Pintu kamar milik dokter wanita itu terbuka dari luar. Wanita paruh baya masuk sambil tersenyum, di belakangnya berdiri pria seusianya ikut masuk. Keduanya mendekati ranjang di mana pemiliknya masih terlelap. Mereka melihat kamar anak pertama mereka, begitu rapi dan feminim. Wanita berkemeja satin merah muda duduk di sisi ranjang, mengelus pipi Chilla dan mengecupnya.
"Selamat pagi, Sayang."
"Selamat pagi sayangnya papa," imbuh pria paruh baya yang duduk di depan isterinya.
Chilla mengerjab, pendengarannya terganggu dengan sapaan dan elusan lembut seseorang. Netranya perlahan terang dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah kedua orangtuanya berada di kamarnya! Sontak dokter wanita itu bangun terduduk, tersenyum lebar dan menghambur memeluk mamanya.
"Mama, Chilla kangen." Chilla menyandarkan kepalanya di bagian terhangat mamanya.
"Mama juga kangen sama kamu, kangen banget," kata Alanza-mama tiri Erchilla.
"Jadi, hanya mama aja nih yang dapat pelukan?" tanya papa Erchilla melipat tangannya.
Chilla tersenyum dan menghambur memeluk papanya. Pria paruh baya itu menghela napasnya, lega bisa memeluk kembali puterinya yang nun jauh tinggal dengan mamanya. Micha tak segan mencium kening anaknya beberapa kali hingga Chilla mendongak tersenyum.
"Selamat pagi, Kakakku." Suara gadis yang sambil menguap masuk ke dalam kamar Chilla.
"Adik tomboyku," sapa Chilla sambil merentangkan kedua tangannya.
Gita perlahan mendekat dan membiarkan kakaknya memeluknya erat. "Bau."
"Hei, kau juga ingat," sanggah Chilla.
"Aku kangen kamu, Kak." Gita menyandarkan kepalanya dengan nyaman sampai lekat.
"Kapan mama dan papa datang? Kok pagi benar udah di sini?" tanya Chilla.
"Semalam kami datangnya, Sayang. Kamu udah tidur jadinya kami istirahat langsung dan buat kejutan kamu pagi ini," kata Mama Alanza.
"Maa, aku lapar," kata Gita merengek pada mamanya.
"Papa juga, Ma." Micha menimpali.
"Baiklah, mama masak makanan dulu deh sama bibi, kalian mandi sana, ayo." Alanza menarik lengan Gita untuk bangkit dari ranjang kakaknya.
"Gita masih mau di sini, Maa." Gita enggan bangkit.
Alanza menarik lengan suaminya. Pria yang sudah menua itu tak segan bangkit, justru memeluknya keluar dari kamar puterinya. Di dapur, Alanza mulai sibuk memasak, sampai bibi merasa tak enak karena didahului oleh menantu Nenek Ash. Keluarga Micha lengkap berkumpul hari ini di rumah sang mama, dua puterinya duduk bersisian sibuk berebut makanan kesukaan mereka. Sayur oseng kangkung yang pedas tak dihiraukan oleh Erchilla, ia mengambil lebih banyak dari Gita karena merindukan masakan mamanya yang lezat.
"Maa, nanti aku bawa bekal masakan Mama ya," pinta Chilla.
"Habis! Ini kan punyaku. Tidak bisa," tolak Gita yang menjauhkan piring lebar berisi separuh porsi besar sayur oseng kangkung pedas.
"Ngalah sama kakak, Gita. Kamu kan udah kenyang makan banyak masakan mama," rebut Erchilla.
"Sudah, sudah nanti Kak Chilla mama masakin lagi." Alanza menengahi keduanya.
"Selamat pagi," sapa Devine yang terlambat bangun.
"Selamat pagi, Dev."
Devine mencium tangan orangtua Erchilla sambil duduk di sisi Micha. "Maaf, Devine telat bangunnya. Masih ngantuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Equanimous #4 - END
RomanceUpdate sebisanya | 21+ ⚠Don't Copy My Story⚠ Erchilla memutuskan kembali pulang setelah kepulangannya beberapa tahun yang lalu. Ia menganggap jika Dean telah berubah mau menerimanya menjadi teman, teman lama. Tapi, semua bayangan Erchilla tak sama...