Chapter 32 : Heart Attack

4.8K 359 16
                                    

Holaaa ❤️

ROBERT UP ❤️

SELAMAT MEMBACA 🖤🖤

ENJOYYYYY AND LOPE U 😍😍

❄️❄️❄️❄️❄️

Gaby menatap Jack dengan tatapan sendunya. Beberapa hari ini, tepatnya setelah keluar dari mansion Lucas, kesehatan Gaby memang semakin menurun. Itu juga yang menjadi salah satu alasan Gabrian tinggal bersamanya, lelaki itu tidak mungkin meninggalkan Gaby dalam kondisi yang seperti itu.

Jack membawa parsel masuk ke dalam kamar Gaby. lelaki itu terlihat sumringah melihatnya. Cukup lama mereka tidak bertemu karena kecemburuan Robert. Terakhir kali mereka bertemu ketika Gaby mengundangnya sarapan bersama, tapi Robert mengusirnya dengan halus, atau bisa dibilang kasar juga. Lelaki itu menitipkan beberapa lembar uang ke dalam sakunya.

Jack tidak berani mempermasalahkan itu, yang penting hidupnya baik-baik saja hingga saat ini. Meskipun ia begitu merindukan Gaby dengan kedataran-nya serta ketenangannya tapi bagaimanapun juga, Gaby pernah menyelamatkannya dari Robert.

Bahkan sahabat datarnya itu, menyelamatkannya dua kali dari orang yang sama. Sungguh ia merasa sangat beruntung memiliki Gaby sebagai sahabatnya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Jack menghampiri Gaby. Lelaki itu meletakkan parsel di dekat tempat tidur Gaby terlebih dahulu.

"Aku selalu baik-baik saja."

"Apa kau benar-benar sakit? Apa Michael yang menyakitimu?" tanya Jack penasaran.

Gaby tersenyum tipis. "Dia benar-benar berbahaya." Ucapnya sendu.

"Apa kubilang! Dia memang berbahaya, walau tidak semua orang mengetahuinya tapi Robert memang bukan lelaki yang baik. Dia sangat misterius bukan?"

"Sangat. Dia sangat misterius, membuatku berpikir kenapa aku bisa jatuh cinta padanya."

"Kau jatuh cinta padanya?" tanya Jack terkejut dan Gaby mengangguk. "Sungguh, kupikir kau tidak bisa merasakan hal-hal seperti itu mengingat kau bahkan tidak pernah tersenyum pada orang lain."

Gaby memutar bola matanya malas, "bukan berarti aku tidak memiliki perasaan"

"Jadi apa yang kau rasakan saat ini?"

"Sakit."

Jack terdiam selama beberapa saat. Ia yakin Gaby tidak berbohong dengan ucapannya. Melihat dari penampilan dan keadaannya saat ini, sudah pasti Gaby benar-benar sedang merasakan sakit.

"Ada yang ingin berbicara denganmu." Ucap Jack setelah keheningan yang cukup lama diantara mereka.

"Ku kira kau datang sendiri,"

"Tidak, aku membawa teman. Temanmu mungkin lebih tepatnya karena aku tidak pernah kuliah. Tunggu sebentar, aku akan memanggilnya."

Jack langsung bergegas keluar dan memanggil Jeremy. Ia mempersilahkan Jeremy masuk sedangkan ia tidak ikut masuk dan memilih menunggu di luar.

"Hey," Sapa Jeremy begitu ia masuk ke dalam ruangan Gaby, sedangkan si pemilik ruangan menatapnya dengan tatapan datarnya seperti biasa.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Jeremy, ia mencoba mencairkan suasana.

Hening sejenak. Gaby dengan berbagai pikiran di kepalanya tidak langsung menjawab pertanyaan Jeremy barusan. Ia menatap Jeremy dengan tatapan datarnya.

"Apa dia yang menyuruhmu kemari?" tanya Gaby akhirnya. Bagaimanapun juga, Jeremy masih tangan kanan Robert. Orang yang disuruh lelaki itu untuk mengawasinya kemanapun ia pergi. Mungkin kata kasarnya, Jeremy adalah kacungnya karena perintah Robert.

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang