Happy reading temen-temen 💕
Hidup itu layaknya sebuah bandul. Bergerak ke kanan dan ke kiri tanpa ada beban, tapi bila sebuah dinding menghalangi, apakah bandul itu akan tetap bergerak? - About Us -
Alishka berlari sekuat tenaganya untuk bisa sampai ke sekolahnya yang masih berjarak 200 meter lagi. Ia sesekali melirik jam tangan berwarna putih yang bertengger manis di pergelangan tangan kirinya.
"Mati gue!" serunya saat melihat jarum panjang sudah menunjukkan angka 12, sedangkan jarum pendeknya sudah terarah di angka 7. Pasalnya tadi ia sudah pergi ke sekolah naik angkot, tapi malah salah angkot yang membawanya ke pasar.
Alishka sudah sampai di depan gerbang sekolahnya yang tertutup rapat. Ia menyapu pandangan sembari mengatur napasnya yang tersengal-sengal itu.
"Pak! Pak Satpam! Bukain dong!" jerit Alishka nekat karena mengingat pelajaran pertama adalah ulangan biologi.
"Ada apa sih, Neng? Makanya jangan suka telat!" sindir satpam itu.
"Pak, bukain ya. Saya ada ulangan di kelas. Bapak tega saya nggak dapat nilai?"
"Yang sekolahkan Neng, bukan saya."
Alishka terdiam meratapi nasibnya yang apes itu. Ia masih berusaha membujuk satpam itu agar membukakan pagar yang mungkin tingginya sampai 4 meter. Percuma saja bila ia memanjatnya, tidak akan bisa.
"Lho, lho, kamu kan Alishka? Kenapa bisa telat?"
Seluruh anggota tubuh Alishka mendadak kaku. Semuanya mendadak beku menjadi es. Ia menoleh menemukan Pak Roki yang berdiri di samping satpam lalu memberikan sesuatu.
"Itu Pak, tadi saya jatuh di sana, Pak. Ini buktinya, Pak," ucap Alishka mengada-ada tentang itu dan menunjukkan luka lamanya yang terletak di lutut. "Tapi Pak satpam nggak mau bukain pintunya, Pak."
"Bukakan pintunya, Pak," perintah Pak Roki lalu berbicara pada seseorang di telepon.
Satpam itu mengangguk lalu membuka gembok pagar. Alishka tersenyum bahagia karena bisa masuk tanpa menghabiskan suaranya untuk berteriak meminta tolong pada satpam.
"Makasih, Pak. Kalau gitu, saya ke kelas dulu ya," ucap Alishka kembali berlari menuju kelasnya.
Di tengah perjalanan ia memelankan langkah menuju kelas. Suara ketukan antara sepatu hitamnya dan ubin itu semakin menggema saat berada di tangga menuju lantai tiga.
"Eh, lo, stop!"
Alishka menoleh ke belakang dan menemukan sang wakil ketua osis. Rama. Lelaki itu menaiki tangga mendekat ke arah Alishka.
"Lo telat?" tanyanya dengan nada seperti biasa, santai.
Alishka memutar bola matanya jengah. "Lo masih bisa liat, kan?"
Rama mengangguk lalu mengeluarkan buku kecil beserta pulpen dari dalam saku almamater. Dia memberikan dua benda itu pada Alishka yang mengernyit binggung.
"Tulis nama, kelas, sama tanggal hari ini," ucapnya.
"Buat apa?" tanya Alishka tak ramah.
"Buat laporin lo ke guru BK karena udah telat," balas Rama tenang.
Alishka melototkan matanya mendengar pernyataan dari mulut cowok di depannya. Dia membuang mukanya ke sembarang arah dan menemukan Pak Roki yang membawa beberapa map warna-warni di tangannya yang berjalan mendekat ke arah mereka.
"Pak Roki!"
Pak Roki menoleh ketika ingin berbelok arah. "Ada apa?" tanyanya ganas.
Alishka menarik tangan Rama menuju keberadaan Pak Roki. "Pak, saya tadi ditolongin Bapakkan waktu telat? Saya nggak perlu dihukum, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US || COMPLETED
Teen FictionBermula dari sebuah pertemuan tak sengaja, membuat dunia terlihat berubah. Bersamaan dengan hadirnya seseorang yang menjadi sekat untuk mereka. Ketika semuanya hampir terucap, sebuah rahasia yang selama ini tertutupi terbongkar. Tentang rasa, hati...