Bracelet: Brandon Williams

75 8 5
                                    

Dedicated to SalzMalfoy

~~~~

Saat itu Brandon masih berumur 7 tahun. Brandon sejak kecil gemar bermain sepak bola, bahkan ia sudah tergolong hebat untuk usia 7 tahun.

Meski begitu, ia dikenal anak laki-laki yang lemah dan penakut. Ia bahkan sering menjadi korban bullying salah satu anak yang terkenal kuat di perumahan rumahnya.

Saat itu Brandon baru saja balik dari warung, membeli permen. Namun ia dicegah oleh anak itu, Duncan namanya. Duncan tidak sendiri, ia bersama 3 anak buahnya.

"wih permen nih." Duncan langsung merebut permen yang dipegang Brandon. Ia membuka salah satu bungkus permen dan segera memakannya.

Brandon mencoba meraih permennya yang direbut. "kembalikan!" serumu. Duncan yang lebih tinggi dari Brandon dengan mudahnya jinjit dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi sehingga Brandon tidak dapat meraihnya.

Ketiga anak buah Duncan tertawa puas sambil meledeknya. Kemudian Duncan mendorong Brandon hingga terjatuh, ia menahan nangis karena tangannya lecet.

Melihat Brandon yang seperti itu, tawa ke empat anak itu semakin kencang dan diikuti oleh makian.

"payah, di dorong begitu aja jatuh."

"langsung nangis pula, lemah."

"hahaha Brandon anak cengeng."

Brandon yang mendengar makian itu hanya bisa diam, rasa ingin menangis nya semakin menjadi-jadi.

Tiba-tiba datang seorang gadis dan berdiri didepan Brandon. "balikin permennya dia!" serunya.

Duncan pun tertawa. "hei anak perempuan ini sok jagoan ya." ledeknya sambil menatap sinis.

Salah satu anak buahnya berseru. "hajar aja bos, ntar juga nangis kayak si cengeng Brandon."

Duncan langsung melayangkan pukulan kearah gadis itu, namun tidak disangka pukulannya dapat ditangkap oleh gadis itu. Lalu ia memukul balik kearah Duncan dan mengenai pipinya.

Ia langsung meringis kesakitan, dalam sekejap pipinya langsung memerah dan bengkak.

"mau aku pukul lagi sebelahnya? Biar sepasang?" ancam gadis itu sambil bersiap untuk memukul kembali.

"Jangan coba-coba untuk ganggu dia lagi!" lalu Duncan beserta tiga anak buahnya langsung lari terbirit-birit meninggalkan mereka berdua.

Gadis itu membantu Brandon berdiri. "kamu gak apa-apa?" tanyanya. Brandon mengangguk. "terima kasih ya."

"namamu Brandon ya?" gadis itu bertanya lagi padanya lalu mengulurkan tangannya. "Aku Sal." ia memperkenalkan dirinya. Brandon menjabat tangan Sal. "nice to meet you."

"aku tidak punya permen untuk mengganti permenmu yang dimakan tadi.." Sal merogoh kantong celananya, mengeluarkan gelang anyaman berwarna biru dan memberikannya pada Brandon. "tapi aku punya ini."

Brandon hanya bisa mengucapkan terima kasih. "kenap-" ketika ia kembali ingin menanyakan sesuatu tiba-tiba Sal pergi.

"maaf aku harus pergi. Semoga kita bisa bertemu lagi ya!!" katanya yang langkahnya semakin jauh dari Brandon.

Brandon menatap gelang itu lamat-lamat, dan mengenakannya. "lucu juga." gumam Brandon.

Semenjak itu Brandon terus mencaritahu keberadaan Sal namun hasilnya nihil.

Hingga 12 tahun kemudian, Brandon yang berusia 19 tahun sudah menjadi sangat terkenal karena kini Brandon menjadi salah satu pemain muda di klub Manchester United bersama Daniel James.

Tapi Brandon tidak melupakan sosok Sal, gadis misterius yang dulu menyelamatkannya dari para pembully.

"Bran." panggil Daniel James, Brandon yang tengah mengikat tali sepatu langsung menoleh.

"kenapa kamu terus make gelang itu?" ternyata Daniel selama ini mengamati gelang biru yang selalu dienakan Brandon.

Ia berooh pelan. "ooh, ini pemberian teman kecilku." jawabnya sambil tersenyum. Seusai mengikat tali sepatu Brandon berpisah dengan Daniel dan segera menaiki bis untuk pulang kerumahnya.

Di bis, ia duduk di sebelah gadis muda yang mengenakan hoodie jingga sambil memeluk tas yang berisikan buku-buku.

Brandon kembali menatap gelang itu. Lalu menghembuskan napas. "kapan bisa ketemu Sal lagi." gumamnya yang ternyata terdengar oleh gadis yang duduk di sebelahnya.

"sorry, did you just said Sal?" tanya gadis itu. Brandon mengangguk. "apakah anda kenal dengannya?"

Gadis itu terdiam lalu melihat gelang bitu yang melingkari lengan Brandon. "ternyata kita bertemu kembali ya."

Brandon menatapnya terkejut lalu mencoba mengamatinya sekali lagi,beberapa detik kemudian ia baru menyadari bahwa gadis yang ada di samping nya ini adalah orang yang sama, yang membantunya 12 tahun yang lalu.

"tidak kusangka aku akan bertemu denganmu disini." betapa terkejut nya Sal.

Mumpung Brandon bertemu dengannya, ia langsung menanyakan hal yang ingin dia sampaikan padanya. "Sal, kenapa kamu dulu memberikan aku gelang ini? Maksudku kan kita baru saja bertemu waktu itu."

Sal menundukkan kepalanya. "umm dulu aku sering melihat kamu bermain bola di lapangan, awalnya aku hanya senang karena kemampuan bermain bola kamu sungguh hebat. Tapi.."

"tapi apa?" tanya Brandon tidak sabar.

"aku jadi suka sama orang yang jago main bolanya. Dulu aku ingin coba mengenal lebih dekat tapi aku tidak berani." lanjutnya namun dengan suara yang pelan karena malu.

"kebetulan aku menolong mu, jadi aku langsung saja memberikan gelang buatanku itu."

Brandon menyadari kedua pipi Sal memerah. "kalau begitu, besok mau tidak aku ajak makan?"

Sal bertanya. "are you asking me for a date?"

Brandon tersenyum sambil mengedipkan matanya sebelah. "you will find out, soon."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Football Imagines Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang