Chapter 40 : Be with you for the rest of life (Destiny : End)

7.8K 393 24
                                    

Holaaaa!!

Sampai juga kita ke penghujung cerita wkwkwkw

Jangan lupa vote dan komen yang banyak ya ❤

SELAMAT MEMBACA

ENJOYYY

❄❄❄❄❄

Sebuah mobil Buggati La Voiture Noire berwarna silver melaju kencang melewati setiap kendaraan yang juga melaju dengan kecepatan rata-rata. Suara klakson pengendara lain yang merasa terganggu dengan kecepatannya tidak menyurutkannya untuk menurunkan kecepatannya namun semakin meninggikannya.

Sedangkan dua mobil BMW hitam juga tak kalah ngebut di belakang Buggati tersrbut. Mobil itu mencoba mengikuti mobil silver tersebut dari belakang agar tidak ketinggalan terlalu jauh.

Alec merutuki Robert yang sedang mengemudi gila-gilaan didepannya. Tuannya itu memang selalu berlebihan jika menyangkut tentang Nyonya-nya.

Seperti saat ini, Robert sedang mengemudi ugal-ugalan dan ia berusaha menyamakan kecepatan mobilnya agar tidak terlalu jauh di belakang mobil Robert.

Sebenarnya tadi ia sudah langsung menyiapkan mobil begitu menerima kabar kalau nyonya-nya sudah sadar dan meraung ingin bertemu Tuannya. Tapi begitu ia mengatakannya pada Robert, tuannya itu langsung bergerak mengambil kunci mobil yang lain. Bahkan sebelum ia membuka pintu mobil untuk dirinya sendiri, ternyata Robert sudah melajukan mobilnya meninggalkan halaman mansion. Membuat Alec mendengus kesal sekaligus sebal sekaligus jengkel.

Berbeda dengan Robert yang saat ini sedang melajukan mobilnya dengan kencang, bahkan beberapa kali nyaris menabrak pengemudi lain karena terlalu terburu-buru. Untungnya ia ingat untuk tidak membahayakan dirinya karena istrinya sedang menunggunya.

Mengingat istrinya yang sudah sadar dan sedang menunggu di rumah sakit membuat jantung Robert berdetak tak karuan. Hatinya seakan mengembung penuh dengan bunga-bunga.

Robert mencengkram kemudi dengan erat, melupakan tangannya yang luka karena sebelumya menghancurkan kaca. Ia tidak bisa merasakan sakit pada tangannya karena ia bahagia, sangat bahagia.

Bayangan demi bayangan yang indah dirinya dengan istrinya memenuhi kepala Robert. Bagaimana Gaby terseyum, raut cemberut istrinya, bahkan Gaby yang memarahinya karena Tullah, raut datar istrinya, raut jengkel, sebal, kesal dan merajuk. Semuanya muncul bergantian di kepala Robert membuat ia ingin meledak karena bahagia.

Memasuki kawasan rumah sakit, jantung Robert semakin menggila. Ia langdung menghentikan mobilnya dengan asal-asalan di loby rumah sakit. Sebelum mobil itu benar-benar berhenti, Robert sudah lebih dulu membuka pintu dan berlari ke dalam rumah sakit. Ia bahkan tidak menutup pintu mobilnya dan juga tidak mencabut kunci mobilnya. Persis seperi dalam film aksi.

Untungnya mobil Alec berhenti tepat di belakang mobil Robert tidak sampai semenit kemudian. Alec menatap Buggati silver milik Robert yang terbuka dengan mesin yang masih menyala, sedangkan pemiliknya sudah berlari ke dalam rumah sakit.

Alec menggeleng-gelengkan kepalanya. Untung ia berada tepat di belakang mobil kesayangan bosnya ini, kalau tidak mungkin sudah dibawa lari orang yang tidak bertanggung jawab.

Robert memencet tombol lift dengan tidak sabaran. Seorang nenek dengan wajah yang sudah penuh dengan kriput serta rambut yang tidak lagi berwarna hitam sampai menegurnya.

“Kau seperti orang yang tidak pernah di ajari cara bersabar, anak muda.” Ucapnya menatap Robert yang masih menekan tombol lift.

Robert menoleh dan mengangkat sebelah alisnya.

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang