahu Sarah." Sarah pun menoleh kearah Bastian.

"tiba-tiba aku teringat saat kita pertama kali bertemu."

Sarah memalingkan wajahnya dari hadapan Bastian, menutup mukanya dengan kedua telapak tangan. "Basti, aku malu mengingatnya."

Munich, 7 tahun yang lalu

Basti tengah membeli belanjaan titipan ibunya dikarenakan ibunya sedang ada arisan.

"kenapa tidak menyuruh Tobias saja? Selalu saja aku yang disuruh." gerutu Bastian sambil memilih telur yang bagus untuk dibeli.

"dasar Tobias lakna-"

"loh Basti?" suara itu berhasil menghentikan ocehan Basti, ia menoleh kebelakang dan betapa terkejutnya ia, mendapati Meyer, teman lamanya dan seorang perempuan yang berdiri disamping nya.

"Hai Mey!" ia segera berpelukan dengan Meyer. "sedang apa kau kesini?"

"menurutmu pasar Itu tempat cuci pesawat?" ledek Meyer

Bastian memutar kedua bola matanya. "maksudku, kau belanja apa?" ia bertanya kembali.

"nah gitu dong, aku sedang beli ikan untuk dia-oh iya! Ini sepupuku, Sarah. Ia baru pindah 2 hari yang lalu." Meyer menggoyangkan pundak Sarah, menyuruhnya untuk bersalaman.

"ah iya." Sarah menjulurkan tangannya. "Sarah."

Bastian menjabat tangan Sarah. "Bastian Schweinsteiger."

"what a pleasure to meet you, aku penggemarmu." Meyer melihat wajah Sarah yang merah semu seperti malu bertemu dengan Bastian.

Tiba-tiba muncul ide jahil dari Meyer. Ia mengeluarkan ponselnya lalu berpura-pura menelfon.

"astaga, kok bisa? Yaudah aku kesana ya." ia memasukkan ponselnya kedalam saku celananya.

"ada apa?" tanya Sarah. "temen aku kecelakaan, aku mau kerumah sakit."

Sarah menunjuk dirinya. "bagaimana denganku?"

Meyer mengibaskan tangannya. "kan ada Bastian tuh, pulang bareng dia aja." lalu Meyer berlari menuju parkiran motor. Sebenarnya itu hanya Pura-pura, Meyer tidak pergi ke rumah sakit melainkan pulang kerumah.

Setelah Meyer pergi meninggalkan Sarah dan Bastian, kini mereka berdua diam tidak tau harus bicara apa.

"oh eum, aku sudah selesai belanjanya, ayo bareng." ajak Bastian kikuk. Sarah menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "ah-iya ayo."

Bastian tertawa. "alah Malu-malu, padahal mah seneng tuh bisa ketemu aku." pria itu mencoba meledek Sarah. Wajah sarah semakin memerah.

"Basti, sudah." Sarah memukul lengan pacarnya itu.

Bastian menghapus air matanya. "oh iya Sar, minggu depan aku ingin berlibur ke Paris, kau mau ikut?"

Sarah terkejut. "a-apa? Paris? Berdua saja?" Bastian mengangguk.

"aku ingin melamarmu, Sarah."

Sarah menggigit bibirnya. "aku tidak tau Bas, apakah aku bisa." raut wajahnya terlihat sedih.

"ada apa Sarah?" Tanya Bastian.

"sudah lama aku ingin bicara ini."

Sarah menarik napas dalam-dalam. "maafkan aku Bas, tapi hubungan kita hanya bisa sampai sini saja." cicit Sarah, Bastian terlihat kecewa.

Pantai terasa lenggang, hanya ada suara ombak pasang.

"tapi kenapa Sarah? Kita sudah berpacaran selama 7 tahun, Sarah! 7 tahun!" bentaknya, ia tidak terima Sarah memutuskan hubungan yang sudah lama mereka jalani

Sarah mulai menangis. "aku tahu, tapi sebenarnya hubungan kita ini tidak direstui oleh kedua orangtuamu. Apa kau siap menanggung segala resiko jika kita tetap melanjutkan hubungan ini?!"

"Ditambah lagi orangtua mu punya peran besar dengan media, kalau kau macam-macam, media bisa menjatuhkan nama baikmu. Kau lihat sendiri, sudah banyak artikel hoaks tentang kau dan aku yang tidak baik."

"kau ini pesepak bola terkenal dan juga public figure Basti, melanjutkan hubungan ini akan membuat nama baik keluarga kalian tercemar. Aku tidak mau itu terjadi pada kamu Bas." Bastian mengangguk paham.

"kau benar Sarah, seharusnya aku tidak memaksa mu. Maafkan aku." Bastian memeluk Sarah untuk yang terakhir kalinya.

"terima kasih untuk semunya, Bastian." Sarah bangkit, lalu berjalan meninggalkan Bastian sendirian di pantai.

Sebulan setelah mereka resmi putus, tidak ada lagi artikel hoaks tentang dirinya maupun Sarah, kini keduanya sudah bisa saling melupakan masa lalunya.

Bastian tengah berjalan pulang sambil membawa pesanan kue tiramisu untuk Tobias yang berulang tahun hari ini.

Ketika Ia membuka kotak kue, lalu ia terkejut. Kotak kue yang ia terima bukanlah tiramisu, melainkan black forest.

Bastian segera kembali ke toko kue. Mengkomplain kepada sang kasir.
"maaf mba, saya kan memesan kue tiramisu kenapa malah jadi kue black fore-"

"saya kan pesannya black forest. Kenapa malah jadi tiramisu." ternyata perempuan yang berdiri disamping nya juga komplain.

"tunggu, apakah terdapat kartu atas nama Bastian Schweinsteiger?" tanya Bastian kepada perempuan itu, ia segera mengecek kartu yang tertempel pada kotak.

Perempuan itu menangguk. "apakah kue yang kau pegang atas nama Ana Ivanovic?" perempuan yang bernama Ana itu bertanya balik kepada Bastian.

Bastian pun mengecek kartu pada kotak kue yang ia pegang, lalu mengangguk. "sepertinya kue kita tertukar." Bastian memberikan kuenya kepada Ana, Begitupun dengan Ana. Lalu mereka saling tertawa.

"untung saja, kalau aku tidak bertemu denganmu, aku bisa rugi." ucap Ana sambil tersenyum menatap Bastian.

"Terima kasih, Bastian."

Football Imagines Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang