BIASAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
***
"Tuan muda, saya sudah melaksanakan perintah anda. Telepon ini kini sudah terhubung dengan tuan muda keluarga meecyz. Silahkan, tuan muda." Richard memberikan sebuah ponsel genggam yang berada dalam genggamannya kepada Zack.
Ia menerimanya dengan tampang tak senang. Bibir yang terlihat horizontal. Kedua alis yang saling bertautan. Dan juga kedua mata yang menyipit. Ia meletakkan ponsel itu di telinganya.
"Tuan muda meecyz, salam kuberikan padamu."
Zack berbicara dengan aksen dingin dan wajah yang menjadi datar dalam beberapa detik. Pandangannya lurus ke arah depan. Semua orang yang berada di tempat yang sama dengannya seketika menunduk takut.
Takut akan aura dingin yang secara tiba-tiba dikeluarkan olehnya tepat saat ia menunjukkan suara dingin dan tampang datarnya tadi. Beberapa dari mereka bahkan sempat menghentikan nafasnya sejenak. Aura dingin dan juga menyeramkan seolah-olah bersumberkan langsung dari sang empunya, yakni Zack.
Dia melirik semua orang yang berada di dekatnya. Seketika itu pula mereka semua menunduk seolah-olah diperintahkan secara langsung untuk melakukan hal itu.
"Ya?"
"Melupakanku? Seburuk itukah ingatan tuan muda meecyz. Haha, ini benar-benar terdengar konyol."
"Ah aksen suara ini seperti seorang Pavnock? Jurzaky Pavnock? Itu benar kau, rival ku. Hahaha, ada apa? Bertarung? Di malam hari ini kau mau bertarung?"
Zack tersenyum miring. Dia terkekeh pelan dengan suara yang terdengar menyeramkan. Wajahnya yang tampan memperlihatkan ekspresi tak terkira mengerikannya. Lidahnya terjulur menjilat bibirnya perlahan seolah-olah menikmati akan perkataan lawan bicara yang berada diseberang sana.
"Apa yang kau bicarakan terdengar menyenangkan kau tahu. Sekarang, mau bertarung sekarang juga?"
"Hah? Ah, Gruillei 999touch ya. Pantas saja. Aku sama sekali tak keberatan. Kalau aku mati, apa kau akan peduli?"
"Kau fikir aku peduli dengan kematianmu? Kau rivalku."
"Hahaha. Sudah kuduga kau akan bilang seperti itu. Musuh adalah teman yang tertunda. Bukankah itu kata-kata yang bagus. Hahaha."
"Khe khe khe. Sampah." Zack terkekeh keras. Wajahnya mendongak, mulutnya terbuka lebar. Sorot matanya terlihat tajam. Alisnya yang tebal saling bertautan. Bibirnya yang indah terbuka lebar menunjukkan gigi-giginya yang putih dan rapi.
Ia menoleh menghadap Richard. Tersenyumlah dia padanya. "Richard, bukakan gerbang."
"Maaf, tuan muda?"
Zack berdecak. "Bukakan gerbang itu sekarang juga. Ada beberapa hal yang perlu kuurus bersama saudara-saudara Indonesia di sana."
Richard dengan enggan membukakan gerbangnya untuk Zack. dengan wajah masam membukakan gerbang dengan perlahan. Hatinya merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Perasaan khawatir menghantuinya. Takut tuannya itu akan membuat kerusuhan di luar gerbang atau lebih tepatnya di area 45.
Mengingat kepribadian Zack yang seperti itu. Tuannya itu mungkin akan rela melakukan apa saja demi tujuannya mengingat bahwa yang akan dihadapi oleh Zack adalah tuan muda keluarga Meecyz. Dikala hati yang gundah ia tetap melaksanakan perintah Tuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DASHA
Teen Fiction[On Going] Dasha, Gadis beruntung namun bernasib menyedihkan. Diusir dari rumah dan melepaskan marga besar dari keluarganya, itu lah dirinya. Ia memiliki 3 sahabat cewek dan 4 sahabat cowok, namun mereka memiliki sebuah masalah internal dalam pers...