Dedicated to prasidyaa
~~~~
Disini sungguh gelap dan sunyi. Aku melihat sekeliling ku, tidak ada siapa-siapa, hanya ada aku seorang.
Seingatku, aku berada di rumah sakit dengan Mattia saat malam hari karena perutku tiba-tiba terasa sakit sekali.
Tapi kemana Mattia? Aku terus berlari sambil mencoba memanggil namanya. Namun disini benar-benar hanya ada aku.
Aku takut. Apakah ini pertanda aku akan dijemput ajal?
Tidak, Aku belum siap! Aku tak bisa meninggalkan Mattia. Tuhan, mengapa kau harus merenggut nyawaku disaat aku akan menjadi ibu.
Aku ingat sekali saat dokter bilang kepadaku bahwa aku positif hamil. Mattia sungguh bahagia, bahkan ia sampai menangis.
"aku akan menjadi ayah! Aku janji akan menjadi ayah yang baik!!"
Lalu aku teringat saat aku hamil 3 bulan, aku mengidam makan pasta saat tengah malam, hingga Mattia selalu menyediakan stok pasta yang banyak dan ia selalu sedia untuk memasaknya demi anaknya, bahkan ditengah malam pun ia bersedia.
Lalu saat kami berdua mengetahui bahwa anak kami berjenis kelamin laki-laki, Mattia benar-benar excited.
"saat kamu sudah lahir nanti, akan ku ajarkan bermain bola hingga sehebat ayahmu ini."
Namun itu semua hanya tinggal kenangan, jika memang saatnya aku berpulang bersama Tuhan. Mau tidak mau aku harus siap. Aku hanya bisa berdoa untuk yang terbaik.
Tiba-tiba saja aku mendengar samar-samar suara Mattia
"kumohon bangunlah."
"jangan tinggalkan aku, jangan tinggalkan anak kita"
Anak kita?
Lalu aku merasakan sesuatu yg mengejutkan.
Aku langsung terbangun, melihat sebuah ruangan di rumah sakit serta mendengar suara tangisan Mattia.
Aku mencoba untuk memanggilnya. "Mattia.."
Ia mendongak, bangkit dari kursinya. "astaga, aku tidak percaya. Ayah! Ibu! Ia sadar" serunya memanggil kedua orangtua nya.
"apa yang terjadi?" tanyaku pada Mattia, mencoba untuk berpikir jernih.
"kau koma selama seminggu setelah melahirkan, dan semakin lama detak jantungmu semakin lemah, dokter tadi menggunakan alat pengejut." lalu ia mulai menangis lagi. Aku mencoba meraih pipi Mattia untuk menghapus air matanya.
"aku ada disini sekarang Mattia. Omong-omong, dimana anak kita?"
Mattia tersenyum. "si kembar lagi di inkubator."
"Tunggu-tunggu, si kembar?" tanyaku terkejut. Mattia mengangguk. "ternyata anaknya kembar, laki-laki dan perempuan."
Aku tak bisa menampung air mataku lagi, langsung menangis terharu. Mattia memelukku. "kita akan jadi orang tua yang baik untuk si kembar ya? Mama?" pinta Mattia.
Aku mencium kening Mattia. "tentu saja bodoh, aku sudah merelakan nyawaku untuk si kembar. Aku pasti akan merawat bayi kembar ku dengan penuh kasih sayang." Mattia tertawa pelan.
Lalu segera berdoa kepada Tuhan.
"Terima kasih Tuhan, atas semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Football Imagines
FanfictionBerisi kumpulan cerita tentang pesepak bola kesukaan kalian