Dibicarakan | 21

4.3K 724 117
                                    

Bonus multimedia, cek this out!

Alanza meremas kedua tangannya melihat puteri tirinya terbaring terpejam di atas brankar. Dokter dan suster masih merawatnya. Sementara Micha di sisinya merangkul tubuhnya, sama khawatirnya tapi ia berusaha menenangkan Alanza jika kecelakaan Chilla tak begitu parah. Puterinya adalah wanita yang kuat, jadi ia yakin seratus lima puluh persen jika Chilla akan baik-baik saja. Nenek Ash sibuk mondar-mandir menggantikan Alanza, kemudian terduduk di ruang tunggu dan Micha bergantian menenangkan dua wanita di sisinya.

Dokter pria yang masih muda keluar bersama suster mencari keluarga Chilla. Alanza, Micha dan Nenek Ash berjalan cepat mengerumuni dokter itu, bertanya perihal keadaan Chilla terkini. Dokter Ravid memberi tahu jika keluarga Chilla tak perlu khawatir berlebih, karena keadaan pasien tak separah yang diperkirakan.

"Dokter Chilla masih belum sadar, tapi saya pastikan dia hanya mengalami luka dan lecet di beberapa bagian tubuhnya saja. Kita lihat setelah pasien sadar, jika ada keluhan kami akan memeriksanya lebih lanjut." Dokter Ravid menyunggingkan senyumnya yang manis. [Exquisite]

Alanza bernapas lega. "Oh, syukurlah. Apa kami bisa melihatnya?"

"Silakan. Kami akan pindahkan Dokter Chilla ke ruang perawatan segera."

"Terima kasih, Dokter." Micha menjabat tangan dokter pria yang menangani puterinya.

Alanza masuk lebih dulu daripada Nenek Ash disusul Micha, mereka bertiga menatap sedih ke arah Chilla yang masih terpejam. Alanza mengambil tangan puteri pertamanya dengan lembut, mendekapnya sedih dan berharap dokter cantik itu segera siuman. Dua pasang langkah terdengar gusar dan bingung sebelum menyibak tirai, mendekat ke brankar Chilla.

"Apa yang terjadi?" tanya Gita yang menatap panik ke arah kakaknya.

Bibir Alanza bergetar dan merentangkan tangannya untuk memeluk Gita. "Kakakmu ditabrak mobil, untung hanya luka-luka tak seberapa parah."

Gita menatap kakaknya yang masih belum sadar sambil mengernyitkan alis. "Siapa yang nabrak? Gimana bisa? Aku sudah bilang kan, Ma. Aku aja sama kakak, pasti aku bisa jaga kakak."

"Gimana keadaannya, Paman?" tanya Devine yang sedih melihat beberapa bagian tubuh Chilla dibalut perban.

"Dia akan siuman segera, hanya luka-luka dan lecet." Micha menenangkan Devine.

Nenek Ash duduk di kursi dekat Chilla sambil berpikir dan merasa jika ini kejadian tak biasa. Chilla berada di jalan yang tepat, akan masuk ke dalam mobil yang terparkir dan tak melanggar aturan. Ia merasa kejadian ini di luar nalar, apalagi kata Alanza jika mobil itu melaju begitu kencang, bahkan tak berhenti ketika sudah menumbangkan Chilla di jalanan.

Micha dan Alanza tak berpikir untuk melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib, mencari siapa pelaku penabrakan Chilla agar jera. Yang mereka pikirkan adalah kesehatan Chilla, dokter wanita cantik itu tak bisa mengobati pasien karena dirinya sendiri saja sedang sakit.

♧♧

Lemparan batu itu tenggelam di kolam membuyarkan pantulan langit sore yang kemuning. Ikan-ikan yang ada di dalam kolam menghindari lemparan batu susulan dari pria dewasa yang tampak tak enak hati. Pria itu masih melemparkan batu, selayaknya batu adalah perasaan gundahnya yang bisa hilang begitu ia melemparkannya di kolam. Kejadian beberapa puluh menit yang lalu masih melintas nikmat di benaknya, bagaimana ia menabrak wanita berjas snelli itu hingga tersungkur di atas jalanan panas.

"Mau kubantu cari batu lain?" tawar seorang pria yang berdiri di sisi Dean.

Dean menoleh ke samping, paman yang dikenalinya baik tersenyum tipis ke arahnya. "Tidak usah."

Equanimous #4 - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang