PART 22: Bertemu

3.3K 118 4
                                    

BIASAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

***

"Pesanan nomer 58. 2 Fettucini Alfredo dan 2 Matcha Milk Chocolate meja Nomer.7 siap diantar!" Seorang koki berteriak menyeru bahwa sebuah pesanan makanan dan minuman siap disajikan.

Dasha adalah salah satu waitress di sebuah Artistic Cafe&Restaurant yang berada tepat di tengah kota Surabaya. Tugasnya tentu saja mengantar dan menulis pesanan.

"Selamat menikmati." Dasha tersenyum kepada seorang pengunjung yang baru saja pesanan nya di antar olehnya di cafe yang ada di lantai bawah.

Ia berjalan meninggalkan meja pengunjung yang pesanannya baru saja ia antar sembari membawa nampan saji. Kaki nya terus melangkah menuju dapur dimana para koki bertugas dibagian Right Kitchen.

Di Artistic Cafe&Restaurant sendiri dibagi menjadi dua dapur. Yaitu, Right Kitchen yang merupakan dapur khusus untuk bagian kafe dan juga Inti Kitchen yang dibuat khusus untuk  bagian restoran.

Dicky sebenarnya koki kepala umum untuk Artistic Cafe&Restaurant, Namun ia lebih memilih untuk berada di Right Cafe. Padahal semestinya ia berada di Inti cafe yang merupakan bagian dapur terpenting, tapi ia lebih memilih bagian kafe.

Alasannya? Simpel. Karena ia pengen. Sudah, itu saja. Singkat kan?

"Dasha, dipanggil kak hevi tuh." Salah seorang waitress sedikit berteriak di dapur ke arah Dasha. Dasha yang tentu nya berada di dapur yang sama pun langsung membalas nya dengan senyuman. Hanya senyuman, tanpa terima kasih.

Ia menaruh nampan saji nya dan meninggalkan dapur untuk menuju ke ruangan pribadi milik Hevi. Ruangan itu kebetulan sekali berada di lantai satu.

Tok

Tok

Tok

Dasha mengetuk pintu berwarna coklat. "Masuk." Sebuah seruan halus dari dalam ruangan membuatnya perlahan-lahan memutar kenop pintu.

Ceklek

Dasha berjalan memasuki ruangan yang bergaya artistik dengan paduan alam yang sangat indah. Langkah Kaki nya berhenti setelah menyisahkan jarak antara meja kantor milik hevi dan juga dirinya sekitar 3 meter.

"Ada perlu apa kak hevi memanggil saya?"

Hevi berdiri dari kursi kedudukan nya dan berjalan menuju Dasha. Saat sudah sampai tepat berada di depan Dasha. "Kamu ada masalah?"

"Tidak, kok."

"Kamu pintar berbohong ya. Kamu tahu apa yang lebih menyakitkan dari jarum suntik? Amarah, kemunafikan, dan kebohongan." ucap hevi dengan senyuman kecil yang terlihat tulus.

"Setidaknya sekarang kak hevi bisa melihat mu baik-baik saja sudah cukup. Walaupun kita baru kenal dan tinggal bersama selama dua minggu tapi tidak bisa dipungkiri kak hevi menganggap mu seperti seorang adik."

Hevi berjalan perlahan menyentuh pundak Dasha, "Sha, berterima kasih lah kepada Dicky karena telah menolong mu dengan suka rela. Aku juga berterima kasih padanya karena sudah menjaga mu dan tidak berbuat macam-macam padamu."

Puk

Puk

Hevi memukul kecil pundak dasha dan setelah itu mengusap-usap pucuk kepala nya. "Sudah sana lanjutkan tugasmu. Dan, ingat ya jangan diulang lagi. Jikalau ada masalah setidaknya bilanglah."

DASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang