Dedicated to FieteArp07
~~~~
"Hai Lena." yang dipanggil pun menoleh kearahku.
"hai Tobi, ada apa?" tanyanya dengan senyum yang merekah yang membuatku menjadi gugup.
"anu, begini." aku membetulkan kerah baju ku yang terangkat.
"eum. Apa kamu mau ja-" omonganku terhenti. Lena menaikkan alisnya sebelah sejenak. "mau apa?"
"eum, mau jadi pac- eh maksud ku jadi partner untuk tugas kimia minggu depan?" tanyaku. Duh Lena denger gak ya tadi? Aku takut dia denger.
Lena berooh ria, sedetik kemudian ia mengangguk. "tentu saja, aku juga belum punya partner buat tugas itu." lalu salah satu teman Lena memanggilnya untuk pergi ke kantin bersama.
"aku ke kantin dulu ya." Lena pun berjalan keluar dari kelas. Aku duduk ke kursi ku, lalu merutuki diriku sendiri sambil menutupi wajahku dengan jaket.
"ah bodohnya dirimu Tobias, sok berani menerima tantangan Amos."
Julian menggoyangkan tubuhku dengan kencang. Aku yang tengah melamun segera sadar. "Julian Schwermann! Bisakah kau tidak mengguncang-guncang tubuh ku?!" sewotku kesal. Julian dan Amos hanya tertawa melihat aku yang kesal.
"lagian bengong mulu, klo kemasukan mba kunti kan berabe banget masalahnya." celetuk Julian.
Amos mengangguk setuju. "Keanya dari kemarin bengong mulu. Ada masalah? Apakah tetanggamu ambil mangga dari pekarangan kamu lagi? Atau anjingmu mengambil sepatu bola mu dan menjatuhkannya ke selokan lagi? Atau adikmu kembali memasang lagu sadboy selama berjam-jam?" Amos menyerbuku dengan sejumlah pertanyaan yang sedikit tidak masuk akal
"tidak ada apa-apa kok." elak ku.
"bohong." ucap Julian lalu menyadari sesuatu. "kau lagi liatin Lena ya?" tebak Julian dengan wajah smirk nya yang rasanya ingin ku tampar dengan sepatuku.
Amos terkejut. "Lena Oberdorf? Anak baru itu?" aku terpaksa mengangguk pelan.
Ketahuan sudah.
"KAU MENYUKAI NYA?!" seru Amos dengan kencang, aku segera membekap mulutnya.
"diamlah!" untung saja kantin sungguh ramai sehingga tidak terlalu terdengar kencang.
Amos tertawa pelan. "maaf." aku mendengus kesal. "iya aku menyukainya."
"aha! Sudah kuduge!" ucap Julian dengan riang.
"kalau begitu." Amos menyeruput jus jeruknya. "Tobias, ku tantang untuk jadian dengan Lena."
"Nani the fuck?!" ucapku kaget, untung saja aku tidak menyebur Amos dengan air putih yang ku teguk.
Amos berdecih. "ayolah, kau berkali-kali pdkt dengan perempuan namun hasilnya, nol. Lagipula kau bisa belajar gombal denganku."
Julian menahan tawa nya. "kau yakin Mos? Jangan-jangan make pantun yang itu lagi."
"pantun yang mana?" tanyaku, Julian segera menunjukkan sesuatu di ponselnya yang ternyata merupakan screenshot chat Amos dengan perempuan kelas sebelah.
Emyu merah, Chelsea biru
hey kamuh, jalan yuKami berdua tertawa kencang. "hahaha astaga Amos, ini merupakan pantun ter cringe yang pernah ku baca ahahah."
"iya kan Tob? Hahaha. Kau yakin ingin belajar gombal dengannya?" timpal Julian sambil memegang perutnya yang sakit karena tertawa.
"begini nih kalau kapuk bantal dikasih nyawa. jadi gimana Tob, kau terima tantangan ku ga?" tanya Amos sekali lagi. Aku pun merasa tertantang, lalu mengangguk. "oke."
Aku sudah melakukan banyak cara, mulai dari sering mengganggu nya, mentraktirnya, sering chat dengan embel-embel nanya tugas, hingga memberikan surat cinta secara diam-diam. Namun tetap saja nyaliku mendadak ciut ketika aku hendak menyatakan perasaanku.
"Tobias." panggil Julian. Aku mendongakkan kepalaku dengan malas. "hmm?" gumamku.
"kau masih kepikiran tantangan Amos kemarin?" tanya Julian to the point. Aku mengangguk.
Julian menepuk jidatnya. "astaga, Amos hanya bercanda Tobias. Ia tidak sungguh-sungguh kok."
Aku menghembus napas. "tapi benar juga kata Amos, Mau sampai kapan aku begini terus? Aku sangat menyukai Lena, Julian. Aku ingin bisa dekat dengannya."
"pelan-pelan saja Tob, kalau kau masih bersikeras untuk mendekati Len-"
"Tobias." terdengar suara Lena di ambang pintu kelas.
"Lena, Ka-kau mendengar semuanya?" tanyaku terbata-bata. Lena mengangguk.
"that's it, im fucked up." aku kembali menutupi wajahku. Betapa malunya aku.
Lena meraih tanganku dan menggenggam nya. "Tobias..""aku kan juga anak baru disini. Belum sepenuhnya mengenalimu. Kau memang baik, ramah, dan kadang-kadang menyebalkan." aku tertawa pelan dan diikuti dengan Julian.
"sebenarnya temanmu yang namanya Amos itu pernah bilang kepadaku kalau kau menyukaiku. Tapi aku tidak percaya. Lalu setelah ku mendengar semuanya tadi, aku mulai yakin."
"jadi." Lena membetulkan rambutnya. "kita jalani saja dulu, Tobias."
Tiba-tiba saja Julian berpura-pura menangis. "huhuhu, mengharukan sekali ini. Mahabaratha pun kalah sama ini."
![](https://img.wattpad.com/cover/174196737-288-k96547.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Football Imagines
FanfictionBerisi kumpulan cerita tentang pesepak bola kesukaan kalian