my defender Belgian bois 💙💙
~~~~
"Toby? Apa benar ini kau?" tanyaku untuk memastikan sosok pria yang berdiri di sampingku ini.
Pria itu mengangguk. "yap, aku Toby."
Suasana pun berubah menjadi canggung. sudah lama kami tidak bertemu. Terakhir kali kita bertemu saat itu aku dan Toby tengah bertengkar hebat.
"menjemput anakmu juga?" tanya Toby setelah kami berdiam selama semenit. Aku hanya merespon dengan mengangguk.
"waw." ia tersenyum tipis. "sama denganku."
Aku berooh pelan. "ternyata anak kita bersekolah di sekolah yang sama dengan orang tua nya dulu."
Aku dan Toby memang dulu bersekolah disini, kami menjadi teman akrab saat kelas 4 sd.
Toby pun mendongakan kepalanya, melihat langit biru beserta gumpalan awan putihnya. "aku jadi ingat waktu aku ga sengaja numpahin eskrim coklatmu, lalu kamu menangis dengan kencang selama satu jam."
Ku menundukkan kepalaku sambil tertawa sejenak. "ingat saja kau, Toby. Itu kan sudah lama sekali."
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. "oh iya, dulu kau paling payah bermain tenis. Tiap kali mau mukul bola tenis, raketnya ikut terlempar sampai kena kepala lawan." Toby memukul pundakku dengan pelan.
"hei itu tuh aib, jangan dibongkar dong." lalu kami mendengar samar-samar suara anak kecil serta 2 bayangan anak kecil yang berlari mendekati kami.
"Robiin!" ketika aku tahu bahwa sosok itu merupakan anakku, aku langsung memeluknya.
"hai Mama!"
"Ayla!" seru Toby yang ikut memeluk putrinya.
"loh? Mama kok bisa deket sama ayahnya Ayla?" tanya Robin dengan polos. Aku dan Toby saling memandang sejenak. Aku selalu senang memandang wajah Toby yang berhasil membuatku tersipu malu.
"ah, itu karena mama dan Toby teman sekelas." jawabku gugup yang diikuti oleh anggukan Toby.
Robin dan Ayla pun berooh ria. Tak lama kemudian terdengar suara klakson mobil yang sudah familiar di telingaku.
"Leon sudah menjemput ku, aku duluan ya Toby." ucapku pada Toby. Ia tersenyum.
"Istriku juga sudah menunggu di mobil." Toby segera menggendong tubuh Ayla.
"Senang bisa bertemu kembali denganmu, walaupun kini kau bukan lagi milikku." aku terhenyak mendengar perkataan Toby. Lalu Toby dan Ayla pergi meninggalkan aku dan Robin di depan gerbang sekolah. Aku sampai tak sadar kalau aku menangis.
"mama kok nangis?" tanya Robin sembari mengeluarkan selembar tisu dari saku seragam nya. "ini, ma." aku menerimanya lalu menghapus air mataku, jangan sampai Leon melihat aku menangis.
"tidak apa-apa kok, Robin. Mama hanya senang bisa bertemu dengan teman lama mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Football Imagines
Fiksi PenggemarBerisi kumpulan cerita tentang pesepak bola kesukaan kalian