PART 38: Ficka menatapnya

2K 96 22
                                    

VOTE YA! KUTUNGGU!

KU TUNGGU JUGA KESADARAN KALIAN PARA SIDERS!

***

Bu Rika melempar pandangannya ke arah jam dinding yang tentu saja berada di dinding. Ia berkata. "Tunggu beberapa menit lagi sampai para murid telah masuk kelas semua. Maka, saya akan antarkan kamu ke kelas."

Bu Rika merapikan seragam kerja nya sebelum akhirnya beranjak dari sofa nyaman yang diduduki olehnya. Menatap Dasha dengan dalam dan menghembuskan nafas. "Kamu gak papa 'kan, sha?"

Dasha terdiam. Masih dalam mode duduk dan menunduk. Perasaannya tiba-tiba kalut menyadari bahwa ia akan berjumpa lagi dengan sekawanan simpanse yang sempat ia pelihara.

Ia mencoba menerka-nerka bagaimana reaksi mereka ketika bertemu kembali dengannya. Pikiran nya kelu, tak ingin membayangkan reaksi apa yang mereka tunjukkan padanya nanti.

Entah itu mimik wajah terkejut, tak suka, bahagia, lega atau yang lainnya, ia ingin tak peduli. Tapi hatinya menolak untuk tak peduli dengan reaksi mereka. Sebenarnya kenapa? Apa ia masih menganggap sekumpulan simpanse itu sebagai temannya, ah ralat itu terlalu bagus. Maksudnya adalah sebagai peliharaannya?

C'mon, Derajat hewan seperti mereka sepertinya tak sebanding dengan derajat manusia sepertimu, Dasha. Bahkan mungkin mereka tak lebih dari derajat seekor cicak.

Apa Dasha tidak keterlaluan mengatai mereka hingga membandingkan derajatnya dengan hewan? Entahlah. Ada rasa kesal yang mendalam, rasa rindu menghantuinya dan juga rasa dendam yang menodai hatinya.

Dasha bimbang. Tak mengerti harus melakukan apa sehingga ia memilih memikirkan reaksi mereka nantinya. Ingin rasanya ia teriak di depan mereka, mengeluarkan unek-uneknya tanpa penyesalan. Tapi tentu saja itu semua tak mungkin ia lakukan.

Ini masih dirinya, Dasha yang ceria. Ia tak bersungguh-sungguh berubah menjadi Dasha yang dingin. Itu hanya untuk menutupi noda di hatinya. Ia tak ingin dendam menguasainya sampai ia menjadi seseorang yang tak terkendali dan melukai mereka.

Sesungguhnya ini semua ia lakukan demi para temannya itu. Mereka yang pernah mengisi ruang kosong hatinya, mereka yang mengisi hari-harinya dengan senyuman, dan mereka yang tak membuatnya kesepian. Ia tak akan pernah melupakannya.

Sungguh. Sungguh ia masih ingin bersama mereka lagi. Bercanda ria seperti biasanya. Apa itu masih bisa, sebenarnya apa alasan mereka sehingga mereka bosan berteman dengannya. Sebegitu membosankan nya kah dirinya?

Ukh, tubuhnya tiba-tiba gemetaran ketika memikirkan mereka. Dengan refleks dasha menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Bibirnya ketir dan matanya menyipit.

"Sha." Bu Rika menegurnya dengan cara memanggil nama Dasha karena menyadari ada yang tak beres dengannya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mendongak menatap guru wanita yang berdiri didepannya.

"Mau ke kelas sekarang?"

"Iya." Ujar Dasha singkat. Ia menurunkan tangannya lalu beranjak dari tempat duduknya. Mengetuk pucuk sepatunya ke lantai secara bergantian.

Bu Rika terlebih dahulu berjalan menuju pintu yang disusul oleh Dasha di belakangnya. Mereka keluar dari ruangan itu tanpa bicara.

DASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang