Akan Datang | 13

4.2K 769 52
                                    

Arsha terduduk lesu setelah suami dan anak-anaknya pergi. Rumah kembali sepi seperti hari-hari sebelumnya, hanya bertemankan Sari yang sibuk melakukan pekerjaannya. Ia menoleh ke kanan dan kiri, pernah dihabiskannya waktu senggang dengan pergi ke perpustakaan suaminya, ke butik mertuanya atau ke tempat yang sekiranya bisa membunuh waktu. Dulu saat anak-anaknya masih kecil, jangankan bisa duduk sesantai ini berjam-jam, duduk semenit tanpa mereka mendekat saja sudah keajaiban.

Sari benar tengah sibuk membersihkan dapur, tapi ketika sudah membuatkan teh hangat dan mengantarnya untuk majikan wanitanya, ia melihat majikannya terduduk lesu.

"Ibu kenapa?" tanya Sari sambil menaruh cawan cangkir teh.

Arsha menoleh ke arah Sari. "Coba ibu punya menantu, pasti ada yang ajak obrol ibu, Sar."

"Bu, maaf kalau Sari bertanya. Dokter cantik itu pacarnya Mas Alucian ya, Bu?" selidik Sari sambil duduk di dekat pangkuan Arsha.

"Ya bukan, ibu maunya tuh dokter cantik jadi pendamping Dean. Malah Dean ngira dia pacarnya Alucian. Tapi, kamu jangan bocor loh, Sari. Ini rahasia."

Sari yang mendengarkan dengan seksama pun mengangguk cepat. "Iya, Bu. Beres."

"Sar, ngomong-ngomong kamu kasih ibu ide. Cepet bungkusin masakan ibu ke dalam kotak bekal sekarang!" seru Arsha.

Sari tertegun kaget. "Buat Mas Alucian, Bu?"

"Buat dokter cantik! Ayo, bungkusin cepet!" seru Arsha bersemangat.

Sari bangkit dari duduknya segera. "Iya, iya, Bu. Sari siapin bekalnya."

Arsha senang bukan main karena ide itu akan mempertemukannya dengan Erchilla. Jika bertemu dengan Erchilla rasanya hatinya tenang, senang dan nyaman. Sungguh ia ingin sekali meminang Erchilla untuk dijadikan menantunya segera, tak peduli Dean akan setuju atau tidak.

Sari segera mengerjakan apa yang diperintahkan majikan wanitanya, menaruh sebagian masakan hari ini ditemani secup nasi dan buah dalam kotak bekal dibungkus tas karton tebal kemudian memberikannya pada Arsha. Arsha mengeceknya, serasa ada yang kurang pun sedikit berpikir.

"Sar, ada susu kotak 'kan di lemari es? Bawa ke sini satu."

"Punya Mas Arion, Bu?"

"Iya, masa diambil satu aja dia teliti? Nanti ibu belikan sekarton lagi, ayo ambilin cepet, Sar," kata Arsha meminta pada Sari.

"Iya, Bu." Sari segera melakukan apa yang diperintahkan padanya.

Susu kotak ukuran sedang itu memang kepunyaan Arion, salah satu anak kembar Arsha itu memang menyukai susu kotak agar bisa diminum kapanpun dan dimanapun dalam jumlah yang tak terlalu banyak atau sedikit. Arsha meminta Pak Durno mengantarnya ke RS Phalosa tanpa Sari, tadinya gadis muda itu ingin diajak pergi tapi ingat bahwa cuciannya sudah menunggu di belakang pun hanya bisa tersenyum masam.

Sepanjang jalan menuju rumah sakit, Arsha tersenyum semangat. Durno yang selama ini setia bekerja pada keluarga Kezlin pun melirik ikut tersenyum karena majikannya. Arsha menarik napas dan semakin berkebit hatinya memikirkan akan bertemu Erchilla sebentar lagi. Arsha menginjakkan kakinya di RS Phalosa yang ramai akan pasien, rumah sakit tidak akan pernah sepi bukan? Apalagi RS Phalosa terkenal akan pelayanannya yang bagus.

Arsha melangkah perlahan namun pasti ke ruangan di mana Erchilla berada, tapi dari daftar dokter yang hadir, nama Erchilla Benecio tak ada di sana. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya, maka Arsha pun bertanya pada suster yang kebetulan akan memanggil pasien.

"Suster, permisi mau tanya." Arsha memegang lengan suster itu pelan. "Dokter Erchilla ada di dalam?"

"Maaf, Bu. Dokter Erchilla hari ini sedang libur sampai besok. Ibu ada janji dengan Dokter Erchilla?"

Equanimous #4 - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang