Chapter 23 : She's Angry

5.4K 387 29
                                    

Holaaa ❤️

Maaf ya updetan-nya lama LAGI, diriku baru selesai UAS sekaligus lagi ngurusi tempat magang hehehe ✌️

Anyway,

HAPPY READING!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN (BIAR AKU MAKIN SEMANGAT BUAT UP SECEPATNYA 🖤🖤🖤)

❄️❄️❄️❄️❄️

Lelaki yang memiliki badan tegap itu, mengamati targetnya dengan intens. Mencoba mencari cara bagaimana ia bisa menangkap target itu dengan mulus tanpa dicurigai oleh siapapun.

“Cantik.”

Lelaki itu menoleh kala mendengar temannya bergumam mengenai target mereka saat ini.

“Pantas saja Robert tergila-gila pada perempuan itu, ternyata seleranya sangat tinggi!” lanjutnya dengan semangat.

“Kita harus berhati-hati, Robert tidak mungkin lengah melindungi properti-nya.” Ucapnya memperingatkan temannya yang terlihat sangat tertarik pada target.

Yeah, kau benar. Aku jadi penasaran bagaimana rasanya properti milik Robert.” Temannya mulai tersenyum miring dan lelaki berbadan tegap itu mendengus tidak suka. “Apa kau punya ide?”

“Tentu saja.” ucap lelaki itu lalu tersenyum licik.

___________________

“Michael aku sedang di perpustakaan.” Ucap Gaby berbisik pada ponselnya. Ia baru saja masuk ke dalam perpustakaan, bahkan belum setengah jam ia ada di perpustakaan, tapi Robert sudah menghubunginya.

Aku merindukanmu.” Ucap Robert dengan manja.

“Kita berpisah bahkan belum satu jam.” Gaby menggeram jengkel.

Aku tetap merindukanmu.” ucapnya lagi.

Gaby menutup matanya, merilekskan otot-ototnya yang menegang ingin membentak Robert saat ini juga, tapi sadar ia sedang berada di perpustakaan jadi tidak mungkin ia berteriak.

“Kenapa kau keras kepala sekali, aku sedang di perpustakaan!” lagi-lagi Gaby menggeram jengkel.

Tapi aku tetap merindukanmu.” Balas Robert merengek.

“Lalu aku harus apa?!”

Ke kantorku sekarang, Jeremy akan mengantarmu. Dia sudah di perjalanan menuju tempatmu saat ini. Laters, baby.”

Gaby menatap ponselnya yang sudah mati. Robert mematikannya secara sepihak. Kenapa lelaki itu semakin menyebalkan setiap harinya?

Masih dengan perasaan jengkel, Gaby membereskan barang-barangnya tapi seseorang menginterupsi kegiatannya.

“Gaby, kau akan pergi?”

Gaby langsung berbalik dan menatap lelaki yang baru saja bertanya padanya.

“Oh, hai Paul, lama tidak bertemu.” Sapa Gaby, menatap Paul yang terlihat sedikit berubah. terakhir kali ia bertemu dengan Paul beberapa minggu yang lalu. Dan penampilan lelaki itu tidak seperti saat ini. Rambutnya berubah berwarna.

Paul tersenyum. “Ya sudah lumayan lama. Kau mau pergi?” tanya Paul lagi, matanya menatap tas Gaby lalu menatap mata Gaby santai.

“Ya, aku harus pergi menemui seseorang.” Ucap Gaby datar.

“Siapa?”

“Seseorang. Dia sudah menungguku, kalau begitu aku duluan ya, dah Paul.”

Gaby baru saja akan melangkah dan meninggalkan Paul, tapi lengan lelaki itu sudah lebih dulu menahannya. Gaby menoleh menatap lengannya yang tahan oleh Paul, lalu beralih menatap Paul dengan pandangan bingung.

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang