Kakak II

85 7 0
                                    

Zeus Pov

“Hai kau dewa baru pengganti kakak? Salam kenal.” Aku tersenyum sambil mengulurkan tanganku pada seorang anak yang terlihat seusia denganku. Anak itu adalah dewa matahari baru yang akan menggantikan posisi kakak.

Berbeda dengan kakak, dia menatapku dengan pandangan tidak suka. Tidak ada aura hangat seorang dewa matahari yang terpancar darinya. “Hm aku tidak suka dekat dengan dewa perusak.” Dia menolak uluran tanganku lalu menyunggingkan senyum sinis.

“Baiklah, maka orang rendahan ini tidak akan menunjukkan wajahnya di hadapan anda lagi.” Aku menatapnya tajam lalu berbalik meninggalkan dewa yang baru lahir itu. Kadang aku bingung darimana semesta bisa menemukan dewa sesombong mereka. Tidak ada satu kebijakan pun yang terpancar dari wajah dan sikap mereka.

Sampai sekarang aku juga masih bingung, apa yang membuat semua dewa menganggapku sebagai pembawa sial? Apa karena sikapku yang suka melawan dan tidak ingin mendengarkan orang lain? Hei banyak dewa yang sikapnya lebih seenaknya daripada aku.

Lalu apakah ada alasan lain? Hm sebaiknya aku tidak memikirkan hal itu.

* * *

Hari ini aku turun ke bumi untuk mencari kakak. Kata mereka dewa yang sudah tidak menjalani tugasnya akan turun ke bumi, mengalami reinkarnasi dan menjadi manusia. Meskipun begitu, kita masih bisa mengetahui mereka berada di mana karena aura yang dipancarkan oleh mereka.

Aku berusaha mencari sisa aura kakak dari atas langit. Aku sudah mengelilingi bumi beberapa kali tapi masih tidak bisa menemukan keberadaan kakak. Aneh bukankah seharusnya kakak sudah mengalami reinkarnasi di bumi?

Akhirnya aku mencoba mencari di hutan terlarang. Agak susah karena aku harus turun ke bumi dan mencarinya secara manual. Hutan terlarang menyembunyikan aura setiap makhluk yang tinggal di sana termasuk para dewa.

Aku berjalan pelan menyusuri setiap sisi hutan. Mencari kakak yang sangat kusayangi. Aku terus mencari hingga akhirnya hari mulai malam. Karena lelah aku memilih untuk beristirahat di salah satu pohon.

“Akhh maafkan aku.”

Aku terkejut ketika mendengar suara kakak. Kakak dia ada di sekitar sini. Dengan cepat aku turun dari pohon dan berjalan ke arah sumber suara. Tidak butuh waktu lama untukku sampai di sumber suara.

Aku tidak langsung menunjukkan diri. Situasi di sana sangat tidak mendukung untuk keluar. Kakak sedang dirantai di sebuah kayu dan dewa berjubah hitam mengelilinginya.

Aura kakak sangat redup jika hal itu terus berlanjut aku takut kakak akan menghilang dari dunia ini. “Kau sudah diperingatkan untuk tidak berbuat seperti itu. Kenapa kau masih melakukannya?” Suara salah satu dewa berbaju hitam terdengar sangat kasar.

“Tugasku adalah melindungi manusia, aku tidak ingin melakukan hal seperti itu meski itu menyalahi aturan langit.” Dengan suara serak kakak menjawab pertanyaan dewa berjubah hitam.

“Karena kau masih terus mempertahankan ideologi yang seperti itu, makanya kau sudah tidak berguna lagi. Kau akan dilenyapkan di sini.” Salah seorang dari dewa berjubah hitam memegang kepala kakak dan mengucapkan sebuah mantra.

“Arrggghhhhh.”

Aku memejamkan mata mendengar teriakkan kakak yang memenuhi hutan ini. Teriakkan itu terdengar sangat memilukan, tubuhku bergetar karena takut dengan pemandangan yang ada di hadapanku. Kalian tahu, sebagai dewa yang baru saja diciptakan dan belum mengetahui dunia dengan baik, hal ini merupakan sebuah goncangan bagiku.

“Kakak.”

“Tuan kau tidak apa-apa?” Kini suara Emma yang terdengar di otakku. Suara itu perlahan membawaku kembali ke dunia nyata.

TBC

Still DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang