PART 11: Diusir

3.9K 160 0
                                    

SEBELUM BACA, VOTE DULU!

***

[DASHA]
PART 11: Diusir

***

Seorang gadis memasuki rumah besar milik keluarga arogan. Ia berjalan gontai menuju pintu besar yang menjulang tinggi. "Dasha pulang." Desis gadis itu pelan hampir tak terdengar.


Dengan langkah gontai ia menuju sebuah sofa berwarna merah maroon di ruang keluarga. "Dasha." Panggil sebuah suara tegas nan tajam.

"Papa?"

"Kamu! Apa yang kamu lakukan ini!" Rama menunjukkan sebuah berkas yang berisi kontrak kerja perusahaan yang sudah tersobek-sobek. Dasha berdiri dari duduknya dan menatap balik mata tajam milik rama,  "Maksud papa apa!?"

"Lagi-lagi kamu buat masalah tahu gak! Setelah sama mama sekarang sama papa!" Ucap rama dengan suara intrerupsi yang begitu tegas dan tajam.

"Hah? Maksud papa apa?"

Penyatuan antara kedua alis dasha membuat rama semakin geram. "Kamu menyobek sebuah surat kontrak perusahaan papa dengan perusahaan milik keluarga Wolfstaco! Ini adalah kesempatan besar untuk perusahaan papa dan kamu dengan mudahnya menyobek-nyobek surat ini!?!" Rama melempar sobekan-sobekan kertas tepat di depan wajah dasha.

Wajah dasha memerah, pikiran nya yang sudah kalut dengan perteman nya yang sudah entah bagaimana sekarang ditambah lagi sebuah masalah baru. Sedangkan Nasha—Mama dasha yang mendengar suara keributan di bawah ruang tamu pun turun melihat apa yang terjadi.

'Lagi-lagi tu anak buat masalah!' batin nasha

"Sudah Mama bilang bukan pa! Dia bukan gadis yang bisa diandalkan." Imbuh nasha yang sudah berada dibelakang Dasha dengan berkacak pinggang.

Wajah dasha tampak memerah, entah sudah beberapa kali ia difitnah seperti ini, ia begitu yakin bahwa dalang dibalik semua ini adalah Vasha! Memang Vasha menaruh sebuah dendam kepada Dasha, hanya karena sebuah masalah sepele menjadi sangat besar karena Vasha.

"Maksud mama apa?" Suara lirih dasha seketika membuat Rama dan Nasha diam tak berkutik. Dengan helaan nafas rama pun angkat bicara, "Sejak tadi pagi papa mencari surat kontrak kerja perusahaan papa dengan perusahaan Wolfstaco dan ternyata tidak ada. Papa, mama dan Vasha mencari kemana-mana dan kita tidak menemukan nya karena kebetulan kamu sudah berangkat sekolah tapi Vasha belum."

Suara rama yang normal kini berubah lebih tegas nan tajam, "Dan sampai akhirnya Vasha menyarankan untuk mencari disetiap sudut rumah ini termasuk kamar-kamar dirumah ini! Dan ya! Sesaat setelah vasha berangkat sekolah, Papa menemukan surat kontrak di tempat sampah kamar kamu dan kondisi nya sudah sangat mengenaskan! Dan Papa tidak menyangka hal ini dasha!!"

Dasha beringsut ketakutan begitu juga dengan nasha, mendengar suara Rama yang begitu itu pertanda beliau marah besar.
"PAPA MINTA! MULAI SEKARANG KAMU PERGI DARI RUMAH INI! JANGAN BAWA BARANG ATAU SEPESERPUN UANG DARI YANG PAPA BERIKAN! DAN APAKAH INI SIKAP KAMU? PULANG SAAT MASIH JAM PELAJARAN! PERGI!!"

Bentakan rama mampu membuat dasha berjalan perlahan menuju pintu utama. Para maid yang melihat hal itu hanya bisa diam tak berkutik, Sebelum itu mereka semua belum pernah melihat rama semarah ini.

Para maid tahu bahwa dasha tidak mungkin melakukan hal ini. Dengan perasaan kalud ia bimbang mau pergi kemana. Berjalan kaki tanpa tujuan.

Dasha hanya berbekal keyakinan bahwa nanti akan ada orang yang berbaik hati menolong nya tapi ia juga sadar bahwa hal itu tak mungkin akan terjadi. Dasha memutuskan pergi ke taman bungkul yang berada sedikit dekat dengan rumahnya atau sekitar 2km.

Di jalanan kota Surabaya yang ramai lancar bukan sebuah halangan untuk seorang dasha berjalan kaki. Banyak sekali laki-laki yang menawani dasha tumpangan tapi ia menolak nya mentah-mentah karena pasti dibalik kebaikan itu ada sebuah hal licik.

1km perjalanan kaki mampu membuat seorang dasha kelelahan.  Tapi dengan semangat yang membara ia lebih memilih melewati Kompleks-kompleks perumahan untuk menghindari panas nya jalanan kota Surabaya.

Taman bungkul sudah berada didepan mata. Dasha berjalan seorang diri menuju sebuah bangku kayu yang sudah tersedia di sana.

Ia merogoh saku nya untuk mencari handphone nya tapi nihil. Ia lupa bahwa handphone nya berada di dalam tas sekolah nya.

Dengan perasaan yang campur aduk ia menghela nafas. Berbagai pikiran-pikiran negatif muncul begitu saja di otak nya. Apakah gue bakal jadi gelandangan? Gue gak punya apa-apa selain tubuh gue? Apa gue harus jual tubuh gue?

Menyadari apa yang ia pikirkan sesegera mungkin dasha menghempaskan pikiran tersebut jauh jauh. "Astagfirullah." dasha mengelus-elus dadanya sembari beristighfar.

Dasha menoleh ke kanan dan ke kiri, tapi di taman bungkul sangat sepi karena ini adalah jam kerja. Dengan pikiran yang kemana-mana dan melamun membuatnya tertidur dengan posisi duduk.

Beberapa jam kemudian...

Malam hari yang sunyi mampu membuat perut dasha berbunyi keras sekeras-kerasnya. Dengan sekuat tenaga dasha berdiri dan memutuskan berjalan kemana pun kaki nya melangkah. Banyak sekali pasang mata yang menatapnya aneh.

Bagaimana tidak, gadis cantik dengan wajah pucat ditambah masih memakai seragam sekolah yang sedikit lusuh karena sudah dipakai nya seharian.

Kaki nya berjalan perlahan keluar dari taman bungkul. Sampai akhirnya mata nya berkunang-kunang, kepala nya rasanya pusing.

Dan..

Brukk

Dasha terjatuh tapi ia mencoba berdiri sekuat tenaga tapi apalah daya dasha sudah kehabisan energi. Badan nya yang lemas terduduk lemah di jalanan sepi yang jaraknya sudah 1km dari taman bungkul.

Sebuah sepeda motor matic dengan pengendara yang memakai jaket dan helm berwarna hijau akan lewat tepat dihadapan dasha.
"Permisi. Saya boleh minta tolong?" Tanya dasha dengan suara lirih membuat sang pengendara berhenti tepat dihadapan nya.

Pengendara itu turun dari motor dan berjalan perlahan menuju dasha.
"Kamu kenapa dek?" Tanya pengendara itu yang kebetulan adalah seorang wanita yang menjadi ojek online.

Pengendara itu pergi menuju motor matic nya dan memberi sebuah botol air meniral dan dengan tanpa sungkan dasha meneguk habis air mineral itu membuat pengendara itu semakin prihatin melihat kondisi dasha.
"Kamu kenapa dek? Perlu bantuan?"

"Saya perlu tumpangan mbak." jawab dasha lirih.

"Boleh. Kamu mau kemana?"

"Saya nggak tahu mau kemana." jawab nya membuat pengendara itu semakin dibuat bingung.

"Seperti nya ada masalah sama kamu. Mending ikut saya aja ya ke rumah. Kamu bisa istirahat disana." Ujar pengendara itu dan dasha hanya mengangguk pasrah.

Pengendara itu membantu dasha berdiri perlahan. Langkah dasha tertatih-tatih dibantu oleh pengendara itu.

"Kamu boleh pegangan ama mbak, dek." Dasha memegang jaket pengendara itu. Pengendara itu ingin sekali bertanya apa yang terjadi tapi melihat kondisi dasha yang seperti itu.

Sepeda motor berhenti di depan sebuah rumah yang bergaya minimalis. Ukuran rumah ini tak begitu besar namun mungkin muat menampung 15 mobil didalam rumah tersebut.

Wanita alias pengendara itu mencoba membantu dasha turun dari mobil dan pergi berjalan menuntun dasha perlahan memasuki rumah itu.

***

Hai gaes, jadi ada sedikit rombakan. Penggantian nama pemeran dan kejadian-kejadian yang menurut aku sih kurang ngeh ama kurang mantep aja.

Dan ada salah satu part yang diambil dari kisah nyata ya... Gue gk ijin masa' sama yang keterkaitan sama di part itu:( jadi merasa bersalah :(

Ok, To Be Continue⏱️⏱️⏱️

Voment guys✴️✴️✴️

DASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang