Chapter 30 : Silence

4.7K 314 12
                                    

HOLAAA ❤️

ROBERT UP!!

MAAF YA UPDATE-NYA LAMA :(

SELAMAT MEMBACA ❤️

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA 🖤🖤🖤

️❄️❄️❄️❄️

Robert menatap heran sepasang suami istri paruh baya yang duduk di ruang tamu mansion nya. Ia mengenal lelaki paruh baya itu. Jimmy Leonard Smith dan Robert yakin bahwa si wanita adalah istrinya.

Sebenarnya Robert bisa melihat gelagat tidak nyaman dari istri Jimmy, berbanding terbalik dengan Jimmy yang hanya menatapnya datar.

Ada apa? tanya Robert datar. Ia tidak merasa punya urusan dengan Jimmy. Seingatnya, Jimmy bukan saingan maupun manusia yang membutuhkan maupun dibutuhkannya.

"Di mana Gaby?" tanya Jimmy datar.

Robert mengangkat sebelah alisnya. "Kau mengenal calon istriku?"

"Calon istri?" tanyanya mencela dengan senyum yang terkesan meremehkan.

Raut wajah datar Robert tidak menunjukkan kalau ia tidak akan membantai kedua orang tua di hadapannya ini. Sekali lagi tua bangka ini berbicara, maka ia akan langsung pergi saja. malas rasanya harus berurusan dengan orang tua. Tapi ia ingin bermain sedikit.

"Apa kau sedang bermain-main denganku?" senyum miring terbit di bibir Robert.

Jimmy mencoba untuk tidak terintimidasi, bagaimanapun juga lelaki di hadapannya ini akan mengambil putrinya untuk dijadikan istri. Lagipula, Jimmy yakin kalau Robert mengenalnya. Lelaki itu pasti tahu kalau ia adalah ayah Gaby. Tidak mungkin Robert tidak menyelidiki latar belakang Gaby terlebih dahulu. Lelaki ini pasti tahu.

Berbeda dengan Margareth yang mulai terintimidasi. Tidak banyak orang yang tahu tentang Robert yang sebenarnya adalah orang yang sangat berbahaya. Tapi ia termasuk ke dalam tidak banyak orang tersebut dan ia tahu betapa berbahayanya lelaki ini.

"Tidak." Jawab Jimmy tegas, "aku datang kesini untuk memastikan kalau kau memang laki-laki yang akan menikahi putriku."

Robert terdiam selama beberapa saat. Matanya masih mengamati Jimmy dan istrinya melalui mata tajamnya. "Putrimu?"

Tepat dengan itu, Gaby datang dari pintu utama. "Mom! Dad!" panggilnya semangat. Robert menatap mereka datar.

Margareth berdiri, dan berlari pada Gaby. Ia memeluk Gaby dengan perasaan senang bercampur lega. "Apa kau baik-baik saja?" Gabrian menghubungiku dan mengatakan kalau kau masuk ke ruangan mu lagi. Ucapnya dengan nada lega namun sarat akan kekhawatiran.

Gaby tersenyum lebar, membuat jantung Robert berdetak tidak karuan hanya dengan melihat senyum itu. "Aku baik-baik saja, Gabrian memang selalu berlebihan."

"Ekhem!" Robert berdehem untuk mendapatkan perhatian Gaby, dan sekedar ingin memberitahu Gaby kalau ia juga berada di ruangan itu.

Gaby berdecak lalu menatap Robert dengan malas. Ia lalu menuntun ibunya kembali duduk di sofa, namun ia mengambil tempat duduk di dekat Robert. Jelas saja itu membuat Robert tersenyum lebar.

"Kenapa keluar dari rumah sakit lebih cepat?" tanyanya begitu Gaby duduk disebelahnya. Mengabaikan dua pasang mata yang menatap mereka. "Aku baru meninggalkan mu sekitar 76 menit yang lalu." Lanjutnya sambil menatap jam tangan Louis Moinet Meterois miliknya lalu kembali menatap Gaby.

"Aku sudah lebih baik, untuk apa di rumah sakit lama-lama? Aku juga tidak ingat kenapa aku bisa berada di sana." Balas Gaby datar. Ia menatap kedua orang tuanya meringis karena perlakuan Robert yang selalu mencoba menyentuhnya di depan kedua orang tuanya.

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang