Erchilla melepas sepatunya dan duduk di tepian ranjang ketika Rose masuk dengan mulut penuh kue yang lezat. Ia bergumam memuja kelezatan rasa kue buatan Nenek Ash yang tiada duanya, bahkan berharap Erchilla bisa menurun bakat Nenek Ash membuat kue dan membuka toko kue suatu hari nanti, bukan klinik yang akan dibuka Erchilla.
"Hbur hamamahh yak yi," kata Rose menatap Erchilla dengan segala kenikmatan kue.
"Habiskan dulu makanannya baru ngomong, Rose." Chilla tertawa kecil dan memainkan ponselnya.
Rose menelan makanannya dan bernapas lega. "Sumpah! Ini kue lezat banget, ntar kalau aku mau balik ke rumah minta bawain kue-kue nenekmu, Chilla! Papa dan mama harus cicipin kue ini pokoknya."
Erchilla hanya tersenyum menanggapi Rose, tangannya tengah menekan tombol keysboard ponsel mengetik pesan untuk membalas pesan Sivan yang datang sepuluh menit yang lalu. Sivan memberitahu jadwal manggungnya malam ini, cukup jauh dari rumah nenek. Sivan berharap Erchilla datang ke acara manggungnya.
"Sivan ntar malam manggung di lapangan Diponegoro," kata Erchilla mengalihkan perhatian Rose memuja kuenya.
"Biarin."
"Ada foodcourt jual makanan dan minuman, enak pastinya."
"Aku di rumah aja, kalau kau mau nonton dia manggung silakan aja, aku di rumah nemenin kue-kue tersayangkuh." Rose tersenyum manis pada kuenya.
"Ya sudah, nanti malam aku pergi sendiri sekalian cari kado buat ulang tahun Sivan," kata Erchilla.
Rose melihat Erchilla bangkit pun mendesah, "Astaga... hmmm, ya udah aku ikut!"
Erchilla berbalik dan tersenyum. "Nonton konser cowok sendiri tuh pahala."
"Dih, jangan harap dia jadi pacarku! Enggak level."
Erchilla hanya tersenyum dan memilih merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Netra cokelatnya menatap hiasan meja yang terdiri dari 5 bandul yang memantul bagian kanan dan kirinya, lambat laun bercampur dengan apa yang telah dilaluinya selama ini. Papa dan Mama barunya, Alanza begitu menyayanginya, demi tak melihat bulir air mata yang terus jatuh di wajahnya, keduanya meminta Chilla melupakan soal perkataan Dean dengan menyekolahkannya di sekolah baru dan bertemu Rose.
Rose adalah salah satu teman terbaik yang dipunya Erchilla. Rose mau menemani Erchilla kemanapun dan kapanpun, itu membuat kedua keluarga mereka pun menjadi dekat. Mama dan papa Rose tak khawatir jika puteri mereka bersama Erchilla, karena selain Erchilla gadis yang cantik juga bertanggung jawab. Tak akan membuat Rose menjadi kurus dan kelaparan, Rose suka sekali makan tapi tubuhnya tak pernah menjadi gemuk.
Erchilla terbangun karena suara ponselnya yang berdering nyaring. Ia sedikit tergagap dan melihat Rose tertidur di sofa dengan posisi yang aneh serta tak biasa. Ia meraih ponsel di meja dekat ranjang, melihat layarnya tertera nama Izann. Dia adalah kakak kelasnya dulu semasa sekolah dasar yang sering menemaninya mengerjakan PR.
"Halo, Kak Izann."
"Hei, gimana kabarmu? Maaf kemarin-kemarin aku sibuk jadi enggak bisa hubungi kamu."
"Kabarku baik, Kak. Tidak apa, Kak Izann 'kan bekerja, jadi maklum saja."
"Hmm, nyammm, nyamm, nyammm, khooohhkkkk.... khoookkk....," suara Rose yang terlelap kelelahan di sofa berubah posisi memeluk sofa dan kaki kirinya naik ke punggung sofa.
"Kutebak itu Rose," kata Izann yang tertawa kemudian di seberang.
"Iya, dia tertidur nyenyak di segala tempat kalau udah kenyang." Erchilla menjawab sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Equanimous #4 - END
Roman d'amourUpdate sebisanya | 21+ ⚠Don't Copy My Story⚠ Erchilla memutuskan kembali pulang setelah kepulangannya beberapa tahun yang lalu. Ia menganggap jika Dean telah berubah mau menerimanya menjadi teman, teman lama. Tapi, semua bayangan Erchilla tak sama...