Chapter 24 : He accepted!

5.4K 391 22
                                    

Holaaa ❤️

Nih aku update lagi sesuai permintaan kalian, berhubung like sama komennya sesuai jadi aku upload cepat 😍😍

HAPPY READING!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN (BIAR AKU SEMANGAT TERUS BUAT UP SECEPATNYA 🖤🖤🖤)

Enjoyyyyy and Lope u ❣️

❄️❄️❄️❄️❄️

Gaby menatap Robert yang tengah menatapnya was-was. Ia memejamkan matanya mengabaikan Robert lalu bersidekap pada meja kerja lelaki itu. Menyembunyikan wajahnya diantara kedua tangannya. Rasanya hari ini Gaby ingin sekali menjadi kanibal, memakan Paul dan perempuan yang ada di depan.

“Sayang.” panggil Robert pelan tapi Gaby menghiraukannya.

Gaby masih menyembunyikan wajahnya. Jantungnya masih belum kembali normal. Emosi memang selalu berhasil membuat jantungnya bekerja lebih cepat menyebabkan sedikit nyeri dan sesak. Itu sebabnya kenapa Gaby berusaha menghindar dari apapun yang bisa membuat ia emosi.

Tapi Robert lah yang paling sering membuat ia emosi. Damn!

Robert menghampiri Gaby, mengelus puncak kepalanya dengan lembut.

"Kau baik-baik saja?” tanyanya lembut.

Tidak ada jawaban.

“Aku minta maaf membuatmu marah hari ini. Aku menyuruhmu datang ke kantor karena aku sangat merindukan mu. Maafkan aku ya.” Ucapnya lagi sambil terus mengelus puncak kepala Gaby.

Lagi-lagi tidak ada jawaban.

“Sayang,” rengek Robert pada akhirnya, tidak suka diabaikan oleh Gaby terlalu lama.

Tapi seketika wajahnya berubah panik kala Gaby bangun dan menatapnya sayu dengan wajah yang pucat.

“Gaby!” teriaknya paniknya.

Masih dengan panik, Robert meraih tubuh Gaby ke dalam gendongannya dan membawanya ke kamar istirahatnya yang ada di belakang ruang kerjanya. Setelah membaringkan tubuh Gaby, Robert mengambil air minum. Ia masih ingat Gaby selalu meminta air ketika wajahnya berubah pucat.

Gaby meminum air yang disuguhkan Robert padanya. Ia minum dengan tangan Robert yang masih memegangi gelasnya. Setelah selesai minum, Gaby rebahan di kasur sedangkan Robert meletakan gelas itu di meja dekat tempat tidurnya.

Setelah itu Robert naik ke atas tempat tidur meraih Gaby ke dalam pelukannya. Ia tiduran sambil memeluk Gaby dengan erat. Memohon dalam hati agar Gaby segera sehat.

Gaby bergerak memutar tubuhnya menghadap Robert lalu merapatkan tubuh mereka. Robert mengatur agar Gaby bisa nyaman dengan posisinya. Bila seperti ini, Gaby seperti perempuan baik dan polos. Tidak rewel seperti biasanya. Robert suka tapi tidak suka kalau Gaby harus sakit dulu.

Cukup lama mereka tiduran sambil berpelukan hingga suara Gaby akhirnya terdengar.

“Michael,” panggilnya pelan.

Hmm?”

“Apa kau hanya sekedar suka padaku?”

Robert menurunkan pandangannya menatap Gaby yang ternyata sudah mendongak menatapnya. “Eh, kenapa bertanya seperti itu?” tanyanya bingung.

Gaby menatap Robert dalam. “Aku hanya ingin memastikan kalau aku tidak berlabuh di tempat yang salah.”

Robert tersenyum, “kau sangat cantik dan aku menyukaimu, sangat menyukaimu. Bahkan mungkin lebih dari itu. Aku ingin melindungi mu, mengawasi mu selama dua puluh empat jam penuh. Aku ingin selalu berada di dekatmu, tidak suka melihatmu bersama lelaki lain. Kau milikku, selamanya akan seperti itu.”

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang