Snow: Julian brandt

115 10 1
                                    

Dedicated to Bloehbloeh

~~~

13 tahun yang lalu, waktu itu umurku 7 tahun

"mama! Salju turun!" aku berteriak di depan jendela, memandang halaman dan jalanan yang sudah tertutup salju.

"aku ingin bermain, boleh kaan?" pintaku sambil mengayunkan kedua lengan mama.

Mama hanya tersenyum. "boleh, tapi hanya di pekarangan rumah ya, jangan sampai ke jalanan." aku mengangguk mantap, dengan cepat aku mengenakan pakaian musim dinginku lalu bermain salju di halaman rumah.

Musim salju adalah musim kesukaanku, karena aku bisa bermain salju dengan puas. Setelah bermain salju, mama pasti selalu membuatkan coklat panas yang sangat lezat.

Aku merebahkan diriku diatas salju, menggoyangkan kedua tangan dan kaki ku sehingga terbentuk orang-orangan salju.

Setelah membuat orang-orangan salju, aku mulai membuat gundukan salju, lalu melompat diatas nya. Ku ulangi beberapa kali. Hingga akhirnya aku mulai bosan.

"mama dan papa masih sibuk ya?" gumamku, biasanya mama dan papa ikut bermain salju denganku, papa kadang suka memulai perang bola salju dengan cara melempar bola salju ke mama atau tidak ke aku.

lalu aku melihat ada seorang anak laki-laki, sepertinya seumuran denganku. Ia terlihat kebingungan, celingak celinguk sana sini.

Ku panggil dia. "hei!"

Ia menoleh.

"kamu tersesat?"

Sedetik kemudian, ia menangis lumayan kencang. Aku langsung panik

"waduuuh, kenapa kamu menangis?" aku mencoba untuk menenangkan dirinya.

"aku... tersesat. HUAAAAA" tangis nya malah semakin kencang.

"cup cup cup, jangan menangis" aku menepuk kepalanya pelan-pelan.

"Kamu tidak ingat jalan kerumahmu?"

Ia menggeleng.

Aku kembali berpikir. Bisa saja aku mengantarkan ia kerumahnya kalau dia ingat alamat rumahnya, tapi mama berpesan kepadaku untuk tidak keluar dari halaman rumah kalau tidak aku tidak di izinkan

"bagaimana kalau kamu disini saja? Daripada kamu makin nyasar kan? Lebih baik bermain salju bersamaku disini."

Ia terdiam. "ayah bilang kepadaku bahwa aku dilarang berbicara dengan orang asing."

Anak ini agak menjengkelkan ya.

"yaudah, mari berkenalan biar kita saling kenal." aku mengulurkan tanganku.

"aku Julie." anak laki-laki itu menjabat tanganku.

"aku julian."

"wah nama kita sama-sama ada juli!" ujarku senang.

akhirnya Julian tertawa pelan. "iya, benar juga."

"yasudah, apa kamu mau main perang bola salju dengan ku?" Julian mengangguk.

"tentu aku mau." lalu kami berdua mulai membuat benteng salju dan mengumpulkan bola salju sebanyak mungkin.

Lalu julian mulai melempar bola saljunya kepadaku. Perang lempar bola salju pun dimulai. Ternyata bermain bersama Julian seru juga ya.

Karena kami sudah mulai kelelahan, akhirnya kami mengudahi perang dan menyatakan damai antara kedua belah pihak.

"Julie! Ayo minum coklat panas nya!" seru mama dari teras rumah. Aku mengajak Julian untuk ikut ke teras.

"wih teman baru kamu, Julie? Untung mama bikin coklat panasnya lebih" tanya mama sambil menyodorkan segelas coklat panas untuk ku dan untuk Julian.

"iya, namanya Julian." Julian pun memperkenalkan dirinya kepada mama.

Tak lama kemudian, datang seorang wanita paruh baya, wajahnya terlihat cemas sekali.

"Julian!"

Julian langsung berlari menghampiri wanita itu dan segera memeluknya. "Ibuuu!"

Ooh ternyata itu mamanya.

"Ibu, kenalin teman baru Julian! Namanya Julie." Julian mengenalkan aku kepada mamanya

"terima kasih banyak ya, Julie. Kami memang baru pindah ke perumahan ini 3 minggu yang lalu jadi Julian belum terlalu tau jalan kerumahnya." lalu mamanya mengajak Julian untuk pulang kerumah.

"sampai jumpa lagi ya, Julie!" ia melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar.

"hellooooo!!! Bumi kepada Julie??" suara jentikan jari itu membuatku tersadar dari lamunan ku.

"bengongin apaansih? Sampe lupa berkedip gitu." ia menopang dagunya sambil menatap ku. Ia terlihat sungguh manis sekali

Aku tersenyum, lalu menyeruput gelas berisi coklat panas. "bukan apa-apa kok Julian, hanya saja..."

"Hari pertama turun salju selalu mengingatkan aku pada pertemuan awal kita."

Football Imagines Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang