Rakus - 39

4.8K 584 84
                                        

Devine terbangun sendirian, kamar hotelnya kosong bahkan benda pribadi Erchilla saja tak dilihatnya. Ia meringis memegangi rahangnya, kemudian pelipisnya dan tulang pipi, ada sedikit rasa ngilu juga di bagian perutnya. Ia juga heran mengapa tidur di lantai sementara ranjang kosong?

"Chilla! Chilla!" seru Devine mengedarkan pandangannya.

Tak ada sahutan dari panggilannya, pun menengok ke kamar mandi jua kosong. Devine bergerak tertatih dan meneriakkan nama kekasihnya, namun tak pernah ada jawaban. Ia terduduk di tepian ranjang menyadari satu hal, bahwa celananya tak terkancingkan sempurna, ada bercak darah juga di sprai. Keningnya mengerut dan semakin berkerut ketika menyadari dan mengingat apa yang telah terjadi semalam.

Kilatan-kilatan semalam datang silih berganti. Ia pamit keluar karena temannya meminta bertemu di sebuah club, awalnya ditolaknya tapi Erchilla memintanya pergi tanpa merasa tak enak, dia pun ingin istirahat saja. Di saat ia dan temannya asik mengobrol, Pak Dewa mendekat dan memberi laporan jika pria yang sempat mengusik hubungannya dengan Erchilla juga ada di negara yang sama.

"Soal pria itu lagi, Bro?" tanya teman Devine sambil meneguk minuman berwarna kuning keemasan.

Devine berusaha mengalihkan pikirannya, ia takut jika Erchilla bertemu Dean dan goyah akan meninggalkannya. "Kami akan segera menikah, Leo."

Leo tertawa mendengar tanggapan Devine. "Kau masih pakai cara halus takhlukin wanita? Udah kagak jaman. Kalau mau segera miliki dia, klaim dia sekarang juga, buat dia enggak bisa lepas darimu, Bro!"

"Maksudmu?"

"Udah buka segel?"

"Kau gila!" Devine berseru kemudian meneguk minumannya.

"Kalau main halusan, ya tanggung sendiri dibegal yang lain. Saingan lo itu bukan pria awam biasa, ingat mereka sudah kenal jauh dari lo kenal dia kan?" Leo tertawa mengejek.

Devine tak menanggapi dan meneguk minumannya. Ia susah payah menjaga image baik di depan Chilla dan lainnya, jangan sampai keinginannya yang tinggal sejengkal ini buyar karena ejekan Leo. Tapi, Leo rupanya tak gentar memberi wejangan pada Devine jika mau mendapatkan Chilla seutuhnya dan secepatnya. Leo memberikan sesuatu pada Devine berupa botol kecil berwarna putih.

"Apa ini?"

"Coba aja, katanya mau segera nikahin dia?"

Devine menatap botol kecil di depannya. Dean adalah saingannya yang berat, ia mengingat bagaimana sikap beraninya di Jogja beberapa waktu lalu, dari cerita Erchilla diketahui terpaksa tidur satu kamar meski tak ada kegiatan nyeleneh lainnya karena koper Chilla tertinggal.

"Kebanyakan mikir, lu!" Leo mengambil botol itu dan mengeluarkan isinya satu butir di gelas minuman Devine dan mengaduknya dengan jari. "kasih dia dua atau tiga, dijamin dia bisa ketagihan dan 'gatal' sampai pagi, walau udah lelah masih pengen aja."

Devine meragu di awal, tapi akhirnya ia meneguk minuman buatan Leo dan merasakan efeknya. Ia merasa tenggorokannya panas disusul dengan tubuhnya yang merasa penuh stamina. Kejantanannya mencuat kemudian memaksanya untuk mencari pelampiasan sesuai keinginannya, meski ada tempat 'pembuangan' hasrat darurat berkeliaran menyapanya manja.

Devine bergegas kembali ke hotel dan peduli setan dengan penolakan Erchilla nanti, ia membuka pintu mendapati kamar hotelnya telah meredup, wanita cantik berprofesi dokter umum itu tengah tidur nyenyak di atas ranjang. Devine menutup pintu kamar perlahan dan melihat sosok Erchilla yang cantik dan molek pun mengelus kejantannya dari balik celana yang terasa sesak. Devine seakan buta pun nekat menurunkan celana Erchilla, miliknya terasa semakin membesar dan berkedut ketika melihat paha mulus Erchilla tanpa sehelai kain.

Equanimous #4 - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang