Kurang Kerjaan | 29

4.9K 776 58
                                    

Usai sarapan, Erchilla datang ke rumah sakit di mana dirinya dibutuhkan Paman Daryn, saudara kembar dari Paman Silas dan Eggy. Rumah sakit swasta itu cukup besar, meski tak sebesar RS Phalosa. Paman Daryn telah memberitahunya, jika telah ditunggu untuk merawat seorang anak kecil yang perlu perawatan khusus. Tapi, Chilla tak benar tahu perawatan khusus yang model bagaimana yang akan ditanganinya.

"Erchilla," sapa seseorang yang langsung membuat pemilik nama menoleh. "Sebelah sini."

Erchilla tersenyum dan segera mendekat ke adah Paman Daryn yang bersama seorang suster. "Paman, maaf aku baru bisa datang sekarang, semalam aku lelah sekali."

"Tidak apa, aku tahu kok. Suster, ini Dokter Erchilla yang akan menangani Matheo." Daryn bicara dengan suster yang setia berdiri di sisinya.

"Oh ya Dokter," suster itu tersenyum ramah ke arah Chilla sambil mengangguk.

"Chilla, suster ini yang akan menjelaskan kondisi Theo dan dia akan bantu kamu merawatnya. Paman pergi dulu." Daryn menepuk bahu Erchilla dan melenggang pergi.

Suster di sisi Erchilla mengajak masuk ke dalam kamar perawatan. Kamar rawat inap itu bernuansa putih dan hanya ada satu brankar di dalam sana, selebihnya hanya perlengkapan saja yang terlihat mirip hotel.

"Aku enggak mau diperiksa! Enggak mau disuntik lagi! Pergi!" Suara anak kecil menyambut keduanya.

Erchilla awalnya berpikir jika pasiennya adalah lansia yang manja dengan seribu seratus permintaan di luar logika. Tapi yang ada justru anak kecil sekitar berusia tujuh tahun yang tidur membelakangi keduanya. Erchilla memang bukanlah dokter anak, tapi permintaan yang dilayangkan Paman Silas untuk mau membantunya telah disanggupi, mau tak mau Erchilla harus berkenalan lebih dulu dengan sang anak.

"Namanya Matheo Guiza, berusia enam tahun sebelas bulan dan ia tampak sehat saja, tapi dia sering pingsan tiba-tiba dalam waktu yang lama. Ada cenayang yang mengatakan jika Theo adalah penjelajah dunia lain. Tapi, secara medis itu tak langsung bisa diterima." Suster menjelaskan.

"Aku mau keluar."

Erchilla mendekat. "Mau bermain di taman?"

Theo menatap Erchilla dengan sinis. "Kamu siapa? Dokter yang bilang aku gila? Ayan? Kesurupan?"

"Bukan. Calon teman kamu, kalau kamu setuju kita berteman... akan kuajak kau keluar." Erchilla memelankan suaranya di akhir kalimat.

"Jangan merayuku, tak mempan." Theo melirik ke arah Erchilla yang mengulurkan tangan kanannya.

Theo terdiam dan memundurkan tubuhnya sesaat guna melihat suster yang sedari tadi memperhatikannya. Ia memposisikan normal kembali dan berbisik pada Chilla.

"Aku mau kita berteman, tapi bawa aku keluar dulu. Kalau enggak? Ya sudah." Theo melipat tangannya angkuh.

Chilla tersenyum. "Okey. Bisa, sangat mudah."

"Cobalah." Theo mempersilakan.

Erchilla bangkit dan berbalik pada suster yang setia menemaninya. "Suster, bisakah aku bawa Theo keluar?"

"Maaf, Dokter Chilla, itu tidak bisa. Apalagi jika kita tak tahu kapan Theo akan pingsan dan lama akan sadarnya." Suster menolak memberi ijin.

Erchilla bisa mendengar Theo mendengkus kemudian berkata jika tinggalkan saja dirinya. Tapi, Chilla tak kau menyerah, pergi keluar untuk anak seusia Theo itu tak membuat tubuhnya menjadi sakit begitu saja bukan?

"Aku yang akan bertanggung jawab, suster."

"Sudahlah, menyerah saja dan pergi dari kamarku." Theo berkata enteng.

Equanimous #4 - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang