Chapter 18 : OH NO!

5.8K 414 12
                                    

Holaaa ❤️

Gaby dan Robert sudah up!

Semoga suka dengan chapter ini :)

Jangan Lupa vote dan Komen yang banyak ya guyss!!!

Love u 🖤

❄️❄️❄️❄️❄️

Gaby melongo melihat pulau yang disumbangkan oleh Robert padanya. Pulau ini cukup besar, dan sangat mampu menampung 5000 anak bahkan mungkin lebih.

Rasa takjub Gaby bahkan semakin besar tatkala melihat bangunan yang sedang dibangun oleh beberapa kontraktor di tengah-tengah pulau ini. Bangunan yang lebih terlihat seperti mansion daripada sebuah rumah singgah!

Benar-benar luar biasa!

Sekilas Gaby merasa kalau Robert bukan orang yang jahat maupun berbahaya. Lelaki itu mungkin sangat baik. Orang jahat mana yang rela memberikan sebuah pulau pribadi hanya untuk yayasan kecil seperti miliknya dan teman-temannya?

Jika dipikirkan lagi, mengenai hidup Jeremy yang dijadikan sebagai alat tukar untuk pulau ini beserta isinya pada yayasan milik mereka.

Hidup Jeremy bahkan lebih baik ketika bekerja pada orang jahat dan berbahaya yang disebut Michael. Jeremy memiliki apartemen baru dan mobil baru. Selain itu, Jeremy juga menerima gaji bulanan dari Robert. Meski tidak seberapa, tapi Gaby tahu Jeremy tidak akan pernah lagi merasakan kelaparan seumur hidupnya. Robert tidak akan membiarkannya.

Sepertinya predikat yang orang-orang katakan mengenai Robert bukanlah hal yang benar. Lelaki itu mungkin menyebalkan dan sangat-sangat menjengkelkan, tapi Robert adalah lelaki yang baik.

“Aku akan melihat-lihat ke bagian lain.” Ucap Gaby dan diangguki oleh Jeremy.

Gaby berjalan ke arah bagian belakang bangunan yang belum jadi itu dengan perasaan senang. Senang karena melihat pulau beserta isinya yang indah. Taman, lapangan, dan semua fasilitas untuk anak-anak yang lengkap. Sungguh ini benar-benar diluar ekspektasi Gaby.

Ia masih berjalan mengelilingi bangunan yang masih seperempat jadi itu ketika Gaby mendengar suara seseorang yang diluar perkiraannya.

“Apa kau suka pulau dan rumah singgah itu, Baby?”

Gaby menoleh dengan cepat ketika mendengar suara Robert yang sangat dekat di telinganya. Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan menyebalkan.

“Bagaimana ka-kau bisa a-ada disini?” tanya Gaby terbata-bata.

Robert tersenyum dan meraih pinggang Gaby dengan lembut. Membawanya lebih dekat dengan tubuhnya yang seakan tidak pernah ingin berjauhan dari perempuan ini.

“Ini pulauku, memang sudah menjadi milik yayasanmu. Tapi aku akan tetap punya akses untuk masuk ke pulau ini,” ucap Robert sembari menepikan helaian rambut Gaby yang tertiup angin.

“Bukan itu maksudku,”

“Lalu apa?”

“Bu-bukan kah kau seheharusnya di Man-hattan?”

“Oh, aku akan pergi setelah aku melihatmu dan memastikan kalau kau suka dengan pulau beserta isinya ini,”

“Ha-hanya itu?”
memangnya apa yang ia harapkan?

“Tentu saja,” ucapnya lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Gaby, “jadi, apa kau menyukainya?” bisik Robert lembut. Kedua tangannya sudah melingkari punggung Gaby seakan tidak ingin membiarkannya pergi.

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang