Ingatan

92 10 0
                                    

Zeus Pov

Aku masih berada di dalam kenangan masa laluku. Kali ini kenangan itu membawaku pada sebuah tempat yang tidak ada nirwana. Kejadian ini sudah terjadi lama sekali, aku bahkan sudah melupakannya. Tapi karena melihat tempat ini aku kembali mengingatnya.

Waktu itu hujan tengah turun dengan sangat lebat di beberapa bagian dunia. Bisa dipastikan bahwa badai akan terjadi di tempat itu. Aku berlari dengan wajah yang tegang karena takut. Aku tidak berada di nirwana lagi, aku berada di bumi.

Seluruh tubuhku terluka dan basah oleh air hujan. Semakin lama, hujan turun semakin deras dan sesekali petir menunjukkan eksistensinya. Aku berlari menembus hutan dengan langkah berat.

Aku mengikuti kemana kakiku membawa tubuhku pergi. Kakiku terasa ngilu, entah sudah berapa banyak darah yang keluar dari sana. Inilah hal negatif dari penggunaan tubuh manusia di bumi. Apa yang kita lakukan jadi sangat terbatas, tapi jika aku keluar dari tubuh manusia ini maka posisiku akan mudah diketahui oleh si pengejar.

Entah sudah berapa lama aku berlari tak tentu arah seperti ini. Seluruh tulangku rasanya akan patah dan dadaku terus berpacu dengan cepat, berusaha mengambil oksigen dari luar sebanyak mungkin.

Brak

Akhirnya aku terjatuh karena kakiku terantuk sesuatu. Tubuhku semakin kotor karena aku jatuh tepat di kubangan lumpur. Dengan napas yang masih tersenggal-senggal, aku mengangkat wajahku dan melihat sebuah panah tertancap tak jauh dari tempatku jatuh.

Aku bisa bernapas lega sekarang karena panah itu tidak mengenai tubuh manusiaku. Aku berusaha bangkit dan mencoba untuk berlari lagi, tapi sepertinya tubuhku sudah sampai pada batasnya.

Aku bahkan tdak bisa merasakan kakiku lagi. Akhirnya aku hanya bisa memejamkan mata, menyerahkan nasibku pada takdir.

Di saat itulah aku mendengar sebuah suara. Suara lembut yang terdengar familiar di telingaku. Suara yang mungkin tidak akan bisa kudengar lagi.

Aku kembali membuka mata dan melihat sosok berjubah hitam. Mata merahnya bersinar terang dari balik jubahnya. Dia menatapku tanpa ekspresi, di tangannya ada sebuah busur lengkap dengan anak panah yang siap untuk dilepaskan kapanpun.

Aku hanya bisa tersenyum tipis dalam situasi ini. Sudah tidak ada jalan untuk kabur lagi. Sebuah cahaya kembali membuat ingatan itu terhenti dan tubuhku kembali dibawa ke tempat yang lain.

Aku merasakan sakit yang amat sangat pada kepalaku dan merasakan tubuhku seperti sedang dipukul keras oleh tangan tak kasat mata.

* * *

“Ukh.”

Aku membuka mata dan hal pertama yang kutangkap adalah langit-langit kamar. Mungkin sekarang aku bisa bernapas lega karena telah sadar dan kembali ke masa sekarang.

Kepalaku masih terasa pusing. Mencoba mengumpulkan segenap kekuatan, aku bangun dan merubah posisiku menjadi duduk.

Emma pembantuku ternyata tengah tertidur di sampingku dengan kepala yang bersandar di tempat tidur dan kaki yang berada di lantai. Mirip dengan anak kecil yang sedang menunggui orang tuanya yang sakit.

Hal itu sedikit membuatku tersenyum geli. Roh kecil sepertinya memang berguna untuk dijadikan sebagai pelayan.

Kasihan sekali Emma, aku jarang memperhatikannya belakangan ini. Nah mari kita lihat apa yang dialami oleh gadis kecilku ini beberapa hari belakangan.

Aku menyentuh puncak kepalanya lalu melihat apa yang terrjadi di sana.

DEG

Sudah kuduga dari awal kalau Kenji bukanlah sosok yang baik. Jika sudah terjadi seperti ini maka aku harus menceritakan pada Emma masa lalunya.

Dasar anak sialan, kupikir Emma akan terus menganggap bahwa dirinya adalah boneka. Tapi jika ini terus berlanjut, dia akan mengetahuinya dengan sendirinya.

TBC

Still DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang