Prolog

14.9K 698 10
                                    

Holaaa ❤️

There it is,,,,

Prolog sudah meluncur !!!

Jangan lupa Vote, Komen dan Share cerita ini

Happy reading and enjoyyyyy ❤️❤️

🖤🖤🖤🖤🖤

Suasana sore sangat tidaklah menyenangkan. Sedikit mencekam dan menakutkan. Gaby benci rumah sakit. Ia memejamkan matanya mencoba untuk tidur kembali. Ia sudah berada di sini sejak siang tadi dan ia sangat bosan.

Namun beberapa saat kemudian, Gaby kembali membuka matanya ketika mendengar suara pintu ruang inapnya terbuka. Seorang wanita paruh baya mendekati ranjangnya dengan mata sembab.

"Mom," sapa Gaby dengan senyumnya.

Wanita itu tersenyum manis dan mengelus puncak kepala Gaby dengan sayang.
"Bagaimana perasaanmu sayang?"

"Sudah lebih baik jika dibandingkan dengan seminggu yang lalu,"

Melihat senyum Gaby, air mata yang semula sudah sempat mengering kini kembali terjatuh. Gaby tersenyum dan mengusap air mata ibunya dengan kedua jari jempolnya dengan pelan.

"Don't cry mom, I'm fine. Bahkan sekarang sudah jauh lebih baik," ucap Gaby masih dengan tersenyum.

"Jangan lagi menyembunyikannya, katakan pada mommy kalau kau kesakitan, jangan menahannya." Margareth, ibu Gaby menangis sesenggukan melihat putrinya yang satu-satunya harus terbaring di rumah sakit.

Gaby tersenyum lembut. "I just don't wanna make you worry mom,"

"No Gaby, mommy akan semakin khawatir kalau kau menyembunyikannya dari mommy!" Ucap Margareth kekeuh.

"Oke mom, akan ku usahakan," ucap Gaby pasrah. "Anyway where is dad?"

Margareth tersenyum, "ayahmu dalam perjalanan menuju kemari, sepertinya sebentar lagi ia sam..."

Belum sempat Margareth menyelesaikan kalimatnya, seorang lelaki paruh baya membuka ruang Gaby dengan keras, membuat ibu dan anak itu terkejut dan langsung menoleh.

"Dad!"

Lelaki itu langsung menghampiri Gaby dan memeluknya dengan erat.

"Thanks God my daughter is fine!" Jeremy mengucap syukur ketika ia masih bisa melihat Gaby tersenyum.

Gaby tertawa pelan dalam pelukan ayahnya. "I'm fine dad, you're just same with mommy."

Jeremy menjauhkan dirinya dari Gaby dan menatap putrinya itu kesal. "Tentu saja kami khawatir, kau putri kami satu-satunya dan mendengar kau masuk rumah sakit lagi bukanlah kabar yang menyenangkan!"

Gaby kembali terkekeh, "aku tidak akan masuk rumah sakit lagi, aku janji. Ini hanya efek samping dari obat, but where is my bag anyway? I need to show you something."

Margareth mengambil tas putrinya yang ada di sofa dan menyerahkannya pada Gaby. Setelah menerima tas itu, Gaby mengeluarkan satu lembar surat dari dalam tasnya dan menyerahkannya.

Jeremy menerima surat itu dan membacanya, sejenak ia langsung terdiam sambil menatap putrinya dengan sedih.

Margareth yang melihat suaminya terdiam langsung mengambil surat itu dari tangan Jeremy dan membacanya. Ia juga terdiam kaku di tempatnya. Mereka menatap Gaby yang tersenyum kaku.

Gaby menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Awalnya aku hanya coba-coba transfer kampus dan eh diterima," ucapnya kikuk.

"Tidak!"

Jawaban tegas Jeremy membuat senyum Gaby langsung memudar. "Aku hanya ingin menjalani kehidupan normal, tanpa pengawasan, tanpa bodyguard, tanpa bantuan dari kalian. Aku sudah 21 tahun dan aku malu masih tinggal bersama kedua orangtuaku. Aku hanya ingin hidup mandiri," ucapnya sedih.

Margareth memandang Gaby penuh arti. Ia mengerti perasaan putrinya, hanya saja Gaby tidaklah sama dengan orang-orang diluar sana. "Honey, mommy tahu perasaanmu tapi melihat keadaanmu seperti ini mommy juga tidak bisa mengijinkanmu."

Gaby menatap kedua orangtuanya dengan sedih. "Aku berjanji akan menjaga kesehatanku, aku juga akan rajin check up, tapi kumohon biarkan aku pindah. I promise mom, dad." Ucapnya memelas.

Melihat raut wajah putrinya dan sedih dan 'mengenaskan' seperti itu membuat Jeremy tidak tega. Selama ini Gaby selalu mengerti keadaanya. Ini pertama kalinya Gaby meminta dan memohon. Putrinya itu tidak pernah sama sekali meminta sampai memohon seperti saat ini. Jeremy menghela napas berat.

"Baiklah, tapi tetap dengan pengawasan dan bodyguard!
Ucapnya tegas.

"Dad! No please.." ucap Gaby kembali memelas.

"Daddy tetap akan mengawasi mu sampai daddy rasa tidak perlu,"

"But dad..."

"Yes or no!"

Dengan frustasi Gaby langsung memekik frustasi, "alright YES!" Ucapnya kesal tapi kemudian ia tersenyum simpul.

London I'm coming!! Teriak Gaby dalam hati.

*****

Yes finally!!
Ready for chapter one?

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini 🖤🖤

Sayang kalian dan salam damai,

Mrs. Mitsuji 🖤

Copyright © 2019 by Jusiana97

10 Feb 2019

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang