Malam ini Hakim diajak kerumah temannya berpesta merayakan kemenangan klubnya saat ini, Ajax, juara liga Eredevisie. Dan ia memaksaku untuk ikut.
Aku mendengus kesal. "aku sudah enjoy dengan kehidupan ku yang sekarang okey?" Hakim keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untukku.
"berdiam diri di kamar ditemani buku serta teman internet mu? Itu yang kau bilang enjoy?" Lalu ia menarik lenganku dengan paksa agar keluar dari mobil.
"ayolah sepupu, jangan seperti itu. Kumohon sekali ini saja." pintanya sambil menatapku dengan tatapan sedih.
Aku menghela napasku sejenak. "ugh, okay sekali ini saja." ia mengepalkan tangannya sambil berseru senang. Tiba-tiba saja seorang teman Hakim menghampiri kami
Ia pun menyapa kami. "Hey Hakim, Hey adik Hakim umm-"
"Dana."
"hai Aku Matthijs ayo masuk." ia mengajak kami kedalam rumahnya.
Aku mencubit lengannya. "kau cerita apa tentang ku kepada teman-temanmu?!" bisikku.
"uh begini, kau tau kan aku menyayangi mu dan kau sudah kuanggap seperti adik kandung ku."
Aku menaikkan alisku sebelah. "jadii?"
"yaa, aku bercerita kepada semua temanku kalau kau adalah adik kandung ku." aku mengusap wajahku.
"Hakim Ziyech.... " ia hanya menyengir lalu segera menyosor menghampiri teman-temannya yang asik berjoget ria sementara aku hanya duduk diam di sofa yang empuk ini.
Aku tidak terbiasa berada di suasana yang riuh seperti ini. Aku ini introvert dan juga korban bullying semasa sma. Satu-satunya yang membuatku nyaman adalah laptop serta teman internet.
Tiba-tiba saja datang seseorang, duduk di samping ku sembari menawarkan aku minuman.
"aku tidak minum bir." sahutku pelan.
"ini air mineral kok. aku tau kau adik Ziyech."
Setelah merasa lega, aku menerima gelas tersebut dan meminumnya. "technically, aku sepupunya tapi terimakasih."
Ia tersenyum sambil menjulurkan tangannya. "aku donny." ia memperkenalkan dirinya. Mau tidak mau aku pun menjabat tangannya. "Dana Ziyech."
"Eiy Vdb! Mari ikut bermain beer pong bersama kami." ajak seorang teman Donny, namun ia menggeleng.
"no thanks Schöne." tolaknya. "aku tidak terlalu suka mabuk, itu selalu membuatku menjadi orang gila." bisiknya padaku.
Aku tertawa pelan. "kuharap Hakim tidak kelepasan mabuk. Ngomong-ngomong kenapa ia memanggilmu Vdb?"
"dari nama panjangku, Donny Van De Beek." aku hanya berooh ria.
Selama satu jam lebih aku asik berbincang berduaan dengan Donny. Ia ternyata anak yang asik juga ya.
Lalu datang Hakim yang menghentikan pembicaraan kami. "wah, wah, sepertinya donny asik sekali flirting dengan adik kecilku ini ya." goda Hakim sambil memukul pelan lengan Donny.
"Dana, ayo kita pulang. Aku tidak mau mendengar ocehan ibu karena pulang terlalu malam." ajak Hakim. Aku pun bangkit dari duduk lalu berpamitan dengan Donny. "well, i gotta go."
"oh iya tentu, kau bisa menghubungiku kapan saja." sebelum Hakim datang menghampiriku, Donny dan aku sudah bertukar nomor telefon.
"bye Donny."
"bye Dana." lalu aku dan Hakim berjalan keluar dari rumah Matthijs.
Hakim berbisik pelan. "kau tau, Donny kan menyukaimu." aku terkejut "serius?"
"iya serius. Setiap latihan ia sering bertanya kepadaku tentang mu."
"bagaimana ia tau aku? Ini kali pertama aku bertemu dengannya?!" sekali lagi aku terkejut.
"dasar pelupa, minggu lalu kan Donny menginap dirumah kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Football Imagines
Fiksi PenggemarBerisi kumpulan cerita tentang pesepak bola kesukaan kalian