KUTUNGGU VOTE NYAA!
***
Kriet
Suara pintu kelas terbuka membuatnya seketika menghentikan ucapannya. Para murid juga menghentikan aktivitas ramai nya dan kelas mendadak menjadi hening. Mereka semua mengalihkan pandangannya ke arah pintu untuk melihat siapa yang telah membuka pintu kelas mereka.
Tap
Tap
Suara sepatu berbunyi sontak membuat mereka waspada. Dan Bum!
Bu Rika terlihat berdiri tepat di ambang pintu dengan mata melotot yang hampir keluar dari matanya. Murid yang duduk diatas meja, menggerombol di pojok jelas, hingga yang rebahan semuanya kembali ke bangkunya masing-masing dengan mimik wajah takut. Mereka semua menunduk dalam-dalam.
Di bagian meja belakang tepatnya disebelah tembok ada seorang gadis yang duduk sendirian dan termenung. Di depannya terdapat temannya yang juga resah akan keadaan gadis yang duduk sendirian itu. Siapa lagi kalau mereka berdua kalau bukan Ficka dan Oliv.
Sedangkan disebelah Oliv terdapat seorang gadis yang sedang menggunakan headset nya sembari memainkan handphone menggunakan jari-jari lentiknya. Gadis itu adalah Risya, yang tentu saja juga salah satu dari tiga teman perempuan Dasha.
Risya menghentikan aktivitas main handphone nya lalu menoleh melihat sekelilingnya yang tiba-tiba hening dan juga semuanya terlihat duduk anteng di kursinya masing-masing. Aneh sekali. Pikirnya. Ketika ia melihat ke arah depan, Tiba-tiba matanya menangkap sosok gaib di ambang pintu.
Pantas saja. Pikirnya lagi. Dengan hati-hati ia melepas headset yang melekat di kepalanya perlahan agar sosok gaib itu tak menyadari pergerakannya. Setelah itu ia meletakkannya di loker miliknya dengan sangat pelan agar tak menimbulkan suara.
Ia menoleh ke arah teman sebangkunya yang tak lain dan tak bukan adalah Oliv, ia merasakan sebuah keanehan. Oliv selalu bergerak tak nyaman dan seolah-olah merasa resah. Anak ini biasanya anteng-anteng aja, tapi sekarang kok kayak cacing kepanasan, ya. Gerak sana serak sini. Pikirnya.
"Psst, Lo kenapa?" Tanya Risya berbisik.
Oliv menoleh menatap Risya dengan tatapan yang tak dapat diartikan. "Ada yang aneh dengan Ficka. Gatau kenapa dia agak sensitif hari ini. Biasanya dia oke-oke aja. Gue khawatir."
Risya terdiam menatap Oliv dengan dahi mengernyit. Beberapa saat kemudian ia menoleh kebelakang dimana Ficka berada. Gadis itu terlihat pucat dan termenung menatap lurus ke punggung milik Oliv.
Apa yang dikatakan Oliv benar. Gadis itu terlihat sedikit aneh hari ini. Biasanya dia tidak pernah melamun seperti ini, ditambah lagi dengan wajah pucatnya. Apa dia sakit?
Tidak mungkin, ia sangat mengetahui Ficka. Ia anaknya gercep dan tak mau ambil pusing. Jika ia sakit pasti dengan cepat ia akan pergi ke UKS sendiri atau pulang melalui izin. Tapi sekarang, kenapa ia malah melamun dan tidak pergi ke UKS? Sepertinya ada yang tidak beres.
"Lo kenapa, Fick? Sakit, perlu ke UKS?" Tanyanya dengan suara pelan. Sedangkan yang ditanyai sama sekali tak merespon seolah-olah menganggap pertanyaan itu hanyalah angin lalu yang patut diabaikan.
Risya semakin khawatir dengan sikap Ficka yang aneh ini. Ia mengalihkan pandangannya ke arah dimana sekumpulan laki-laki yang terlihat duduk rapi. Para laki-laki itu juga melihat ke arah Ficka dengan tatapan khawatir.
Terutama Fyan yang selalu menggigit bibir bagian bawahnya ketika menatap Ficka yang terus-terusan melamun. Reza pun juga merasa khawatir pada temannya itu yang tak biasa seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DASHA
Teen Fiction[On Going] Dasha, Gadis beruntung namun bernasib menyedihkan. Diusir dari rumah dan melepaskan marga besar dari keluarganya, itu lah dirinya. Ia memiliki 3 sahabat cewek dan 4 sahabat cowok, namun mereka memiliki sebuah masalah internal dalam pers...