Patuh

227 14 0
                                    

Zeus Pov

Aku merasakan sebuah energi yang aneh. Apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini? Memejamkan mata, aku berusaha mencari di mana Emma berada. Ternyata energi aneh itu berasal dari Emma. Aku harus segera ke sana. Memperhatikan keadaan sekitar yang tampak sepi, aku langsung menggunakan kekuatanku agar sampai ke tempat Emma.

Energi ini sama dengan energi yang kurasakan saat dia pertama kali berada di rumahku. Ahh aku baru tahu apa yang menyebabkan energi Emma menjadi seperti ini. Dia adalah pemuda itu, pemuda yang dengan sombongnya berkata bahwa dia menguping pembicaraan aku dan Emma tadi.

Aku penasaran apa yang akan terjadi pada Emma, tapi aku juga merasa bahwa pemuda ini memiliki sifat yang buruk dan berbahaya untuk kedepannya. Aku muncul di dekat pintu masuk ke atap. Sengaja bersembunyi di balik tembok, aku memperhatikan Emma dan pemuda itu yang kini saling berpandangan.

Aku ingin menghentikan hal ini, tapi kuurungkan niat itu. Ingat tujuan aku memasukkan Emma ke tempat ini adalah karena aku ingin tahu sejauh apa energi jiwanya akan tumbuh jika berada dekat dengan orang yang disukainya. Untuk sekarang, aku hanya bisa menjadi penonton.

“Ingat pesanku Emma bahwa kau tidak boleh dengan mudah mempercayai manusia.”

Aku kembali mengirimkan telepati padanya. Seharusnya dia sadar bahwa ini adalah perintah mutlak dariku. Beberapa detik kemudian aku melihat Emma menggeleng pelan lalu berjalan mendahului pemuda itu. Aku bisa bernapas lega sekarang karena sepertinya dia mau mengikuti perintahku.

* * *

Banyak waktu sebelum jam sekolah selesai. Aku menyempatkan diri untuk tidur di atap sekolah. Jam mengajarku di sini hanya sedikit karena aku hanyalah guru baru. Sebenarnya aku sudah menghipnotis kepala sekolah agar memberiku jadwal di kelas Emma saja.

“Ugh.” Aku merasakan sesuatu mendekat ke arahku, ini pasti manusia.

Aku membuka mata dan melihat seorang murid perempuan menatapku dengan terkejut. Pasti dia merasa aneh karena melihat seorang guru tertidur di atap sekolah.

“A... maaf pak saya hanya lewat dan ternyata bapak sedang tidur di sini.” Dia memberi hormat padaku lalu tersenyum. “Ini masih jam pelajaran, kenapa kau ada di sini?” Mencoba mengalihkan topik aku sengaja menanyakan perihal keberadaannya di tempat ini. Dia tampak mengalihkan pandangan dariku, mungkin mencoba memikirkan alasan yang tepat untuk menjelaskan padaku.

“Saya sedang piket dan datang ke sini untuk membersihkan penghapus.” Dia menunjukkan dua buah penghapus yang ada di tangannya. “Cepat kembali ke kelasmu.” Dia mengangguk memberi hormat lalu berjalan meninggalkanku. Bagaimana anak itu bisa mengenaliku? Aku rasa dia bukanlah murid yang berasal dari kelasnya Emma.

Pikiranku kembali pada kejadian beberapa saat lalu saat Kenji menanyakan padaku apa hubunganku dengan Emma. Tatapan pemuda itu menunjukkan bahwa dia adalah pemuda yang berbahaya. Aku berhasil memberikannya jawaban yang memuaskan, tapi aku yakin dia tidak akan berhenti sampai sini.

Untuk sementara aku akan melihat apa rencananya pada Emma. Hah Emma yang malang. Bersusah payah menjadi manusia hanya karena menyukai seorang pemuda seperti itu. Padahal banyak manusia yang tidak ingin hidup sebagai manusia. Mungkin hal inilah yang membuat jiwa boneka murahan seperti dia bisa terasa sekuat itu.

Aku melirik jam tangan yang kupakai. Pantas saja murid tadi membersihkan penghapus, ternyata jam sekolah telah selesai beberapa menit yang lalu. Di mana Emma kami harus kembali dan mempersiapkan diri untuk bekerja nanti malam.

“Tuan.” Suara ini.

“Tuan tolong aku.”

Sial Emma baru saja dilepas dari pengawasan malah langsung terkena masalah.

TBC

Still DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang