Chilla melenturkan punggungnya dengan rebahan di sofa di ruangan Paman Daryn, punggungnya terasa patah setelah berkejaran dengan Theo. Anak lelaki tampan itu masih belum sadarkan diri seperti yang sudah dikatakan suster yang menanganinya selama ini. Anak itu hidup, ia yakin, semua organnya bekerja semestinya tapi kesadarannya menurun.
Chilla menatap langit-langit rumah sakit, Paman Daryn memintanya istirahat karena dirinya yang memeriksa Theo lebih intens. Chilla menoleh ke pintu ruangan yang terbuka separuh, ia cukup penasaran dengan kondisi Theo, meski dia hanya dokter pengganti, tapi ia merasa tertarik untuk tahu lebih lanjut apa yang terjadi pada Theo sebenarnya. Ia bangkit dari sofa empuk warna cokelat dan melangkah pelan ke ruang perawatan anak lelaki tampan itu.
Awalnya Chilla mau jika keberadaannya tak disadari lelaki yang tengah memeriksa Theo, tapi lelaki yang menua itu segera menyadarinya. Chilla melihat Paman Daryn menyentuh dahi Theo, sementara pria yang lebih muda berdiri tak jauh darinya. Paman Daryn menoleh ke arahnya dengan senyuman yang biasa dilihatnya.
"Bukankah kusuruh kau istirahat?" tanya Paman Daryn pada Chilla. Pria di sebelahnya pun melihat ke arah Chilla hingga dokter wanita itu gugup.
"E, iya. Tapi, aku penasaran dengan apa yang terjadi pada Theo, Paman."
"Kurasa kaubutuh tempat menginap yang nyaman dan tak mengganggu pekerjaan kami, dua gang dari rumah sakit kurasa ada penginapan yang cocok. Kenapa tak coba mendatanginya?" Pria berwajah tampan dari Korea itu berkata pada Chilla.
Erchilla tersenyum mengangguk, dirinya memang tengah mencari penginapan. Ditambah lagi dirinya lupa membawa barang-barang yang sudah disiapkannya di dalam koper.
"Itu benar, aku akan coba mendatanginya. Terima kasih, Paman."
"Bagus, pergilah." Revel mengusir Chilla pergi. Daryn tampak mengangguk mengiyakan perkataan Revel pada Chilla.
Chilla pun undur diri, pesan balasan dari Rose bergantian datang dengan Sivan. Kedua sahabatnya itu telah lama menyeretnya dalam sebuah grup pesan yang diberi nama unik tak terpikirkan. Sambil berjalan menyusuri lorong rumah sakit, ia membalas pesan-pesan mereka tentunya diselingi tawa tertahan.
"Paman Dean mau ke mana, sih? Sini aja temenin Elian!" Suara gadis kecil yang manja itu mencuri pendengaran Chilla.
"Elian, Om Dean itu ada urusan, biarin pergi dulu ya," pinta wanita yang duduk di sebelah brankar.
"Gimana kalau Elian ikut Paman Dean aja. Kan mama sibuk mau pergi kerja, ya, ya, ya? Boleh ya?" tawar Elian dengan rayuan maut.
Chilla tak sadar menengok ke dalam, pada ruang perawatan di mana ia juga temukan sosok pria dewasa yang digelayuti gadis kecil nan manja. Dean tampak tak nyaman dengan kecentilan si gadis dan menoleh ke arah lain. Netra cokelat itu menangkap sosok Chilla yang mengintip dari celah pintu.
"Sayang! Tunggu sebentar ya," panggil Dean dengan senyum dan lambaian tangan. Sontak Elian yang bergelayut manja di lengan Dean ikut menoleh.
"Dia siapa? Pacarnya Paman, ya?" tanya Elian yang cemberut melihat Dean mengangguk sambil tersenyum.
Mama Elian membuka pintu dan menahan langkah Chilla yang akan pergi. "Dokter silakan masuk."
"E, tidak terima kasih. Saya mau pergi," kata Chilla sopan.
Dean memaksa bangkit dan menahan lengan Chilla, "Mau pergi sekarang, ayo!"
Chilla yang tak tahu apa maksud Dean pun hanya bisa melongo, terlebih lagi dengan rentetan anggapan Dean tentangnya.
"Aku bisa pergi sendiri."
"Tuh, kan! Tante aja bisa pergi sendiri. Paman ganteng di sini aja temani Elian. Tante perginya hati-hati ya," kata Elian diselipi senyum manis tapi mengusir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Equanimous #4 - END
RomanceUpdate sebisanya | 21+ ⚠Don't Copy My Story⚠ Erchilla memutuskan kembali pulang setelah kepulangannya beberapa tahun yang lalu. Ia menganggap jika Dean telah berubah mau menerimanya menjadi teman, teman lama. Tapi, semua bayangan Erchilla tak sama...