after match: Jan Vertonghen

174 17 3
                                    

"GOAAL!"

Jan Vertonghen berhasil menjebol gawang Dortmund yang dijaga Roman bürki, skor pun berubah menjadi 2-0. Ia berlari menuju pinggir lapangan sambil melakukan selebrasi khasnya, memegang dadanya seakan-akan membuka baju seperti superman.

Aku tersenyum lebar melihat selebrasi Jan.

Mallory mengguncang-guncang pundakku. "lihat, lelaki mu baru saja mencetak gol. WHOOO GO SPURS!!" pekiknya disampingku.

Aku menepis tangan Mallory. "apaan sih? Aku hanya mengidolakannya. Tidak mungkin aku bisa dekat dengannya." ucapku pesimis.

Tentu saja, ada banyak gadis diluar sana yang lebih daripada ku yang mendambakan seorang Jan Vertonghen, pesepak bola yang lahir di belgia dan bermain untuk Totenham Hotspurs.

"jangan pesimis gitu, aku saja bisa berpacaran dengan winksy, lumayan lama lagi udah setahun lebi- GOOOL! 3-0 WOW!." ucap Mallory yang tiba-tiba berteriak karena spurs kembali mencetak gol sehingga skor menjadi 3-0

"itu kau, bukan aku. Lagipula kau sedang beruntung saja." lanjutku.

Mallory menghembus napasnya. "hei, aku tau kau sedang bersedih karena si brengsek itu memutuskanmu hanya untuk si wanita bedebah murahan itu."

"tapi jangan berlarut dalam kesedihan terus dong." aku terdiam.

"apa mau aku suruh Jan menemanimu?" ucapnya sambil menaikkan alisnya sebelah, memasang wajah yang misterius. Mentang-mentang pacarnya satu tim dengan idolaku.

"Mal! Sudahlah!"

Aku memang pesimis, maafkan aku ya.

Tak lama kemudian, peluit berbunyi tiga kali. Spurs menang 3-0 atas dortmund pada 1st leg champions league.

"aku ingin menemui winksy, kau mau ikut?" ajak Mallory, aku menarik napas dalam-dalam.

Here we go, menjadi nyamuk untuk yang kesekian kalinya.

Aku mengangguk, lalu mengikuti Mallory dari belakang menuju ruang ganti.

"Winksyyy!" Mallory berlari mengampiri Winks yang setengah telanjang lalu segera memeluknya. "Mal?! Aku abis mandi keringat!" ucapnya kaget

Mallory menggeleng keras. "biarin." jawabnya acuh tak acuh.

Aku menggeleng-geleng kepalaku. "bukan temanku, aku menunggu diluar saja kalau begitu, selamat bucin ria." aku melambai-lambai kearahnya Mallory lalu berjalan keluar.

Biasanya aku selalu menelpon pacarku ketika aku sudah selesai menonton pertandingan agar ia segera menjemputku, atau kadang-kadang hanya sekedar memberi kabar.

Tiba-tiba saja, datang Jan dari ruang ganti. Ia terlihat sudah rapih dengan memakai jaket hitam dengan garis ungu dibagian lengan. Lalu duduk di sampingku.

"hai, kau pasti teman Mallory?" sapanya.

Astaga, apa ia benar-benar bertanya kepadaku.

Aku menoleh sehingga mataku bertemu dengan matanya yang sugguh memukau. "ah-iya, aku te-temannya Mallory." aku memalingkan wajahku dari hadapannya. Pipiku terasa panas.

Jan tertawa melihat tingkah laku aku. "apa kau malu melihatku ya?"

Aku tidak malu, aku hanya shock karena bisa bertemu kau.

Tiba-tiba saja perutku berbunyi dengan kencang. Wajahku semakin memerah.

Yatuhan, malu sekali aku.

"apa itu suara perutmu?" tanya Jan. Aku mengangguk pelan. "maafkan aku karena aku salah tingkah." ia kembali tertawa.

"tidak apa-apa, kebetulan aku juga lapar. Kau mau makan? Aku yang traktir." tawarnya. Aku mengangguk sebagai jawaban iya.

Siapa yang bisa menolak makanan, apalagi di traktir.

Jan bangkit dari duduknya yang disusul olehku. Ketika kami hendak keluar stadion aku melihat Mallory dan juga Winks yang daritadi melihat dan mendengar percakapan aku dengan Jan.
"jadi.. Sepertinya bakal ada benih bucin baru." ledek Winks yang diikuti oleh tawa Mallory.

"Winks!"

Football Imagines Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang