Kecemasan

93 8 0
                                    

Emma Pov

“Kau suka dengan bajunya Emma?”

Aku berbalik menatap Kenji lalu mengangguk sambil tersenyum. “Iya aku sangat menyukainya, terima kasih.”

“Tidak usah berterima kasih padaku karena ini adalah hadiah untuk kekasihku yang sangat manis.” Kenji mencubit pipiku pelan. Setelah itu dia membelai poniku yang terurai dengan lembut.

“Um aku masuk dulu, hati-hati di jalan yah.”

Setelah mengatakan hal itu aku berjalan masuk ke dalam rumah. Aku merasakan ada sesuatu yang ganjil dari sikap Kenji. Sejak keluar dari toko tadi, dia selalu mengaitkanku dengan seseorang yang dulu pernah ditemuinya yang katanya sangat mirip denganku. Hal itu tentu saja membuatku menjadi risih.

Brak

Aku langsung mengunci pintu rumah ketika sampai di dalam rumah. Entah kenapa ada sesuatu yang memaksaku agar berhati-hati pada Kenji.

Pemuda itu terlihat menyeramkan. Tatapan matanya seolah dia ingin memakanku hidup-hidup.

Sejenak aku melihat bayangan ingatan di pikiranku, tapi aku tidak ingat kapan hal itu terjadi padaku. Menggelengkan kepala berusaha mengusir bayangan itu dari pikiranku, aku berjalan menuju ke kamar.

Lagi-lagi aku tidak bisa menemukan tuan di dalam rumah. Hah semoga kejadian mengerikan seperti kemarin tidak terjadi pada tuan.

Aku melihat secangkir kopi ada di atas meja dengan tv yang menyala. Aneh tuan tidak mungkin meninggalkan rumah dalam keadaan berantakkan seperti ini. Aku berjalan mendekati meja dan melihat isi cangkir yang masih penuh. Tapi kopi itu telah dingin, berarti ruangan ini ditinggalkan dalam keadaan seperti ini sejak pagi.

“Tuan... tuan kau bisa mendengarku.”

Karena tidak bisa menemukan tuan dimanapun aku memejamkan mata dan berusaha mengirimkan telepati padanya. Tapi dia tidak membalas sedikitpun.

Aku terus memanggilnya, berharap dengan begitu dia akan sadar dan kembali ke ruangan ini sebelum akhirnya ditangkap karena melakukan pembunuhan.

Aku kembali membuka mata setelah tahu bahwa telepatiku tidak berhasil. Kepanikan mulai melanda pikiranku. Aku berjalan ke arah balkon lalu melihat ke bawah.

Namun dengan cepat menyembunyikan kepalaku dari sana. Ternyata Kenji belum meninggalkan halaman rumahku. Dia masih berdiri di sana sambil menatap ke arah rumah kami. Sial bagaimana caranya aku mencari tuan kalau dia terus berada di sana?

Aku akhirnya masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu. Karena takut aku menggigit ujung kukuku. Sebuah hal yang menjadi kebiasaanku ketika tengah merasa takut.

Tuan cepatlah kembali.

Brak...

Sebuah bunyi yang cukup besar terdengar dari dalam kamar. Dengan cepat aku berlari ke arah kamar, melihat asal suara tersebut.

Aku bisa bernapas lega ketika tahu bahwa sumber dari bunyi itu adalah tuan. Kali ini tuan kembali dengan penampilan yang bersih, berbeda dengan dua hari lalu.

Dia juga tidak terlihat merasa kesakitan seperti kemarin. Hanya saja tubuhnya terlihat kaku dengan peluh yang memenuhi dahinya.

“Tuan, kau tidak apa-apa?” Aku mendekati tuan lalu memegang pipinya.

“Nghh.” Dia hanya melengguh pelan sebagai jawaban. Tubuhnya terasa dingin seperti es dan sepertinya dia tidak sadaran diri.

Aku langsung menyalakan pemanas ruangan dan menyelimuti tubuh tuan. Untung saja dia muncul di atas tempat tidur. Jika dia muncul di tempat lain, aku ragu untuk mengangkatnya ke tempat tidur.

Tuan memang tidak mempermasalahkan soal sentuhan fisik, tapi aku yang merasa akan terbawa jika berada terlalu dekat dengan tuan.

“Kakak.”

Tuan mengeluarkan suara yang terdengar seperti bisikkan, tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas. “Arghh.”

Tuan terus merintih seperti itu dan tanpa kusadari tangannya telah meremas jemariku.

TBC

Still DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang