Dewa Matahari

92 8 0
                                    

Zeus Pov

Akhirnya aku menjelaskan hal itu pada Emma. Ini lebih baik daripada dia harus mengetahuinya saat ingatan masa lalunya kembali. Hati Emma sangat lembut, tidak mungkin dia dapat menerima hal ini dengan mudah.

Lihat saja ekspresinya sekarang, terlihat seolah-olah dia tidak bisa mencerna apa yang baru saja kujelaskan padanya. Aku mengeser kakiku perlahan lalu menurunkannya ke samping tempat tidur.

Setelah merasa bahwa tubuhku mempunyai cukup kekuatan untuk bangun dari tempat tidur, aku akhirnya berjalan ke arah cermin besar yang ada di kamar ini. Memperhatikan penampilanku yang terlihat berantakkan di cermin. Aku tersenyum miring, ahh lihat dewa mana yang masih bisa terlihat sekeren ini dalam kondisi buruknya.

Aku membuka kancing bajuku dan memperhatikan tanda yang ada di dadaku. Tanda itu masih setia berada di sana. Aku memperhatikan tanda itu sejenak, hmm sepertinya bentuknya jauh lebih besar dari saat terakhir kali aku melihatnya. Apa tanda ini yang membuatku melihat kenangan masa lalu itu?

Ahh lupakan itu, tubuhku terlihat sangat kotor, pertama-tama kita harus membersihkannya dulu.

Aku melihat keluar jendela. Matahari sudah tidak terlihat lagi, berapa lama sebenarnya aku menghilang tadi?

Aku kembali mengalihkan pandanganku pada Emma yang masih terduduk di lantai. Pandangannya terlihat kosong. Seburuk itukah berita yang tadi aku sampaikan padanya?

“Tenangkan dirimu aku akan membersihkan tubuhku dulu.”

Aku menepuk pundak Emma pelan, membuat gadis itu tersentak dari lamunannya. Emma lalu menatap mataku dalam, aku dapat menangkap kesedihan di sana. Mari kita biarkan Emma menenangkan diri.

* * *

Byurrr

Aku masuk ke dalam bak mandi yang telah terisi dengan air panas. Ahh seluruh tulangku rasanya seperti patah. Berendam di air panas adalah obat terbaik. Sambil berendam aku kembali mengumpulkan kepingan kejadian aneh yang terjadi di sekitarku belakangan ini.

Jika dilihat dengan seksama, mungkinkah aku sedang berada dalam fase untuk berubah menjadi seorang iblis?

Jika dilihat dari apa yang kuperbuat saat hilang kesadaran, bisa saja itu benar. Tapi kenapa tadi aku dihadapkan pada kenangan masa lalu yang sudah kulupakan?

Itu adalah kenangan saat aku masih memiliki hati yang suci. Aku kembali mengarahkan wajahku pada tanda di dadaku. Jangan bilang dia ingin aku mengingat masa-masa di mana aku pertama kali berbuat kejahatan. Ini tidak lucu sama sekali, mereka kira dengan berbuat seperti ini bisa membuatku menyesal telah melakukan perbuatan jahat? Mereka bahkan lebih jahat dari diriku yang dulu.

* * *

“Kakak mau ke mana?”

Diriku yang masih kecil berlari menghampiri dewa matahari yang tengah diseret oleh dua dewa berjubah hitam. Air mata mengalir di sudut pipiku, dengan cepat aku memeluk kaki dewa matahari agar tidak dibawa pergi.

Dewa berjubah hitam itu berhenti dan membiarkan dewa matahari berbicara padaku. Dia berjongkok menyamakan tingginya denganku lalu membelai rambutku sambil tersenyum.

“Seorang laki-laki tidak boleh menangis.” Dia sungguh seorang dewa yang sangat baik. Bagaimana mungkin di saat keadaan genting seperti ini, dia masih menyemangatiku.

“Panggil saja aku anak perempuan jika aku tidak boleh menangis. Kenapa kakak harus pergi seperti ini? Apa kesalahan kakak?” Air mataku semakin banyak, aku tidak ingin berpisah darinya.

“Sudah saatnya aku menyerahkan tugasku pada dewa yang baru. Sekarang aku akan beristirahat sejenak. Jika kau ada waktu, kita akan bertemu lagi dan aku akan menceritakan banyak hal padamu.” Dia berusaha meyakinkanku agar bisa melepas kepergiannya.

Aku tahu dengan jelas bahwa apa yang dikatakannya hanyalah omong kosong. Dewa yang tersingkir dari tahtanya akan menjalani hukuman dan kami tidak akan bertemu lagi.

TBC

Still DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang