Anggapan Lain | 9

5.1K 887 133
                                    

Dean bukanlah orang pengangguran sejak diberikan kepercayaan oleh kakeknya mengelola perusahaan. Tapi, ia masih menyempatkan diri mengunjungi tempat di mana Zena bekerja, ya, tak jarang membawakannya makan siang juga seperti siang ini. Ia memesan makaan siang lewat online dan memberikannya pada Zena di sekolah. Dean telah memberitahu Zena jika dirinya sudah sampai di sekolah, tapi belum juga mendapatkan balasan. Dean menghampiri satpam yang bertugas untuk bertanya.

"Selamat siang ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Selamat siang, Pak. Saya mencari Bu Zena ada?"

"Ada, Pak. Tapi, semua guru siang ini sedang rapat untuk membahas kegiatan murid kelas enam, mau diadakan study tour," jelas satpam yang bertugas.

"Oh ada rapat. Kalau begitu boleh saya minta tolong ke Bapak? Ini makan siang buat Bu Zena, katakan saja dari Dean dia pasti tahu," kata Dean menitipkan kotak makan siang pada satpam.

"Baiklah, Pak nanti akan saya sampaikan pada Bu Zena."

"Terima kasih, Pak."

Dean melihat sekali lagi pada sekolah yang dulu sempat ia enyam selama enam tahun di sana, kini sudah banyak yang berubah karena masa. Dean berbalik ke mobilnya dan berdiam diri sesaat untuk memberi pesan singkat pada Zena, bahwa ia telah mengirim makan siang untuknya. Sementara di ruangan kantor si Kembar, Arion melempar buah anggur ke arah kepala kakaknya sampai menoleh.

"Lain kali kalau mau lempar jangan buah anggur, ATM aja sekalian!" seru Alerion yang masih saja sibuk dengan pekerjaannya.

"Hei, ini udah jam makan siang. Makan saja dulu, jangan seperti kerja rodi pada saudara sendiri," ajak Arion.

Alerion menatap adiknya, benar yang dikatakan adiknya kali ini, sekarang sudah waktunya jam makan siang. Kakaknya saja sudah menghilang sejak sebelum jam makan siang tiba, ke mana lagi kalau bukan menemui Zena. Alerion menutup berkas setelah memberi penanda dan bergabung dengan adiknya yang sudah di depan makan siang mereka di meja tamu.

"Nasi rames! Sambelnya dikit, beneran dikit deh aku pesennya." Arion menuding nampan satunya.

"Trims'."

Alerion duduk dan membuka plastik penutup makan siangnya, "Kak Dean enggak kaupesankan?"

"Kak Dean pasti udah makan siang sama Kak Zena, enggak perlu kupesankan."

"Kak Dean kapan tahunya kalau Kak Zena enggak cinta dia? Enggak punya perasaan yang sama sama dia?"

"Kak Dean udah tahu kok, kalau dia enggak tahu pasti juga tahu. Secara Kak Zena kalau lihat Kak Izann saja berbinar-binar, kenapa ke Kak Dean biasa aja?" tanya Arion.

"Masa iya nunggu Kak Chilla datang sih? Yang bener aja," kata Alerion mulai menyuapkan makanan.

"Yahh, siapa tahu Kak Chilla kembali, trus ketemu Kak Dean, Kak Dean bisa berubah pandangannya, atau ada wanita lain yang bisa membuat Kak Dean jatuh hati seribu kali jadi ninggalin Kak Zena."

Alerion menggoyangkan tangannya, "Kalau... wanita lain, papa dan mama udah... coba."

"Ditelan dulu makanannya!" seru Arion.

Alerion mengunyah cepat makanannya dan menelan baru lancar berbicara. "Kalau wanita lain, papa dan mama udah coba 'kan? Dari yang wanita baby face, dewasa kayak Kak Zena sampai imut-imut macam fans Froska aja lewat."

"Jadi, kita mau gimana?"

"Gimana kalau hubungi Kak Chilla? Suruh balik gitu aja? Sinting."

"Abby!"

Equanimous #4 - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang